Dibandingkan dengan sumber karbohidrat tradisional seperti beras dan kentang, sorgum memiliki beberapa keunggulan yang patut dipertimbangkan.
Sorgum tumbuh dengan baik di daerah dengan kondisi beragam, seperti daerah yang mengalami kekeringan dan juga tanah yang kurang subur, membuatnya menjadi pilihan yang lebih berkelanjutan dalam jangka panjang.
Sementara kentang, dan beras butuh kondisi tertentu. Beras misalnya memerlukan air yang cukup banyak, sementara tidak semua wilayah banyak air.Â
Kentang butuh ketinggian dan suhu tertentu. Sekalipun kentang bisa hidup di Indonesia, namun tidak semua wilayah punya kondisi iklim yang sesuai untuk kentang.Â
Itu dari sisi keberlanjutan. Ada juga sisi fleksibilitas.
Fleksibilitas ini terlihat dari penggunaan sorgum dalam berbagai resep dan makanan sehari-hari. Dari penggunaan tepung sorgum dalam pembuatan roti dan kue, hingga sorgum utuh yang dapat digunakan sebagai alternatif nasi.Â
Kemampuannya untuk diolah menjadi berbagai hidangan lezat menjadi peluang untuk memasukkan sorgum ke dalam pola makan yang lebih beragam dan menarik.
Harga beras yang naik ini dipengaruhi oleh berbagai macam faktor diantaaranya iklim. Negara-negara pengimpor beras mengalami kesulitan dengan iklim sehingga sudah tentu diutamakan dulu negerinya.Â
Sementara itu, faktor yang sama juga mempengaruhi produksi beras di Indonesia. Jadi kira-kira begini kondisinya, produksinya belum mampu mencukupi dan harus diimpor, sementara negara pengimpor juga butuh.
Indonesia punya lumbung sorgum yang bisa menjadi alternatif sumber karbohidrat. Sorgum sebagai pengganti beras itu sangat bisa. Alternatif sumber karbohidrat ini sudah menjadi sumber pangan di beberapa wilayah Indonesia, jadi sepertinya tinggal selera saja, mau atau tidak.
Membawa Sorgum ke dalam Budaya Makan yang Sudah Mapan