Belum selesai cerita perang Rusia dan Ukraina, India terpaksa menghentikan ekspor gandum karena hantaman gelombang panas yang melanda negara Bollywood ini sehingga produksi gandum terbatas bahkan tak cukup untuk konsumsi dalam negeri.
Kondisi ini menyebabkan supply demand gandum menjadi terganggu akibatnya harga gandum meningkat. padahal Ukraina dan India merupakan pengekspor gandum di wilayah Asia, khususnya Indonesia. (link berita).
Pola konsumsi masyarakat Indonesia yang tergantung pada beras dan tepung menyebabkan Indonesia sangat membutuhkan pasokan komoditi padi dan gandum, padahal sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman bahan pangan, Indonesia tidak mengalami kekurangan.
Untuk mengurangi ketergantungan bahan pangan impor terutama konsumsi terigu, mau tak mau harus dihadapi dengan strategi baru. Strateginya adalah diversifikasi pangan.
Indonesia punya komoditas sefamili dengan gandum yang dapat berperan sebagai subtitusi tepung. Dalam taksonomi, tanaman sefamili gandum adalah sorgum. Jadi, ada peluang pengembangannya sebagai pengganti gandum.
Lantas, apa itu sorgum, dan apa manfaatnya bagi ketahanan pangan Indonesia ? Jika dibandingkan dengan gandum, apa kelebihan sorgum sehingga pantas dikembangkan ?
Sorgum, si Inferior Food yang Mulai Dilirik
Sorghum merupakan tanaman yang tumbuh subur di beberapa wilayah Indonesia. Budidayanya sudah dilakukan sejak lama hanya saja ketika program Bimas dan Imas di masa Orde Baru, sorgum tergeser oleh pengembangan padi.
Padahal sorgum merupakan tanaman multiguna yang kandungan nutrisinya tinggi. Tanaman ini selain sebagai sumber pangan, juga dikembangkan untuk pakan serta energi alternatif.