Pembasuhan luka pelaku tradisi ukuwala mahiate ini merupakan tahap akhir dalam prosesi pelaksanaan tradisi tersebut. Membasuh anggota yang terluka dipercaya mampu menyebuhkan luka sayatan, luka sobek, akibat pukulan sapu lidi.
Selain itu, dipercaya juga bahwa minyak ini ampuh untuk menyembuhkan patah tulang, luka bakar, gatal-gatal, dan penyakit kulit lainnya.
Selain merupakan tradisi lebaran, ukuwala mahiate ini juga merupakan simbol sejarah perlawanan Kapitan Telukabessy melawan penjajahan Belanda saat itu.
Simbol Perlawanan dan Pengorbanan dari Tradisi Ukuwala Mahiatae
Ketika Belanda mengalahkan Kapitan Telukabessy, pasukan Sang Kapitan mundur ke benteng Kapahaa di hutan Morela. Saat mempertahankan benteng tersebut Kapitan dan pasukannya kalah dari Belanda, sehingga bersama dengan pasukannya Kapitan mencambuk badan dengan menggunakan sapu lidi sampai berdarah.
Setelah saling memukul, mereka kemudian berpelukan dan mengikrarkan janji bahwa setiap tanggal 7 syawal mereka akan bertemu dan mengingat kembali perjuangan melawan Belanda melalui tradisi ukuwala mahiate.
Makna Singkat dari Ukuwala Mahiate
Makna tradisi ini bagi masyarakat Mamala adalah persembahan, permohonan, pengharapan dan ikatan yang kokoh dalam kehidupan sosial masyarakat.
Saling melukai dalam tradisi bukanlah bermakna buruk, namun dimaknai sebagai sebuah tantangan dalam kehidupan yang terkadang menyakitkan. Setelah saling melukai, kedua kelompok akan saling berpelukan yang menggambarkan ikatan yang kuat atau kokoh, tidak ada dendam yang tersimpan.