Mohon tunggu...
Marcko Ferdian
Marcko Ferdian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pencinta Monokrom dan Choir

Love what you have || Kompasianer pemula

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ukuwala Mahiate: Tradisi Syawalan dari Mamala, Maluku Tengah

9 Mei 2022   15:09 Diperbarui: 2 Juni 2022   00:28 766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelaku Tradisi yang Saling Berpelukan di akhir acara/Sumber : asset-a.grid.id

Dalam mimpi beliau, Imam Tuni diminta menyambung tiang-tiang tersebut dengan menggunakan minyak nyualaing matehu atau minya tasala yang dilaburkan ke kain putih untuk digunakan menyambung tiang-tiang tersebut.

Dari catatan web Direktorat Kebudayaan, bukti dari penggunaan kain putih sebagai ping untuk menyambung rangka Masjid ini dapat dilihat ketika pembogkaran Masjid Tua di Mamala, ditemukan potongan-potongan kain putih pada setiap sambungan tiang, kecuali untuk Tiang Alif, satu-satunya tiang yang menggunakan paku dari seluruh rangka bangunan Masjid tersebut.

Sehingga pada tanggal tujuh syawal abad ke tujuh belas, masyarakat Mamala di Maluku Tengah, berhasil mendirikan Masjid yang dibangun dengan menggunakan kayu yang dilaburi minyak tadi. Keberhasilan pembangunan Masjid Mamala ini kemudian dirayakan sampai sekarang lewat tradisi  Ukuwala Mahiate.

Seperti apa tradisi ini ?

Pelaksanaan Tradisi Ukuwala Mahiate/Sumber : www.goodnewsfromindonesia.id
Pelaksanaan Tradisi Ukuwala Mahiate/Sumber : www.goodnewsfromindonesia.id

Bakupukul Sampai Berdarah

Ukuwala mahiate dalam bahasa Mamala memiliki arti sapu lidi (ukuwala) dan saling memukul (mahiate). Ya, betul ! Pembaca tidak salah, kedua kata itu berarti bakupukul dengan menggunakan sapu lidi. (sumber: kompas.com)

Sebelum melakukan tradisi ini, ada ritual yang harus dijalani oleh para pemuda yang ikut ambil bagian.

Pelaksanaan tradisi ini diawali dengan shalat subuh bersama, diikuti hadrat, manuhua dan alifuru. Saat subuh tiba, Upu Latu Tua, Parenta Syara, tokoh adat serta masyarakat Mamala melaksanakan shalat subuh berjamaah di masjid. Setelah itu dilanjutkan dengan shalawat, zikir dan tahlilan.

Pembacaan shawalat, zikir dan tahlilan ini bermakna agar perhelatan tradisi berjalan dengan baik tanpa hambatan untuk membangun kebersamaan yang kokoh antar pelaku ritual dalam hal ini para pemuda yang nantinya akan bakupukul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun