"Wiwi gak kerja kah?" tanyaku pada adik perempuan yang semalam meneleponku.
"Gak,Kak. Siapa yang nungguin Mama kalau aku kerja," kata adikku itu.
"Bapak dan Ardi kemana?" aku menanyakan Bapak dan adik laki-lakiku.
"Mereka ke sekolah. Ini kan Hari Jumat, mereka kan sebentar saja di sekolah," urainya.
Aku memakluminya juga. Bapakku adalah seorang guru yang tak mungkin bolos sekolah ketika di sekolahnya sedang musim ulangan muris-muridnya. Ardi, adik laki-lakiku adalah salah satu siswa juga di sekolah itu.
Letak sekolahnya tak jauh dari rumah, jadi mereka bisa cepat sampai rumah ketika saatnya jam pulang.
Sekitar jam sebelas mereka pulang, kami semua berkumpul di ruang tengah, melihat Mama terbaring.
Kami semua serentak melihat ke arah Mama ketika mendengar suara napas Mama tersengal. Kami semua panik. Aku menyuruh Ardi untuk pergi mencari kendaraan untuk membawa Mama ke Rumah Sakit. Sekitar sepuluh menit kemudian, mobil datang, dan kamipun langsung memboyong Mama ke Rumah Sakit.
Hal terburuk sudah terbayangkan olehku. Tapi ku tepis itu. Aku ingin semua baik-baik saja. Sepanjang jalan ku peluk Mama. Perjalanan terasa sangat panjang. Aku menyuruh sopir untuk mengemudikan mobilnya lebih cepat lagi.
Sekitar setengah jam lebih kami baru sampai di Rumah Sakit, langsung menuju UGD. Dokter dan perawat langsung mendatangi kami, dan membawa Ibu ke dalam.
Tak lama, dokter keluar lagi.