"Wi, kakak pulang sekarang. Gimana kondisi Mama?" tanyaku pada adikku.
"Masih seperti semalam Kak..," suara adikku menjawab.
"Ya sudah, ini kakak sudah mau berangkat," ucapku padanya, lalu ku tutup telepon itu.
"Aku berangkat dulu, Mario. Doakan biar aku selamat sampai rumah orangtuaku. Dan mohon doanya juga untuk Mamaku, biar gak ada apa-apa.," smsku pada Mario pagi itu.
"Tenang saja Lea, Mamamu pasti sembuh seperti semula," balas Mario.
Akupun mengunci pintu rumah kontrakanku, dan melangkah pergi.
Sepanjang perjalanan aku dan mario terus saling mengirim pesan. Dia sungguh membangkitkan semangatku. Dia memberiku kata-kata penenang supaya aku tidak panik. Dia terus menemaniku sampai aku tiba di rumah orangtuaku.
Sesampainya di sana, aku melihat ibuku terbaring lemah. Terlihat adik-adikku menemani disampingnya.
"Ade gak sekolah?" tanyaku pada adik bungsuku yang masih kecil.
"Gak, Kak. Gak ada yang antar. Ade belum berani pergi sendirian. Jauh," jawab Ade, adik bungsuku.
Aku maklumi, dia masih kelas satu Sekolah Dasar. Sedangkan sekolahnya itu lumayan jauh dari rumah. Biasanya ibuku lah yang mengantar, menungguinya sampai usai jam pelajaran. Karena mama sakit, tak mungkin hal itu dilakukan.