Nah, begitulah cerita tentang Santi yang lebih suka diada-ada dengan nama Imelda. Benar tidaknya cerita itu, hanya Santi, eh maaf, Imelda yang tahu. Tapi katanya, buku harian itu udah hilang kebawa banjir. So, masalah buat loe?
*
Dengan kemalasan sekitar 20°C dan dinginnya udara pagi itu sekitar amat sangat, eh kebalik. Seharusnya, dengan kemalasan yang amat sangat dan dinginnya udara pagi itu sekitar 20° C (emang segitu kok janji Mbah Bejo di Rabu lalu tentang ramalan cuacanya), anak-anak merapatkan pantatnya di kursinya masing-masing.
Mati-matian itu emang beneran adanya. Joelis yang duduk bareng Yayan dan Roni, mati-matian dalam ngambil buku mati-matiannya yang ada di dalam laci. Ia pangjangin tangan kanannya. Dirabanya, “Nah, ini dia. Oh bukan, habis bentuknya ibarat SCUD!”bathin Joelis.
Joelis beraksi kembali...
Tapi sayang....
“Hei, ngapain kau?”tanya sang pengawas galak dengan logat Bataknya yang kental.
Joelis membisu.
“Mau nyontek ya?”
“Anu, Pak,,,,pena saya masuk laci. Tadi, ketika saya main pena itu, eee secara sengaja masuk laci.”jelas sekali bahwa cerita itu anak bohong besar alias ngibul.
“Ooooh...”sang pengawas enteng saja mempercayainya yang gak lain karena Joelis dikenal sebagai seorang anak yang terpercaya di lingkungan sekolahnya.Entah kalau di luar sekolah. Setiap omongannya, pasti....bohong.
Dengan jawaban sang guru yang seolah-olah merestui, Joelis bungah bukan main. Penuh semangat ia buka lembar demi lembar dengan sangat hati-hati. Saking hati-hatinya, bulu ayam yang nempel di bukunya gak ke-usik sikitpun.
“Yan, yang mana?”tanya Joelis pada Yayan.
“Buka terus...ini, nich nomor lima. Menurut sepatu Wariorku, soal ini sama dengan yang ada di catatan,”ujar Yayan.
“Sekalian nomor ane punya tanggal lahir, satu. Menurut keriting rambut ane, soalnya serupa dengan yang ada di buku,”tambah Roni.
Joelis bergerak cepat, mencari apa yang disebutkan oleh kedua temannya. Tapi, NOL.
“Buka terus. Siapa tahu kelewat,”ujar Yayan.
Joelis kembali buka bukunya. Hasilnya? Tetap NOL.
“Gak adapun!”ujar Joelis lirih.
“Sini bukunya!”pinta Yayan.
Joelis memberikan bukunya.
“Ya gak ada atuh, ini mah buku novel,”ucap Yayan.
“Eh, sorry,”ujar Joelis.
Detik demi detik berlalu. Menit demi menit gak mau ketinggalan untuk saling berganti. Anak-anakpun kalang kabut. Yang udah bisa ngejawab soal, sibuk ke sana mari ngasih jawaban pada temannya. Yang gak bisa ngejawab soal juga sibuk ke sana mari minta belas kasih, iba dan solidaritas dari mereka yang udah bisa ngejawab soal, meminta jawaban.
Alhamdulillah, begitu bel bernyanyi, anak-anak udah pada kelar. Ternyata gak sia-sia sebuah perjanjian diadakan.
Menghadapi pelajaran kedua, Pendidikan Jasmani, anak-anak berolahraga terlebih dahulu barang semenit or two minute. Mereka mesti kuat fisik untuk menghadapi pelajaran yang satu ini. Mereka harus siap untuk ngadepin soal-soal yang akan membuat otak mereka jungkir balik, berputar-putar nyari jawaban. Tendang kanan sepak kiri. Tendang depan, sepak belakang. Minta jawaban.
Lemparan ke dalam, nangkap bola karena takut gol. Artinya memberi dan menerima jawaban. Walopun dalam ujian dan tetap duduk, tapi anak-anak layaknya sedang berolah raga. Apalagi Karbol. Anak gajah ini begitu antusias sehingga keringat kecil dan besar, saling berebut untuk berurbanisasi keluar memprovokasi kulitnya. Dan seperti usai bel pertama, di bel keduapun anak-anak meninggalkan Ruang Tujuh dengan hati senang. Gak peduli dengan kaki dan tangan yang pegal. Cuek bebek dengan mandi keringat.
Bagian Tiga
Hari kedua lewat, datang gantinya, hari ketiga.
Hari ini, Pelajaran Sejarah. Anak-anak menyambutnya dengan suka cita. Ya, anak-anak udah membuat suatu ramalan bahwa Perang Teluk yang ramai dibicarakan orang dan menjadi berita utama berbagai media massa, akan masuk dalam ujian kali ini. Bahkan sangat besar kemungkinannya untuk bersifat dominan terhadap seluruh isi soal. Efeknya, anak-anak udah siap dengan segala hafalan tentang segala sesuatu yang ada kena-mengenanya dengan Perang Teluk walaupun keterkanaannya kecil adanya.
Mulai dari kehidupan pemimpin Irak dan Amerika sampai bagaimana polah PeterArnett dapat izin untuk meliput itu perang atas nama CNN. Mulai dari kapal penyapu ranjau sampai kapal induk-indukan. Mulai dari F-16 ampe pesawat Hercules.
Mulai dari bersiap-siap untu perang pelor yang ukurannya kecil sampai Rudal Scud. Kopral Irak yang gugur sampai perwira tinggi Amerika yang tewas. Makanan, minuman, jadwal olah raga hingga mandi dan tidurnya prajurit kedua belah pihak bahkan jadwal piket pun udah anak-anak kuasai di luar kepala.