Mohon tunggu...
Tuty Yosenda
Tuty Yosenda Mohon Tunggu... profesional -

hanya perempuan kebanyakan dengan cita-cita 'kebanyakan' ;-) , yaitu jadi penonton, pemain, penutur, wasit, sekaligus ... penghibur. (^_^) \r\n\r\nblog personal saya adalah yosendascope.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mari Kita Saling Mengamplopi ;-)

26 Mei 2011   16:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:10 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dalam karya masterpieceNya, yaitu manusia, kita melihat bagaimana atom-atom saling mengamplopi diri mereka dan menjadi molekul, molekul-molekul pun saling mengamplopi dan menjadi sel, sel-sel itu lalu saling membungkus dan menjadi jaringan, dan proses amplop-mengamplopi ini terus berlangsung hingga mereka menjadi organ, bahkan menjadi mahluk luar biasa seperti kita ...

Demikian pula dalam kehidupan sosial kita, dimana individu-individu juga saling mengamplopi dan menjadi komunitas kecil, menjadi bagian dari komunitas besar, menjadi bagian dari negara dan seterusnya. Jika kita lanjutkan 'fenomena amplop' ini dalam skala makro, gambaran yang sama akan kita temukan pula dalam benda-benda langit.

Hutan pun menunjukkan perilaku enveloping ini, yaitu ketika sebuah pohon besar menjadi naungan bagi jamur dan hewan-hewan kecil. Sebagai 'bayaran' atas naungan tersebut, mahluk-mahluk kecil ini membantu sang pohon, entah dengan cara memperluas penyebaran benih, atau mendaur-ulang sampah dan daun-daun kering yang berjatuhan menjadi pupuk. Dengan cara enveloping inilah sang pohon melanjutkan pertumbuhan, regenerasi, dan ekspansi. Melalui envelopment semacam inilah dimungkinkan terjadinya ...development !

Begitu sempurnanya tatanan enveloping di Alam ini, hingga tak ada satu pun mahluk yang ditakdirkan untuk terisolasi dari Rancangan Agung tersebut, demikian kata sobatku Pak Sutiman itu. "Sayangnya, peradaban manusia cenderung memilih rancangan tertentu secara parsial sambil menolak yang lain. Hingga muncullah istilah 'hama' untuk menunjuk pada segala yang kita tolak, misalnya tikus, ular, burung, ulat, ras dan agama tertentu, teroris ;-), dan sebagainya."

Jadi itukah sebabnya :  Karena manusia memilih-milih seenak perutnya, dan menolak-nolak seenak dengkulnya ? Berkat pilihan berbasis perut dan dengkul itu, para 'korban' itu tidak melihat jalan lain kecuali menjadi pelanggar, karena hukum yang ada tidak mengakui kebutuhan mereka, apalagi mewadahi berbagai aspirasi mereka.

Kitalah yang menciptakan ritme berbasis ekonomi yang tak dipahami dan tak terkejar oleh segolongan orang, tanpa menyadari bahwa mereka mungkin lelah menjadi penonton yang hanya bisa mendengar suara lirihnya sendiri. Kita biarkan mereka terbengong-bengong melihat gerak kehidupan (baca: peradaban) yang tak terjangkau oleh mereka, apalagi memberi tempat bagi mereka untuk sekedar mengimbangi. Bukankah wajar jika menjadi the outlaw akan terlihat sebagai satu-satunya pilihan ?

Sebab ketika suatu mahluk hidup -lebih-lebih manusia- merasa tak punya cukup bahan -maupun daya- untuk 'meregisterasi diri'nya pada 'amplop yang lebih besar'(baca : peradaban) itu, besar kemungkinan mereka akan melirik pada 'amplop tandingan' yang dibuat oleh sesama outlaw yang senasib.

Selanjutnya, saat para outlaw itu bersatu sebagai semacam 'sel-sel kanker' yang diam-diam menyimpan gagasan parsialnya sendiri, percayalah, sesungguhnya gagasan parsial itu memang selama ini telah diijinkan untuk tumbuh, meski dengan rapi bersembunyi dibalik slogan 'cita-cita mulia'. Tubuh yang menyimpan tujuan parsial itulah yang sebenarnya mengundang tujuan-tujuan parsial lainnya. Jadi gagasan parsial yang memihak dan memilih sebagian -bukannya memilih keutuhan- inilah musuh kita yang sebenarnya. Tak banyak gunanya memburu dan menyemprot siapapun yang kita sepakati sebagai the outlaw, baik yang berupa sel-sel kanker maupun mereka yang berbulu dan berekor itu. Bahkan kemoterapi pun hanya berdampak sangat melemahkan dan menurunkan kualitas hidup si pasien, meski -untuk sementara- sel-sel kanker itu tidak menampakkan diri mereka.

Akhir kata, sebagai mahluk yang diberi keistimewaan dengan choice, sudah selayaknya kita menyumbangkan sesuatu yang istimewa melalui choice kita juga.

Lebih dari pohon pisang yang bersahaja dan hutan yang bekerja dalam diam,  lebih dari para gajah dan burung (karena sesungguhnya kitalah khalifah atau duta Kosmos yang mereka tunggu-tunggu),  juga lebih dari para benda langit, karena mereka semua melakukannya secara by design.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun