Tiba-tiba, terasa ada sesuatu yang menggenggam kedua lenganku, dan menggoncang-goncangkan tubuhku.
"Hei!"
"Sadar!"
"Kamu kenapa?"
Suara yang sebelumnya pernah kudengar, akhirnya mampu membuatku berani membuka mata. Saat itu, aku melihat kakak tingkatku yang sedang memegang kedua lenganku, dengan raut khawatir. Aku tak tahu nama kakak tingkatku ini, namun beberapa kali aku melihatnya saat ospek.
"Kamu kenapa di pinggir jalan, sendirian pula?" tanyanya, dengan nada khawatir, dan bingung.
"Sudah malam, kenapa belum pulang?" tanyanya lagi.
"Kamu manusia, kan?" tanyaku yang masih terisak, memastikan. Yang ditanya justru malah tertawa terbahak-bahak.
"Bukannya kamu yang share lokasi ke aku, ya?" tanyanya.
Ah, akhirnya telepon terakhir sebelum ponselku mati, membawa harapan baik. Aku segera mengangguk, menghapus air mataku, dan memeluk kakak tingkatku itu. Pertolongan telah datang, batinku.
"Kamu Amelia, kan?" tanyanya, setelah aku melepaskan pelukan itu. Aku pun mengangguk, tanda mengiyakan.