Mohon tunggu...
Almaidah
Almaidah Mohon Tunggu... Lainnya - -

Manusiatepisungai adalah nama penanya. Untuk sekarang ini karya-karyanya masih dinikmati sendiri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Di Ujung Senja

10 Januari 2025   11:33 Diperbarui: 10 Januari 2025   11:32 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka tentu tidak merasakannya, namun, ada sebagian dari manusia yang menyadari kehadiran mereka, para makhluk laknat itu menyatu supaya menjadi aman dari penindasan saudara sesama setan yang juga berkeliaran seperti angin di bumi. 

Awalnya aku ingin mengabaikan keberadaan wanita tadi, tetapi suara tawa mengejek dari para anasir ghaib yang berbaris di sepanjang jembatan ini membuat egoku terpancing. Aku kalah. Melihatku memutar langkah menuju wanita tadi, tatapan mereka menajam. Beberapa dari mereka mulai berubah wujud mengelilingi tubuh wanita tersebut. Sementara lainnya menghampiriku. 

Mereka tahu tentangku. Dan mereka tidak ingin melihatku menang lagi atas mereka. Wanita itu adalah manusia ke sekian ratus yang ku temui di jembatan ini dengan posisi yang persis sama seperti yang dilakukan Ibu sebelas tahun silam. 

Aku menghampiri wanita tersebut dengan suara langkah yang sengaja ku tekan agar dia mengetahui keberadaan ku. Berhasil. Wanita itu menengok. Buku-buku jemarinya terlihat memutih karena menggenggam besi teralis sangat erat.

"Butuh dorongan, Tan?"

Wanita itu menengok cepat, raut wajahnya agak kesal, "Sial. Aku tidak setua itu, ya. " Katanya sambil mendecak. 

Aku terkekeh. Rupanya dia masih memiliki energi.

"Butuh dorongan atau, " Aku mengeluarkan satu kotak mochi dari dalam tas. "Mau makan ini saja sambil ngobrol? "

"Kamu pikir aku mau berubah pikiran hanya karena sepotong mochi, hah? "

Sekali lagi aku terkekeh. Ku dongak kan kepala, memandang langit senja yang mulai didominasi gelap. Ah,  sandya kala memang waktu paling ampuh untuk meracuni jiwa manusia.

"Kalau begitu, mau ku dorong saj-"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun