Mohon tunggu...
M ANSEL WARDANA
M ANSEL WARDANA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hobi makan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Laporan Kegiatan Kunjungan Studi Museum Lubang Buaya, Sasmita Loka Achmad Yani, dan Rumah A.H. Nasution

29 Juni 2024   18:24 Diperbarui: 29 Juni 2024   18:32 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Abstrak 

Kunjungan studi ini bertujuan untuk mengetahui sejarah dari Peristiwa G30s/PKI dengan mengunjungi secara langsung tempat dimana terjadinya pengkhianatan dan pemberontakan. Gerakan 30 September 1965 adalah sebuah peristiwa yang terjadi pada 30 september menjelang 1 Oktober 1965 yang mengakibatkan Tujuh Perwira tinggi militer Indonesia menajdi korban. 

Penelitian pada kunjungan studi ini dilakukan penelitian kualitatif deskriftif dengan metode observasi yaitu penulis mendapatkan data dengan mengamati langsung objek dan metode studi pustaka yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir penulis dengan membaca sumber referensi. 

Hasil penelitian ini akan menjelaskan latar belakang pemberontakan dan pengkhianatan PKI "Gerakan 30 September. Pemberontakan itu dimaksud untuk merebut kepemimpinan Negara dnegan mengomuniskan Indonesia yang diawali dengan penculikan, penganiayaan diluar perikemanusiaan dan pembunuhan terhadap tujuh Pahlawan Revolusi pada 1 Oktober 1965. 

G30sPKI merupakan pristiwa hitam dalam lembaran sejarah Republik Indonesia. Pemberontakan ini dilakukan oleh PKI untuk mengkomuniskan dan meneror masyarakat Indonesia. Peristiwa ini terjadi pada malam 30 September samapi 1 Oktober 1965, peristiwa ini telah menewaskan 6 pejabat tinggi militer Indonesia seperti, Jendral A.H. Nasution dan Jendral Achmad Yani. 

Banyak korban dari pihak tentara maupun rakyat yang dibunuh, dalam rangka usaha untuk mengkudeta pihak militer Indonesia yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI).

Pemberontakan yang dilakukan oleh PKI tentunya dilandasi sebuah alasan, menurut berbagai sumber tujuan utama dari PKI untuk menggulingkan kekuasaan Soekarno dan mengganti negara Indonesia menjadi negara komunis. Pembunuhan para jendral besar TNI dilakukan karena PKI mereasa TNI sebagai ancaman yang menganggu bagi rencana PKI. TNI memiliki kekuasaan politik yang signifikan di Indonesia. Kata kunci: G30s/PKI.

Pendahuluan 

Laporan ini saya tulis guna memenuhi tugas dari mata kuliah keachmad yanian. Sebelumnya kami seluruh mahasiswa Universitas Jendral Achmad Yani melakuka kunjungan ke beberapa tempta wisata yang bersejarah meliputi, Rumah A.H Nasution, Museum Sasmita Loka Achmad Yani, Monumen Pancasila Sakti dan Lubang Buaya. Laporan ini akan membahas mengenai permasalahan yang pernah terjadi di Indonesia. 

Peristiwa G30sPKI yang terjadi di tahun 1965 adalah sebuah peristiwa yang memiliki latar belakang kudeta yang terjadi selama satu malam yaitu pada tanggal 30 September sampai 1 Oktober 1965 yang mengakibatkan gugurnya 6 jendral dan 1 perwira dan jenazahnya dimasukan kedalam suatu lubang sumur lama di daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur. Peristiwa ini dianggap sebagai salah satu peristiwa yang penting dalam sejarah Bangsa Indonesia, karena dampak dari peristiwa ini yang sangat besar dan pengakibatkan perubahan dalam bentuk politik dan ideologi negara pada saat itu. Dalam laporan yang saya tulis ini, saya akan membahas beberapa sejarah dan faktor apa yang mempengaruhi peristiwa G30S ini, termasuk berbagai teori keterlibatan pihak luar, CIA, serta beberapa konflik internal yang terjadi. 

Dalam laporan ini tentu juga saya akan membahas beberapa kronologi peristiwa G30SPKI, termasuk bagaimana peristiwa ini bisa terjadi, siapa korbannya, siapa pelakunya, dan bagaimana kejadian ini bisa mempengaruhi kondisi negara pada saat itu. Dengan demikian saya memiliki tujuan dengan menulis laporan ini dengan segenap pengetahuan yang saya miliki dan beberapa bacaan yang telah saya baca, saya berharap bahwa laporan ini dapat memberikan gambaran yang jelas tentang peristiwa G30S, serta membantu para pembaca lebih memahami dan mengetahui tentang peristiwa ini. 

Field Studi adalah kegiatan kunjungan mahasiswa yang dilakukan dengan tujuan untuk menambah pengetahuan sejarah bagi mahasiswa. Setelah melakukan kunjungan dari Museum Lubang Buaya, Sasmitaloka Achmad yani, dan Rumah A.H. Nasution, setiap mahasiswa diwajibkan untuk membuat laporan kegiatan sebagai bentuk pemenuhan mata kuliah Pendidikan Keachmadyanian. Pentingnya peranan sejarah bagi pengetahuan sesorang menuntut setiap pribadi untuk mau tidak mau harus mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau, khususnya peristiwa yang terjadi pada bangsa Indonesia. 

Setelah Indonesia dinyatakan merdeka pada 17 Agustus 1945, bukan berarti Indonesia sudah terbebas dari ancaman dan masalah yang mengancam keamanan Negara. Ancaman dan masalah tersebut berasal dari masyarakat yang fanatik terhadap Negara. Terdapat oknum-oknum atau organisasi masyarakat yang menginginkan ideologi Negara Indonesia (Pancasila) diganti dengan ideologi komunis yang tentunya sangat bertolak belakang dengan ideologi bangsa. Dari perbedaan ideologi itulah yang membuat oknum dari organisasi komunis tersebut memberontak dan menyebabkan kekacauan. 

Gerakan 30 September 1965, merupakan salah satu pemberontakan yang berusaha untuk mengambil alih kekuasaan Indonesia dan hampir mengelabui masyarkat untuk barpaling dari ideologi pancasila. Pemberontakan ini bukanlah kali pertama bagi PKI. Sebelumnya, pada tahun 1948 PKI sudah pernah mengadakan pemberontakan di Madiun. Pemberontakan tersebut dipelopori oleh Amir Syarifuddin dan Muso. 

Tujuan dari pemberontakan itu adalah untuk menghancurkan Negara Indonesia dan menggantinya menjadi negara komunis. Beruntunglah pada saat itu Muso dan Amir Syarifuddin berhasil ditangkap dan kemudian ditembak mati sehingga pergerakan PKI dapat dikendalikan. Namun, melalui demokrasi terpimpin Partai Komunis Indonesia kembali muncul. Diperkuat lagi dengan adanya ajaran dari presiden Soekarno tentang Nasakom (Nasional, Agama, Komunis) yang sangat menguntungkan bagi PKI karena mereka menempatkannya diri sebagai bagian yang sah dalam konstelasi politik Indonesia. 

Bahkan, Presiden Soekarno mengangap aliansinya dengan PKI menguntungkan sehingga PKI ditempatkan pada barisan terdepan dalam demokrasi terpimpin.   Keanehan politik Indonesia di bawah Demokrasi Terpimpin dari 1959-1965 adalah Presiden Soekarno berperan sebagai perisai bagi mereka yang antikomunis dan sekaligus bagi mereka yang komunis. PKI bisa berkembang selama periode ini berkat perlindungan Soekarno. 

Ketika AD membekukan cabang-cabang Partai tersebut dibeberapa daerah pada tahun 1960 dan menggelisahkan pimpinanya di Jakarta, Soekarno turun tangan. Soekarno membutuhkan PKI sebagai basis massa untuk mempopulerkan agendanya, khususnya perjuangannya melawan apa yang dinamakan Oldefo dan Nekolim. Kebijakan Soekarno dan PKI sejalan, ia membutuhkan PKI sebagai kekuatan tawar dalam urusannya dengan AD. Partai Komunis Indonesia merupakan jaminan baginya terhadap AD yang tidak akan bisa dengan gampang mendongkelnya. 

Pimpinan tertinggi AD, meskipun frustrasi oleh sikap Presiden Soekarno yang condong ke PKI pada 1965 menyadari ia terlalu populer untuk digulingkan melalui kudeta secara langsung.  Para perwira yang berpengalaman, seperti Jend. A.H Nasution bersikeras agar AD menunggu waktu. Jika hanya mendongkel Soekarno, maka itu tugas sederhana saja. Tetapi menegakkan kekuasaan AD yang tahan waktu merupakan masalah yang lebih sulit. 

Pimpinan tertinggi AD tidak akan memenangkan satu pertempuran mudah hanya untuk menderita kekalahan dalam seluruh perang. Di bawah pimpinan Letjen Achmad Yani selama 1965, AD menentang tuntutan PKI untuk mempersenjatai "angkatan kelima" dan memasukan komisaris-komisaris politik kedalam angkatan bersenjata. Dalam rangka peningkatan pelaksanaan strategi dan taktiknya, PKI menuntut agar buruh dan tani (angkatan kelima) dipersenjatai dengan dalih mendukung konfrontasi dengan Malaysia. Gagasan ini ditolak oleh Jenderal Achmad Yani, karena dengan adanya angkatan kelima akan menimbulkan kekacauan didalam komando dan pengawasan. Angkatan Kelima adalah unsur pertahanan keamanan Republik Indonesia yang diduga merupakan gagasan dari Partai Komunis Indonesia (PKI). 

Angkatan Kelima ini diambil dari kalangan buruh dan petani yang dipersenjatai. Namun disatu sisi menyebutkan bahwa Angkatan Kelima sebenarnya merupakan ide dari Presiden Soekarno untuk menambah angkatan bersenjata di Indonesia karena menerima bantuan dari luar negri. Menjelang terjadinya peristiwa G.30.S/PKI, tersiar kabar bahwa kesehatan Presiden Soekarno menurun dan kemungkinan akan lumpuh bahkan meninggal. Mengetahui hal tersebut Dipa Nusantara Aidit langsung memulai gerakan. 

Rencana gerakan diserahkan kepada Kamaruzaman alias Syam yang diangkat sebagai ketua Biro Khusus Partai Komunis Indonesia (PKI) dan disetujui oleh Dipa Nusantara Aidit. Biro khusus ini menghubungi kadernya dikalangan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), seperti Brigadil Jenderal Supardjo, Letnan Kolonel Untung dari Cakrabirawa, Kolonel Sunardi dari Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL), Marsekal Madya Omar Dani dari Angkatan Udara (AU) dan Kolonel Anwar dari Kepolisian. 

Menjelang pelaksanaan Gerakan 30 September 1965, pimpinan PKI telah beberapa kali mengadakan pertemuan rahasia. Tempat pertemuan terus berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Kolonel Untung sebagai pemimpin dari Gerakan G.30.S/PKI tahun 1965, memerintahkan kepada seluruh anggota gerakan untuk siap dan mulai bergerak pada dini hari 1 Oktober 1965 untuk melakukan serangkaian penculikan dan pembunuhan terhadap 6 perwira tinggi dan seorang perwira pertama dari Angkatan Darat dibunuh dan diculik dari kediaman masing-masing. Pada tanggal 1Oktober 1965 dini hari, PKI berhasil menculik dan membunuh para perwira yang dianggap sebagai penghalang dari cita-citanya. 

Sebagian perwira dibunuh langsung dikediamannya, sebagian mereka dianiaya dan kemudian dibunuh. Para perwira yangberhasil diculik dan dibunuh diantaranya: 1. Letjen TNI Achmad Yani   2. Mayjen TNI Raden Suprapto   3. Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono  4. Mayjen TNI Siswondo Parman   5. Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan   6. Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo   7. Jenderal TNI Abdul Harris Nasution yang menjadi sasaran utama, selamat   dari upaya pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudan beliau, tewas dalam usaha pembunuhan tersebut. Militer Indonesia di bawah Pimpinan Mayor Jenderal Soeharto yang berhasil mengambil alih dan menghentikan kudeta G30S/PKI dan memulihkan stabilitas keamanan negara. Peristiwa G30S PKI terjadi pada tanggal 1 Oktober 1965, ketika sekelompok perwira militer yang bersekutu dengan Partai Komunis berusaha merebut kendali pemerintahan Indonesia. Kudeta tersebut ditumpas dengan cepat dan brutal oleh militer, yang menyebabkan pembantaian ribuan orang yang diduga anggota dansimpatisan PKI. Peristiwa ini menandai titik balik dalam sejarah Indonesia, yang mengakibatkan jatuhnya Presiden Soekarno, yang diduga pernah menjadi pendukung PKI, dan bangkitnya Jenderal Soeharto, yang kemudian memimpin negara Indonesia selama lebih dari tiga dekade.

Metode Penelitian 

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif yang merupakan pengumpulan data berupa kata-kata, gambar dan dokumentasi, sehingga dengan terkumpulnya data-data tersebut peneliti dapat menganalisis serta menemukan jawaban dari permasalahan yang telah dijabarkan pada latar belakang masalah Penelitian kualitatif tidak menggunakan angka sebagai alat pengumpulan data dikarenakan penelitian ini menerapkan metode penelitian kualitatif (Moleong, 1997: 6). 

Dalam penyusunan laporan kegiatan ini, penulis menggunakan berbagai metode pengumpulan data. Adapun metode tersebut adalah sebagai berikut :

 1. Metode Observasi Dalam metode ini, penulis mendapatkan data dengan cara mengamati langsung objek yang dituju yaitu Monumen Museum Lubang Buaya, Sasmitaloka Achmad Yani, dan Rumah A.H. Nasution.

 2. Metode Study Pustaka Memiliki fungsi ganda yaitu, bisa meningkatkan kemampuan dalam berfikir dan memperluas pengetahuan penulis dengan membaca buku yang berkaitan dengan menumen-monumen yang ada.  

Hasil Penelitian

Dalam laporan kegiatan ini digunakan beberapa sumber pustaka yang digunakan sebagai acuan dan pedoman mengenai topik yang diangkat dalam laporan kegiatan ini. Dengan mendiskusikan beberapa karya tersebut, maka diharapkan akan memberikan pemahaman mengenai perbedaan dari karya-karya tersebut dengan fokus pada laporan kegiatan ini. 

1. Nugroho Notosusanto dan Ismail Saleh, dalam teorinya tentang G30s PKI berpendapat bahwa PKI bertanggung jawab dalam mengatur Peristiwa G30s. Mereka berargumen bahwa PKI memanfaatkan unsur-unsur tentara untuk melancarkan kudeta.

 2. Buku panduan "Monumen Pancasila Sakti" buku ini membahas mengenai sejarah dan fakta-fakta Secam lengkap mengenai peristiwa G30S PKI yang terjadi di Museum lubang buaya Jakarta timur. Buku Ini Juga Menggambarkan Setiap Tempat atau monument dari kejadian bersejarah tersebut. 

3. Buku "Peristiwa 1 Oktober 1965" buku ini membahas tentang kesaksian Jenderal besar Dr. A.H. Nasution yang termasuk kedalam daftar penculikan PKI tetapi berhasil melarikan diri. 

4. Buku "Ahmad Yani" buku yang di tulis oleh ibu Ahmad Yani tahun 1981. Buku ini ditulis oleh ibu Achmad Yani. Buku ini berisi Biography kisah jenderal Ahemad yani dan perjuangan-perjuangan nya sebagai pahlawan Revolusi

Pembahasan

Lubang buaya

  Museum Lubang Buaya atau yang disebut dengan Museum Monumen Pancasila Sakti merupakan museum untuk mengenang peristiwa G30S PKI 1965. Museum ini terletak di kelurahan Lubang Buaya, Kabupaten Cipayung, Jakarta Timur. 

Tempat yang menjadi saksi bisu peristiwa G30S PKI ini dibangun pada pertengahan Agustus 1967 di atas tanah 14,6 hektar. Pembangunan selesai dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 1 Oktober 1973. 

Peresmian tersebut bertepatan dengan hari Peringatan Kesaktian Pancasila. Monumen Pancasila Sakti dibangun untuk mengenang Peristiwa pengkhianatan Gerakan 30 September/PKI (G30S/PKI), upaya untuk menggantikan ideologi Negara (Pancasila) dari ancaman ideologi komunis. Pada peristiwa ini gugur tujuh Pahlawan Revolusi setelah diculik dan dibunuh dengan kejam oleh orang PKI. 

Jenazah ketujuh perwira tersebut kemudian dimasukkan kedalam sebuah sumur tua dengan kedalaman 12 meter dan berdiameter 75 cm dengan posisi kepala di bawah. Selanjutnya para gerombolan G 30 S/PKI menutup sumur dengan potongan batang pisang, sampah, serta daun-daun kering secara berselang seling dan terakhir sumur tersebut ditutup dengan tanah diatasnya. Sebagai tipuan mereka menggali lubang-lubang lainnya di sekitar tempat itu sehingga dapat menyesatkan orang-orang yang akan mencari jenazah ketujuh perwira tersebut. Ketujuh Pahlawan Revolusi tersebut ialah Jenderal Ahmad Yani, Jenderal Siswandono Parman, Jenderal Suprapto, Jenderal Sutoyo Siswomiharjo, Jenderal MT Haryono, Jenderal Donald Ifak Panjaitan, dan Kapten Pierre Andreas Tendean. 

Ketujuhya diabadikan dalam bentuk patung yang berdiri pada sebuah alas yang berbentuk lengkung dengan relief yang menggambarkan peristiwa mulai prolog, kejadian, serta epilog dan penumpasan G30S/PKI. Monumen Pancasila Sakti mulai dibangun pada tahun 1967, sedangkan penyelesaian pembangunan dan peresmiannya pada tahun 1972. Tujuan dan hakekat spirituil pembangunan Monumen Pancasila Sakti adalah sebagai berikut:

 1. Untuk mengenang jasa pahlawan yang gugur dalam membela negara, bangsa dan pancasila sampai titik darah penghabisan. 

2. Membina semangat Korsa dikalangan prajurit TNI. 

3. Monumen peringatan bagi perjuangan Nasional. 

4. Cermin perjuangan Bangsa Indonesia kepada dunia internasional.

 Selain pembangunan monumen pancasila Sakti, maka untuk mencapai tujuan tersebut setiap tanggal 1 Oktober dijadikan dan ditetapkan serta dilaksanakan Upacara Hari Kesaktian Pancasila atau Mengenang Tragedi Nasional akibat Pengkhianatan terhadap pancasila. Pahlawan Revolusi adalah gelar yang diberikan kepada sejumlah perwira militer yang gugur dalam tragedi G30S yang terjadi di Jakarta dan Yogyakarta pada tanggal 30 September 1965. Perlu diingat bahwa, ideologi komunis sangat tidak cocok untuk Indonesia bahkan negara manapun. Termasuk Uni Soviet dan Cina terbukti telah merevisi paham komunis yang dulu diagungkannya. Komunis tidak sejalan dengan fitrah nurani manusia. Dengan Pancasila yang dikuatkan dengan keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Monumen Pancasila Sakti yang berlokasi di Jl. Monumen Pancasila Sakti Bogor Tengah Jakarta Timur DKI Jakarta mengingatkan generasi sekarang agar jangan meninggalkan agama dan pancasila yang menjadi penyangga bangsa Indonesia. 

Museum Penghianatan PKI

  Pada 30 September 1965 menjadi salah satu kejadian yang mencekam di indonesia. Karena pada penghujung september itu menjadi tragedi terjadinya banyak pembunuhan para perwira tni yang disebut dengan G30S/PKI. Dengan adanya kejadian tersebut, pada masa pemerintahan presiden soeharto 1 Oktober 1992 beliau meresmikan sebuah museum yang terletak didaerah jakarta utara. Tujuan dibuatnya museum tersebut sebagai sarana informasi dan penggambaran visual pada masyarakat luas, bahwa pada zaman G30S/PKI itu sangat kejam. Diawal pintu masuk museum penghianatan disambut dengan koleksi foto yang menggambarkan pemberontakan yang dilakukan oleh kelompok komunis, foto pengangkatan jenazah pahlawan revolusi dan beberapa diorma yang menceritakan kekejaman pki. Dalam ruang intro terdapat 3 mozaik foto yang masing-masing menggambarkan :

 1. Kekejaman PKI terhadap bangsa sendiri dalam pemberontakan Madiun 

2. Penggalian jenazah korban kebiadaban PKI dalam G30s PKI 1965 

3. Pengadilan gembong-gembong G30s PKI oleh Mahkamah Militer Luar Biasa. 

Museum Sasmita Loka  Ahmad Yani

  Museum Sasmitaloka Ahmad Yani, atau disebut juga Museum Sasmitaloka Pahlawan Revolusi Jenderal TNI Ahmad Yani, bertempat di Jl Lembang 58 dan Jl Laruharhari 65, Menteng, Jakarta Pusat. Diberi nama Sasmitaloka, menurut bahasa Jawa berarti untuk mengenang dan mengingat, bisa diartikan rumah untuk mengenang. Pengunjung yang datang, biasanya akan diminta untuk mengisi buku tamu sebelum masuk ke rumah yang merupakan bagian utama dari bangunan ini. 

Para pengunjung diminta untuk masuk melalui pintu belakang, dengan alasan yang filosofis sesuai dengan nama museum, yaitu agar pengunjung yang datang dapat memaknai dan mengingat sejarah yang dulu pernah terjadi, dimana Pasukan Carabirawa masuk melalui pintu belakang sebelum menyatroni rumah Jenderal Ahmad Yani pada pagi setelah dini hari tanggal 1 Oktober 1965. 

Kekuatan di museum ini adalah pemaparan melalui foto-foto dan narasi, yang terletak di bagian belakang rumah Museum Sasmitaloka Ahmad Yani, diantaranya adalah rekonstruksi penembakan dan penculikan oleh Pasukan Cakrabirawa terhadap LetJen Ahmad Yani yang ketika itu menjabat sebagai Menpangad (Menteri / Panglima Angkatan Darat). Jabatan ini kemudian diduduki Mayjen Soeharto pada 14 Oktober 1965. Kondisi Museum Sasmitaloka Ahmad Yani terlihat dijaga dan dirawat dengan baik. 

Di bagian kiri ruang makan yang menyerupai bar, ada foto berbingkai berisi kutipan kata-kata Jenderal Ahmad Yani berbunyi "Sampai liang kubur kupertahankan Pancasila". Di sampingnya terdapat kamar tidur Jenderal Ahmad Yani. Di dalam kamar tidur tersebut disimpan memorabilia, senjata otomatis lengkap dengan sisa pelurunya, senjata LE Cal 7,62 yang dipakai untuk membunuh Letjen TNI S. Parman, dan senjata Owengun yang digunakan untuk menembak DN Aidit dan tokoh PKI lainnya. 

Berbagai dokumentasi yang terpampang membuat pengunjung mengetahui secara terperinci peristiwa yang terjadi pada masa lampau terutama yang berkaitan dengan Jend. A. Yani. Museum yang dahulu merupakan kediaman Jend. A. Yani ini sungguh membuat kita ikut merasakan kejadian pada masa itu. Lantai, posisi isi rumah, dapur, kamar, kamar mandi masih tampak seperti dahulu. Di museum ini, pengunjung dapat bebas untuk menjelajah ruangan sesuai dengan keinginan pengunjung. Museum ini cukup dapat mewakili ingatan peristiwa berdarah yang pernah terjadi di negeri ini dan perlu lebih banyak lagi masyarakat yang berkunjung agar mengetahui fakta-fakta sejarah tentang pasukan yang terkait G30S-PKI.

Rumah A.H. Nasution

  Museum Sasmitaloka Jenderal Besar DR. Abdul Haris Nasution ini diresmikan pada 3 Desember 2008. Rumah yang ditempati Museum Sasmitaloka Jenderal AH Nasution sebelumnya adalah kediaman keluarga Jenderal Besar AH Nasution, sejak menjadi KSAD pada 1949, kurang dari 2 tahun setelah sebelumnya diangkat sebagai Wakil Panglima Besar TNI (orang kedua setelah Jenderal Soedirman). 

Di halaman depan Museum Sasmitaloka Jenderal AH Nasution, selain tengara nama museum juga terdapat patung Jenderal Nasution dalam posisi berdiri, diapit sepasang meriam, dan di depannya ada tiang bendera dimana berkibar bendera Sang Saka Merah Putih di puncaknya. 

Terdapat patung dipintu masuk yang diapit oleh sepasang vas bunga yang bertuliskan "Korban kebiadaban G30s PKI yang mengakibatkan tewasnya putri tercinta Ade Irma Suriani Nasution dan ajudannya Lettu CZI Piere Tendean." Lalu terdapat tulisan "Negarawan sejati yang berkomitmen menentang faham komunis tumbuh subur dibumi Indonesia", "Cendekiawan militer, peletak dasar perang rakyat semesta dan prajurit sejati selalu menjaga kemurnian Pancasila dan keutuhan NKRI." Di ruang depan terdapat patung AH Nasution ukuran utuh yang sedang duduk di meja kerja kesayangannya. 

Buku-buku koleksinya tersusun rapi dalam lemari. Di lorong tengah Museum Sasmitaloka Jenderal AH Nasution terdapat patung-patung Pasukan Cakrabirawa dalam ukuran dan seragam sebenarnya, digambarkan dalam posisi menyerbu ke dalam rumah. Di ruang tidur keluarga AH Nasution, yang dimana pada saat penyerbuan itu sang jendrera, istri dan Ade Irma posisinya sedang tidur di kamar tersebut. 

Petugas museum sasmitaloka menjelaskan pada saat perisriwa itu, AH Nasution dan Istrinya (Ibu Nas/Johanna Sunarti) terbangun pada saat subuh dini hari kerena terdengar suara gedoran pintu dari depan. Ibu Nas segera mengunci pintu dan pasukan cakrabirawa berusaha masuk dengan menembakan senapan sehingga menembus pintu sehingga membuat Ade Irma terbangun karena suara tembakan. 

Setelah dibujuk, Jenderal Nasution akhirnya kabur melompati tembok dan terjatuh di Kedutaan Irak. Ketika mengantar Nasution, Ade Irma diserahkan Ibu Nas kepada adiknya. Mendengar gedoran pintu, adik Ibu Nas sambil menggendong Ade Irma membuka pintu kamar, dan saat itulah seorang anggota Cakrabirawa menembakkan senapan dan mengenai Ade Irma dari jarak dekat. Di halaman belakang Rumah AH Nasution, terlindung di dalam cungkup kanopi, terdapat Mobil Volvo dengan nomor 02-00 dan lima bintang, hadiah dari pemerintah Orde Baru saat AH Nasution dianugerahi pangkat Jenderal Besar. Mobil itu kini menjadi salah satu koleksi museum.

Kesimpulan

  Setelah mempelajari berbagai hal dari ketiga museum ini, saya dapat menyimpulkan bahwa perjuangan yang dilakukan para pahlawan untuk mensejahterakan Bangsa Indonesia tidak berhenti ketika sudah merdeka. Buktinya sampai saat ini kita juga masih memperjuangan kesatuan dan persatuan yang ada di dalam Bangsa Indonesia itu sendiri, jangan sampai ada hal atau ada permasalahan dalam bermasyarakat sehingga membuat kita terpecah belah.

 Melihat perjuangan yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya yang saya bahasa hari ini yaitu ke -- 7 Pahlawan Revolusi, 6 Jendral dan 1 Perwira yang gugur dalam satu malam, menyadarkan saya bahwa perjuangan, pengorbanan, dan dedikasi yang telah para pejuang dan berikan tidak lah hal yang sepele atau percuma. 

Dengan gugurnya mereka menyadarkan kita pentingnya untuk saling menjaga satu dengan lain tidak membeda bedakan tidak saling singgung satu dengan yang lain, karena jika hal itu dapat terjadi kemungkinan besar aka nada oknum atau seseorang yang dapat memecah belah kita, mengadu domba kita dengan kaum kita sendiri sehingga menimbulkan perpecahan. Diluar dari itu, kita harus memiliki sikap bela negara dan kita harus mengetahui sejarah bangsa kita sendiri dari awal sampai sekarang ini guna membekali ilmu kepada diri kita pribadi sehingga timbulnya kesadaran akan cinta tanah air yang mendalam. Dengan demikian kita dapat hidup lebih harmonis dan saling menjaga antara satu dengan lain.

 Dengan pengorbanan yang telah diberikan oleh para pejuang dan pahlawan untuk membentuk Bangsa Indonesia kita tidak boleh menyia -- nyiakan pengorbanan yang telah mereka berikan, kita harus menjaga Bangsa Indonesia yang telah mereka jaga dan lindungi sampai akhir hayat mereka dengan menggunakan dedikasi yang tinggi.

Daftar Pustaka

Adriyanto, A. (2016). Kontroversi keterlibatan Soeharto dalam penumpasan G30S/PKI   1965. Kalpataru: Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah, 2(2), 1-12. 

Fabyan, F. Sejarah Museum Sasmitaloka [Daring] Tersedia di   https://id.scribd.com/document/673313210/SEJARAH-MUSEUM SASMITALOKA [22 Juni 2024]. 

   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun