Di bagian kiri ruang makan yang menyerupai bar, ada foto berbingkai berisi kutipan kata-kata Jenderal Ahmad Yani berbunyi "Sampai liang kubur kupertahankan Pancasila". Di sampingnya terdapat kamar tidur Jenderal Ahmad Yani. Di dalam kamar tidur tersebut disimpan memorabilia, senjata otomatis lengkap dengan sisa pelurunya, senjata LE Cal 7,62 yang dipakai untuk membunuh Letjen TNI S. Parman, dan senjata Owengun yang digunakan untuk menembak DN Aidit dan tokoh PKI lainnya.Â
Berbagai dokumentasi yang terpampang membuat pengunjung mengetahui secara terperinci peristiwa yang terjadi pada masa lampau terutama yang berkaitan dengan Jend. A. Yani. Museum yang dahulu merupakan kediaman Jend. A. Yani ini sungguh membuat kita ikut merasakan kejadian pada masa itu. Lantai, posisi isi rumah, dapur, kamar, kamar mandi masih tampak seperti dahulu. Di museum ini, pengunjung dapat bebas untuk menjelajah ruangan sesuai dengan keinginan pengunjung. Museum ini cukup dapat mewakili ingatan peristiwa berdarah yang pernah terjadi di negeri ini dan perlu lebih banyak lagi masyarakat yang berkunjung agar mengetahui fakta-fakta sejarah tentang pasukan yang terkait G30S-PKI.
Rumah A.H. Nasution
  Museum Sasmitaloka Jenderal Besar DR. Abdul Haris Nasution ini diresmikan pada 3 Desember 2008. Rumah yang ditempati Museum Sasmitaloka Jenderal AH Nasution sebelumnya adalah kediaman keluarga Jenderal Besar AH Nasution, sejak menjadi KSAD pada 1949, kurang dari 2 tahun setelah sebelumnya diangkat sebagai Wakil Panglima Besar TNI (orang kedua setelah Jenderal Soedirman).Â
Di halaman depan Museum Sasmitaloka Jenderal AH Nasution, selain tengara nama museum juga terdapat patung Jenderal Nasution dalam posisi berdiri, diapit sepasang meriam, dan di depannya ada tiang bendera dimana berkibar bendera Sang Saka Merah Putih di puncaknya.Â
Terdapat patung dipintu masuk yang diapit oleh sepasang vas bunga yang bertuliskan "Korban kebiadaban G30s PKI yang mengakibatkan tewasnya putri tercinta Ade Irma Suriani Nasution dan ajudannya Lettu CZI Piere Tendean." Lalu terdapat tulisan "Negarawan sejati yang berkomitmen menentang faham komunis tumbuh subur dibumi Indonesia", "Cendekiawan militer, peletak dasar perang rakyat semesta dan prajurit sejati selalu menjaga kemurnian Pancasila dan keutuhan NKRI." Di ruang depan terdapat patung AH Nasution ukuran utuh yang sedang duduk di meja kerja kesayangannya.Â
Buku-buku koleksinya tersusun rapi dalam lemari. Di lorong tengah Museum Sasmitaloka Jenderal AH Nasution terdapat patung-patung Pasukan Cakrabirawa dalam ukuran dan seragam sebenarnya, digambarkan dalam posisi menyerbu ke dalam rumah. Di ruang tidur keluarga AH Nasution, yang dimana pada saat penyerbuan itu sang jendrera, istri dan Ade Irma posisinya sedang tidur di kamar tersebut.Â
Petugas museum sasmitaloka menjelaskan pada saat perisriwa itu, AH Nasution dan Istrinya (Ibu Nas/Johanna Sunarti) terbangun pada saat subuh dini hari kerena terdengar suara gedoran pintu dari depan. Ibu Nas segera mengunci pintu dan pasukan cakrabirawa berusaha masuk dengan menembakan senapan sehingga menembus pintu sehingga membuat Ade Irma terbangun karena suara tembakan.Â
Setelah dibujuk, Jenderal Nasution akhirnya kabur melompati tembok dan terjatuh di Kedutaan Irak. Ketika mengantar Nasution, Ade Irma diserahkan Ibu Nas kepada adiknya. Mendengar gedoran pintu, adik Ibu Nas sambil menggendong Ade Irma membuka pintu kamar, dan saat itulah seorang anggota Cakrabirawa menembakkan senapan dan mengenai Ade Irma dari jarak dekat. Di halaman belakang Rumah AH Nasution, terlindung di dalam cungkup kanopi, terdapat Mobil Volvo dengan nomor 02-00 dan lima bintang, hadiah dari pemerintah Orde Baru saat AH Nasution dianugerahi pangkat Jenderal Besar. Mobil itu kini menjadi salah satu koleksi museum.
Kesimpulan
 Setelah mempelajari berbagai hal dari ketiga museum ini, saya dapat menyimpulkan bahwa perjuangan yang dilakukan para pahlawan untuk mensejahterakan Bangsa Indonesia tidak berhenti ketika sudah merdeka. Buktinya sampai saat ini kita juga masih memperjuangan kesatuan dan persatuan yang ada di dalam Bangsa Indonesia itu sendiri, jangan sampai ada hal atau ada permasalahan dalam bermasyarakat sehingga membuat kita terpecah belah.