Mohon tunggu...
Manjaro Pai
Manjaro Pai Mohon Tunggu... Freelancer - Ayahnya Manjaro

Every day for us something new Open mind for a different view And nothing else matters (Metalica)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Antara Aku, Penumpang, dan Corona

26 Maret 2020   22:21 Diperbarui: 26 Maret 2020   22:31 1093
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku mencoba berdialog dengan penumpang dan memancing agar dia mau bercerita dan merasa nyaman. Aku mulai dialog dengan pertanyaan,”Masih kerja Kang? Ngga libur?”

Pria berumur sekitar empat puluhan tahun itu menjawab,"Enggak Mas. Ini saya malah di over ke Bandung, biar bisa kerja di sini dan menginap di kantor Bandung."

Wah, sepertinya perjalanan kali ini juga tidak akan membosankan, pikirku dalam hati.  Kami bisa ngobrol sepanjang perjalanan. Lalu aku sambung dialognya untuk memancing dia lebih banyak bercerita tentang dunianya.

"Sedih dong Kang harus keluar kota disaat harusnya berkumpul dengan keluarga. Emang dari mana Mas?" jawabku lagi.

Dia memberi jawaban yang justru menambah rasa takutku yang sudah mulai kurasakan sejak tadi.

Dengan santai pria itu menjawab,“Saya belum berkeluarga kok. Di sana saya kos. Saya baru datang dari Jakarta Mas, jadi seneng aja saya dikirim ke Bandung."

Setahuku DKI Jakarta sudah termasuk red zone untuk pandemi virus corona. Mudah-mudahan penumpang ini tidak terpapar virus yang mematikan tersebut, pikirku tegang.

Oh, bukan yang itu yang bikin aku sangat ketakutan, tetapi penjelasan selanjutnya.

Pria yang sesekali batuk sepanjang perjalanan itu mengatakan kalau dia senang dipindahkan sementara oleh kantornya karena memang dia sendiri yang memintanya. Alasannya karena di tempat asalnya sudah ada beberapa warga yang terkena virus corona.

Waduuuuuuh! Guawaaat kalau begini, pikirku dalam hati.

Semula posisi duduk kami saling berdempetan. Setelah mendengarkan ceritanya, cepat-cepat aku menggeser pantatku agak sedikit ke depan. Posisi saat itu baru sampai Stasiun Bandung. Bisa dibayangkan sepanjang perjalanan dari Stasiun Bandung menuju Kopo, aku merasakan ketakutan yang luar biasa, apalagi dia menceritakan bagaimana keadaan dan perasaannya sampai dia minta dipindah ke Bandung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun