Rona pipi cewek itu memerah, tersenyum malu-malu, tersanjung dengan perkataan Maman yang romantis tapi norak.
"Masa sih?"
"Iya, gue yakin itu."
"Nama gue Mumun, Bang," dengan malu-malu Mumun memperkenalkan diri sambil mengajak Maman bersalaman.
"Gue Maman."
"Nama Kita hampir sama, ya. Monyet gue namanya Jamealah. Terus monyet Abang, Jamlekon."
"Jodoh kali ya, kita. pas buat lop yu-lop yu-an gitu," kata Maman sambil senyum-senyum. Lalu pundaknya menyenggol pundak Mumun. Pipi Mumun merona karena malu.
"Bapak... Emak..." teriak Maman dari teras rumah. Emak dan Bapak yang denger langsung ke luar dari kamar. Berhambur menemui anak semata wayangnnya itu.
"Mana?" tanya Emak yang penasaran. Bapak juga sama penasarannya.
Maman mengacungkan jempolnya untuk mengarahkan petunjuk. Diputernya jempol itu ke kiri, 90 derajat. Bapak dan Emak melotot bulet melihat ada Jamielah berdiri di samping Maman.
"Kok monyet, Man?" tanya Bapak dan Emak serempak. Maman menggelengkan kepala. Bapak dan Emak jadi lega sejenak, tapi tetep penasaran. Lalu jempol tangan Maman kembali bergerak kebelakangnya, membentuk sudut 180 derajat. Mata Bapak dan Emak kembali melotot lagi. Ada gadis cantik berdiri di belakang Maman yang tersenyum manis.