Mohon tunggu...
Mahbubah mahmud
Mahbubah mahmud Mohon Tunggu... Penulis - Petualang literasi

Seseorang yang ingin terus belajar dan belajar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ayah

23 Oktober 2020   14:09 Diperbarui: 23 Oktober 2020   14:22 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Silakan masuk," ucapku. 

"Duduk sini, Bu." Sebelum memenuhi permintaanku, wanita itu mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan, lalu duduk perlahan di sofa. 

"Maaf, Ibu siapa dengan kasus apa ya? Maklum, saya suka lupa pada klien sendiri ... " kucoba tersenyum meski canggung. 

"Saking banyaknya, ya?" Potongnya tiba-tiba. Aku sedikit terkejut, namun hanya bisa tersenyum kecut. 

Wanita ini semakin membuatku penasaran. Tidak seperti klien pada umumnya. "Kenalkan, saya Riana. Saya sudah tahu nama anda, Bu Lita. Jadi tidak usah repot-repot memperkenalkan diri."

Kata-katanya membuat jantungku hampir melompat dari tempatnya. Dengan hati berdebar kunanti kalimat berikutnya. Otakku mengatakan, ada yang tak beres pada kedatangannya. 

Ia mulai melanjutkan, "saya tunangannya Randy, dan ini buah cinta kami." Tunjuknya pada perut buncitnya dengan elusan. 

Entah apa lagi yang dikatakan berikutnya. Mendadak ruangan berputar dan semuanya gelap.

 ***

 Tepat pukul 16.00 WIB aku tiba di Jember. Mengendarai CRV putihku dengan kecepatan maksimal. Pengakuan wanita hamil dengan bukti tes DNA di kantor kemarin membuatku mengajukan cuti lebih awal, lamanya satu bulan penuh. 

Seluruh pekerjaan kuserahkan pada asisten dan rekan sejawat. Desas desus itu rupanya benar, hanya aku yang buta. Buta oleh cinta dan nafsu ingin bersamanya. Rasa bersalah, malu, dan rindu bercampur menjadi satu. Tak ada tempat yang lebih nyaman  selain bahu dan pelukan ayah untuk saat ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun