“Apa salahku, aku hanya menyampaikan kebenaran. Bukan, bukan kebenaran. Tapi sesuatu yang akan benar terjadi. Bukankah itu bagus ? Aku bisa mencegah keburukan. Aku bisa memperbaiki keadaan. Aku tidak mau seperti Ibu. Mengurung diri seperti siput. Tidak, aku bukan Ibu. Aku akan memilih jalanku sendiri”.
Bergegas dia mengambil tas ranselnya. Buru-buru memasukkan beberapa lembar pakaian, dompet dan ponsel. Lalu mengendap-endap keluar kamar dan rumah. Sejurus kemudian dia sudah berada di atas bus antar kota. Tujuannya adalah Ibu Kota. Ya, dia akan mengadu nasib di sana. Mayang yakin, dengan kemampuan uniknya, dia akan bisa menggapai popularitas. Dia ingin terkenal. Dia tidak mau berakhir seperti ibunya. Terpuruk dalam kesunyian desa.
( Bersambung )
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI