“Apa salahku, aku hanya menyampaikan kebenaran. Bukan, bukan kebenaran. Tapi sesuatu yang akan benar terjadi. Bukankah itu bagus ? Aku bisa mencegah keburukan. Aku bisa memperbaiki keadaan. Aku tidak mau seperti Ibu. Mengurung diri seperti siput. Tidak, aku bukan Ibu. Aku akan memilih jalanku sendiri”.
Bergegas dia mengambil tas ranselnya. Buru-buru memasukkan beberapa lembar pakaian, dompet dan ponsel. Lalu mengendap-endap keluar kamar dan rumah. Sejurus kemudian dia sudah berada di atas bus antar kota. Tujuannya adalah Ibu Kota. Ya, dia akan mengadu nasib di sana. Mayang yakin, dengan kemampuan uniknya, dia akan bisa menggapai popularitas. Dia ingin terkenal. Dia tidak mau berakhir seperti ibunya. Terpuruk dalam kesunyian desa.
( Bersambung )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H