Kang...
Sejak kehamilan anak pertama kita, Lilis sudah merasa ada masalah dalam tubuh Lilis. Kita harus mengakui bahwa ini adalah kesalahan Lilis, kesalahan Kang Engkus yang melarang Lilis berobat ke bidan atau ke Rumah Sakit. Ini adalah kesalahan kita bersama atas kebodohan, atas keegoisan dan  atas kesombongan kita.     Â
Jika kita beruntung, mungkin ketika akang membaca surat ini, Lilis masih dalam keadaan sehat wal afiat. Tapi jika......................akang mungkin akan melihat Lilis sedang terbujur kaku dan telah menjadi mayat. Â
Kang Engkus, suami Lilis.
Kebodohan, keegoisan dan kesobongan kita ternyata tidak membantu kita apa-apa. Bahkan menyengsarakan kita, Kang. Waktu kehamilan pertamaku, aku kehilangan bayi kita, anak kita. Entah apa lagi yang akan hilang di kehamilanku yang kedua ini. Jika jiwaku yang hilang, aku tidak bisa mema'afkan diriku sendiri atas kebodohon ini. Â
Kang...
Lilis sudah capek...
Lilis tidak ingin ada lagi bayi-bayi meninggal karena kebodohan, keegoisan dan kesombongan orangtuanya.
Lilis tidak ingin lagi ada Ibu-ibu meninggal karena melahirkan bayi, karena kebodohan, keegoisan dan kesombongan orangtuanya.
Ma'afin Lilis Kang atas kelancangan ini.
Salam,
Lilis, Istrimu