Mohon tunggu...
Maman A Rahman
Maman A Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis tinggal di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Si Penari Sintren

10 Oktober 2018   14:30 Diperbarui: 12 Oktober 2018   08:09 3921
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ayah tidak percaya, kamu hanya beteman."

"Benar Ayah."

"Orang-orang bilang kamu kemana-mana berduaan."

Ayahnya langsung menohok.

"Ayah yakin pasti kamu dipeletnya." Pak Kuwu sambil mondar-mandir menaruh tangannya dipinggang.

"Entahlah Ayah. Sebagai seorang terpelajar saya tidak percaya segala hal tentang mistis." Kata Indra mendebat Ayahnya.

"Jika pun saya menyukainya karena memang itu datang dari lubuk hati yang paling dalam. Bukan karena hal-hal lain."  

"Tidak! Tidak bisa kamu jatuh cinta kepada si penari itu. Apa matamu sudah buta?" Pak Kuwu mengeluarkan emosinya.  

Indra hanya duduk tertunduk menekuk punduk seperti maling yang tertangkap penduduk.

"kalau kamu menyukai cewek, carilah yang sederajat." Sembur Ayahnya.

"Mau ditaruh di mana muka Ayahmu ini?" Muka Ayahnya merah padam bagai bara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun