Mohon tunggu...
Maman A Rahman
Maman A Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis tinggal di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Si Penari Sintren

10 Oktober 2018   14:30 Diperbarui: 12 Oktober 2018   08:09 3921
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertunjukan malam itu segera dimulai.  

Seorang perempuan muda berparas ayu, khas pantura,  membawa buntelan kain terlihat dipegang oleh dua orang laki-laki berpakaian serba hitam. Perempuan muda itu disyaratkan harus masih perawan untuk bisa menjadi penari sintren. Konon sintren itu berarti "dia seorang putri."

Di depan perempuan  muda itu seorang laki-laki dengan kumis dan jenggot yang panjang sedang memegang tempat kemenyan yang terbuat dari tanah liat. Asap kemenyan mengepul menyebar ke segala arah dan baunya memburu setiap lubang hidung. Suasana mistis sangat terasa.

Nyanyian Turun turun sintren Sintrene widadari  terus dialunkan oleh para sinden seakan meminta agar sintren agar cepat beraksi.  Ranggan atau kurungan ayam  sudah siap dengan kain yang menutupinya. Tikar pandan disiapkan untuk membungkus penari sintren yang siap masuk kurungan. Mantra-mantra mengundang roh Dewi Lanjar atau Rr. Rantamsari, Ibunda R. Sulandono yang konon biasa mempertemukan roh anaknya dengan pacarnya, Sulasih, terus dilapalkan oleh ki dalang.  

Gadis itu berdiri. Kain bercorak batik dibungkuskan ke tubuhnya. Kemudian para laki-laki itu mengikatnya dengan tambang dari kaki sampai leher. Laki-laki berjenggot kemudian menebarkan asap kemenyan ke sekitar tubuh dan wajah gadis itu dan mengusapkan tangannya ke mukanya.

Seketika itu juga, si gadis pingsan terjatuh disangga para lekaki dan membaringkannya di tikar pandan yang sudah disiapkan. Kemudian orang yang berjenggot sebagai dalangnya membukus gadis itu dengan tikar pandan dan memasukannya ke ranggan atau kurungan ayam.

Nyanyian terus dilantunkan dengan iringan musik khas sintren.

Selasih Selasih Sulandana

Menyangkuti ragae sukma

Ana sukma saking surga

Widadari temurunan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun