Dalam banyak kasus, manusia tidak memiliki akses langsung atau pengetahuan yang lengkap tentang kebenaran mutlak mengenai diri dan alam semesta. Kita membangun pemahaman kita melalui observasi, pengalaman, dan proses kognitif yang terbatas.
Dalam ilmu pengetahuan dan filosofi, konsep "kebenaran mutlak" seringkali sulit dicapai atau didefinisikan dengan jelas. Pemahaman kita terus berkembang seiring waktu dan dengan tambahan pengetahuan baru.
Mengakui keterbatasan dan ketidaksempurnaan adalah langkah pertama dalam mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang diri dan dunia sekitar. Kita semua memiliki keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan perspektif. Hidup dengan benar dan penuh makna seringkali melibatkan kesadaran akan keterbatasan tersebut.
Meskipun kita mungkin tidak pernah sepenuhnya memahami segala sesuatu dengan benar, kita dapat berusaha untuk terus belajar, tumbuh, dan meningkatkan pemahaman kita. Keterbukaan terhadap berbagai perspektif, kemauan untuk beradaptasi dengan perubahan, dan kritis terhadap asumsi-asumsi kita dapat membantu menjalani hidup dengan lebih baik.
Konsep kebenaran adalah subjektif dan dapat bervariasi tergantung pada konteksnya. Ada berbagai pendekatan filosofis dan epistemologis yang membahas sifat kebenaran. Dalam beberapa konteks, kebenaran dapat dianggap sebagai sesuatu yang dapat diukur dan diuji, seperti dalam ilmu pengetahuan. Namun, dalam konteks lain, terutama di bidang filsafat, kebenaran seringkali dianggap sebagai konsep yang kompleks dan sulit didefinisikan dengan jelas.
Beberapa pandangan mengatakan bahwa kebenaran mutlak tidak dapat dicapai oleh manusia. Konsep ini mencerminkan keterbatasan pengetahuan dan persepsi manusia. Meskipun kita mungkin tidak pernah menemukan kebenaran mutlak, upaya untuk mendekati kebenaran dan meningkatkan pemahaman tentang diri dan dunia sekitar tetap menjadi tujuan yang berharga.
Dalam konteks kehidupan sehari-hari, orang seringkali menggunakan konsep kebenaran dengan cara yang lebih praktis, merujuk pada informasi yang sesuai dengan kenyataan dan dapat diverifikasi. Namun, dalam konteks filosofis atau eksistensial, pertanyaan tentang kebenaran dapat menjadi kompleks dan tidak selalu memiliki jawaban yang pasti.
Disamping itu ilmu pengetahuan bersifat relatif dan terus berkembang seiring waktu. Ilmu pengetahuan tidak pernah berhenti tumbuh dan mengalami perubahan sejalan dengan penemuan-penemuan baru dan penelitian ilmiah yang lebih lanjut. Oleh karena itu, apa yang kita anggap sebagai kebenaran ilmiah pada suatu waktu tertentu mungkin dapat direvisi atau diperbarui di masa mendatang.
Keberlanjutan perkembangan ilmu pengetahuan menunjukkan bahwa pengetahuan manusia selalu dalam tahap evolusi. Meskipun ilmu pengetahuan dapat memberikan penjelasan yang sangat baik tentang banyak fenomena alam, sifatnya yang relatif dan terbuka terhadap pembaruan menunjukkan bahwa konsep kebenaran mutlak mungkin sulit untuk dicapai di dalam ilmu pengetahuan.
Penting untuk memahami bahwa sementara ilmu pengetahuan menyediakan kerangka kerja yang kuat untuk memahami dunia, konsep kebenaran mutlak mungkin lebih cocok untuk domain filosofis atau agama. Dalam ilmu pengetahuan, kita cenderung berbicara tentang model dan teori yang paling sesuai dengan data yang ada, tanpa klaim bahwa itu adalah kebenaran mutlak yang tidak dapat diubah.
Pertanyaan tentang keberadaan diri, realitas, dan kebenaran adalah pertanyaan filosofis yang kompleks. Meskipun konsep kebenaran mutlak mungkin sulit dijelaskan atau dicapai, keberadaan diri dan realitas sekitar kita menjadi dasar dari pengalaman hidup kita sehari-hari.