Â
Bulan Mei bagi umat Katolik adalah bulan yang istimewa. Bulan Mei adalah bulan Maria. Di bulan ini umat merayakannya untuk menghormati Bunda Maria, ibu dari Yesus Kristus.
Umat Katolik dikenal sering berziarah dan berdoa di gua Maria di bulan Mei. Meskipun doa dan ziarah bisa dilakukan di bulan yang lain. Biasanya gua Maria lebih ramai pengunjung di bulan ini.
Di Indonesia banyak sekali gua Maria yang bisa diziarahi untuk berdoa. Salah satunya adalah Gua Maria Pereng yang ada di Salatiga. Saya menyempatkan untuk berkunjung saat liburan Lebaran kemarin.
Libur Lebaran tahun ini, saya mengunjungi rumah orangtua di daerah Salatiga. Saya menyempatkan jalan-jalan ke daerah Kopeng yang notabene seperti puncak Bogor untuk orang Jakarta.
Dalam perjalanan, saya melihat petunjuk arah "Gua Maria Pereng". Tak ada yang kebetulan, saya memang ingin berziarah ke gua Maria dalam liburan ini. Akhirnya sore hari (24/4), saya dan keluarga pergi kesana untuk berdoa.
Gua Maria Pereng ini secara administrasi masuk wilayah kabupaten Semarang, tepatnya di Getasan. Hanya saja karena lokasi ini mudah dicapai dan dekat dengan kota Salatiga, banyak yang menyebut Gua Maria Pereng Salatiga.
Gua Maria Pereng disebut juga Gua Maria Bunda Ratu Surga. Oleh karena itu, pencarian di google maps bisa menggunakan nama Gua Maria Bunda Ratu Surga.
Lokasi gua Maria tak jauh dari jalan raya Salatiga-Kopeng. Dari jalan raya, hanya tinggal masuk sedikit sudah sampai di komplek gua yang luas.
Sore itu tak banyak mobil yang terlihat di parkiran. Begitu juga dengan deretan kios UMKM yang ada di seberangnya. Hanya 2 kios yang buka. Mungkin masih suasana Lebaran, jadi banyak yang pergi mengunjungi sanak-saudara.
Taman Doa yang Sejuk
Angin sore berbisik saat kami menapaki tangga turun menuju gua. Jalanan yang basah sehabis hujan membuat kami lebih hati-hati melangkah.
Tak lama kemudian kami sampai di pelataran gua. Tampak meja altar di sisi kiri atas, sedangkan gua Maria ada di sebelahnya.
Pelataran dilengkapi dengan tenda peneduh. Sepertinya sering diadakan misa disini. Bangku-bangku kecil tampak di beberapa sudut.
Kami langsung menuju di depan gua untuk menyalankan lilin dan berdoa bersama. Anak-anak menurut dan mau berdoa karena dari awal saya katakan bahwa salah satu ujud doa adalah untuk kelancaran ujian akhir mereka, terutama Si Sulung.
Saat kami mendaraskan doa bersama, lilin-lilin terlihat indah bercahaya. Pun dengan patung Bunda Maria yang cantik dan anggun. Semua membuat kami bisa berkonsentrasi untuk berdoa dan melihat kebaikan Tuhan.
Sebagai umat Katolik, kami tidak menyembah patung. Kami hanya menyembah Allah. Pun kami tidak berdoa kepada Bunda Maria.Â
Bunda Maria adalah pendoa bagi anak-anakNya. Di adalah sosok istimewa yang berperan besar dalam karya penyelamat yang dilakukan oleh Yesus, putraNya.
Karenanya, sebagai "anak" kami memohon kepada Sang Bunda untuk mendoakan. Memang pemahaman yang seperti ini seringkali disalahartikan dan disalahpahami. Tak heran banyak yang mengira umat Katolik ke gua Maria untuk berdoa kepada patung.
Ohya, jika ingin melakukan ibadah Jalan Salib bisa dimulai dari gereja yang ada di bawah. Kurang lebih 200 meter sebelum belokan menuju jalan masuk parkir.
Jalan Salib disini mengingatkan saya dengan Gua Maria Bukit Kanada Rangkas Bitung. Jadi, benar-benar menaiki semacam bukit kecil.
Sendang Penguripan
Ketika kami di pelataran doa, seorang staf keamanan berjalan turun dan memberi tahu kami bahwa jika ingin ambil air di bawah. Ya, di bawah ada mata air alami yang sudah diberkati yaitu sendang Panguripan.
Usai berdoa kami pun menuju kesana. Hanya ada satu keluarga yang sedang mengambil air. Setelah itu giliran kami. Anak-anak berebut mengambil air yang sudah dialirkan ke deretan kran-kran.
Saya mengintip pintu yang ada di sisi kanan. Ternyata ini adalah sumber mata air sendang. Air sendang mengalir deras. Mungkin karena siangnya hujan deras sehingga air berlimpah.
Di sore yang basah itu, kami berempat mencuci tangan dan muka dengan air sendang. Duh segar! Muka terasa adem. Anak-anak pun senang merasakan kesegaran air alami yang sudah diberkati tersebut.
Usai dari sendang, kami memutuskan untuk kembali. Menapaki tangga naik menuju parkiran terasa syahdu.
Udara yang sejuk mengalir di antara bebungaan dan tanaman di sekitar gua. Hati kami ikut tenang dan damai.
Sebagai orangtua, kami banyak kurangnya. Dengan mengajak anak-anak ke Gua Maria untuk berdoa setidaknya akan ada jejak rasa damai di hati anak-anak. Tuhan hanya sejauh doa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H