Motor sudah sampai di depan kostku. Aku pun turun. "Makasih, mbak Wita..." kulambaikan tangan kepada seseorang yang baik sejak dulu itu.
Menapaki tangga ke lantai 2 kost, aku masih memikirkan masalah bu Retna. Hmmm... tak terbayangkan, suami meninggal, sekarang tanpa penghasilan, anak-anak yang susah diatur dan gaya hidup yang tinggi. Di umur yang tak muda lagi harus bersusah-payah belajar untuk gelar profesi.
"Kamu harus belajar, Sita! Pokoknya belajar! Jangan sia-siakan waktumu!" tiba-tiba suara hati itu menggema dalam diriku.
Aku segera masuk kamar dan menghempas badanku ke kasur yang hampir busuk itu. Mataku melihat jadwal ujian. Hmmm... besok ujian Farmakoterapi!
*****
Hari ini yudisium program profesi Apoteker. Aku yakin lulus. Aku sudah tak sabar ingin punya gaji sendiri. Kutatap lembar pengumuman itu.
"Yes, cumlaude!" ucapku girang. Akhirnya aku bisa membahagiakan orangtuaku.
Selesai yudisium, aku langsung pulang karena ada janji dengan teman gereja. Aku berpapasan dengan mbak Wita di taman fakultas. Dia mendekatiku dan berbisik lirih sekali.
"Sit, bu Retna nggak lulus, " ucapnya. Setelah itu, dia berlalu tanpa menunggu responku.
Cikarang, 14 April 2021
Tujuh hari menjelang hari Kartini, sosok pahlawan perempuan yang punya kemauan keras untuk terus belajar.