Suaminya berulang-kali berselingkuh di depan matanya. Beliau hanya bisa diam. Beliau sadar tak bisa apa-apa. Pergi sudah biasa dengan sopir. Makanan di rumah disiapkan oleh asisten. Bu Retna hanya bisa ke salon dan belanja sana-sini. Bahkan memasak mie instan pun tak bisa.
"Sebelum suami meninggal, mereka bercerai ya mba?" tanyaku.
"Nggak. Mereka tak pernah cerai. Bu Retna selalu mengalah. Cuma ya itu disitu jadi double-trouble ! "sahut mbak Wita.
"Maksudnya?"
"Suaminya meninggal karena serangan jantung. Ditemukan di kamar hotel, Sit! Kamu tebak sendiri, bersama siapa kira-kira, "
Aku terkejut. "Sudah, yuk balik! Mau nebeng aku nggak?" kata mbak Wita.
Aku pulang ke kost diantar mbak Wita. Di atas motor hitamnya, kami masih sempat bercerita tentang bu Retna.
"Sebenarnya ada yang lebih membuat bu Retna stress. Ketiga anaknya sudah kuliah. Semua di kampus swasta mahal dan semua sudah biasa hidup enak. Disitu susahnya, Sit!" kata mbak Wita.
"Susah juga ya mbak? " sahutku.
"Pasti. Itu ketiga anaknya bermobil semua loh. Bukan macam kita ini naik motor butut hihihi"
"Lha mbak Wita masih mending. Aku ini mahasiswa super kere, Mbak.. modal dengkul jalan kaki hahaha.. Wes angel lah kalau begitu mbak... Sedih ya?"