Akhirnya mereka berhenti di depan toko "Fajar Utama". Mereka berdiri di depan toko sambil mengeringkan bagian tubuh yang basah. Lelaki itu berjalan kesamping toko. Segelas teh panas dan seplastik gorengan dibawa untuk anak perempuannya.
"Buat anget-anget, Nduk! " ujarnya lembut.
Anak perempuan itu sekarang tak menggigil lagi. Bias air di rambutnya mulai mengering. Hanya kaki dan sandal jepit berwarna birunya yang masih basah.
"Yuk, beli sekarang, Nduk! Pilih yang kamu suka tapi jangan yang mahal ya? Duit Bapak tidak cukup, " ujar Bapaknya.
Anak perempuan itu menurut. Toko tak terlalu ramai. Dia segera menuju ke deretan gaun anak perempuan. Namun, anak matanya sibuk memperhatikan gaun cantik yang dipasang di manekin.
"Tapi pasti mahal, itu model yang baru, " pikirnya. Dia pun memalingkan muka dari baju yang bagus dan mahal itu.
Berulangkali dia menggeser baju-baju dalam gantungan. Bapaknya menunggunya untuk melihat dan menjatuhkan pilihan.
"Pak, mau yang ini... Ini harganyaaa... bentar... bentar... Wah, mahal, Pak! Nggak jadi, " katanya.
Bapaknya hanya diam mengamati. "Yang itu bagus tuh! Nggak apa, Bapak ada uang kok, Nduk, " Bapak mengambil baju dalam gantungan itu.
"Sudah, yang ini saja? Kamu suka, kan? " tanya Bapak.
Mata anak kecil itu berbinar. Sebuah gaun berwarna merah dengan beberapa bunga cantik. Ada nuansa emas di kain tulle-nya.