Teti sudah keluar ruangan menuju departemen lain. Aku pun kembali ke mejaku. Aktivitas kerja hari yang sangat padat mengalihkan perhatianku atas kejadian pagi tadi.
Satu hal yang kutangkap dari mimik muka Teti adalah tak sedikitpun ada kekagetan. Seperti sudah sering terjadi, karenanya dia mengalihkan pembicaraan.
Mungkinkah dia sudah "terbiasa" dengan keanehan semacam ini? Hmmm... tak tahu. Aku baru setahun bekerja di kantor ini, sedangkan Teti sudah hampir tujuh tahun.
Satu per satu deadline kerjaan berdatangan. Aku pun lupa kejadian pagi itu. Bahkan tak sempat kuceritakan kepada siapapun. Bisa saja aku yang salah melihat, meskipun aku yakin tidak.
***
Kota Kenangan, Desember 2011
Dua minggu berikutnya, aku kembali masuk di shift siang. Apalah daya, aku harus mencari lembaran uang untuk membayar kos, jadi kujalani saja.
Beruntung kali ini ada temannya, jadi ada dua orang di departemenku. Meski ada teman, jika boleh memilih lebih baik aku shift pagi. Entahlah, aku cuma merasa tak nyaman dengan suasana malam di kantor. Apalagi departemenku ada di lantai paling atas.
Malam itu aku berdua dengan Rico, anak baru yang mukanya terlihat dewasa. Mata Rico bening dan tajam. Orang yang sangat baik dan sangat positif. Dia duduk di meja seberangku.
Jam menunjukkan pukul 10.00 malam. "Duh, sejam lagi..." ucapku dalam hati. Segera kusiapkan laporan hari ini dan segala macam deadline yang sudah kukerjakan.
Aku harus menyelesaikan malam ini sebelum pulang. Esok pasti ada deadline baru lagi yang harus kukejar. Begitulah siklus kerjaku.