Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mah, Aku Bukan Jungkook Korea-mu

5 Juli 2020   20:06 Diperbarui: 5 Juli 2020   20:24 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dua puluh tahun sudah Rama menikahi Dini. Sepasang suami istri ini adalah pasangan yang ideal di masanya. Tak ada satu cela pun pada diri mereka. Semua nampak sempurna, seperti pandangan pertama mereka sewaktu dulu. Di kampus ternama di kotanya.

Dalam pertemuan yang sangat singkat itu lahirlah balutan asmara yang sungguh tak diperkirakan sebelumnya. Di halaman kampus itu ada jejak asmara yang masih tersisa.

Perjalanan asmara selayaknya sepasang merpati ini awalnya begitu mesra. Jika memungut kisah Romeo dan Juliet nampaklah kehidupan mereka sungguh sempurna. Meskipun pada akhirnya Rama dan Dini akhirnya menikah, sedangkan Romeo dan Juliet harus mengakhiri hidupnya lantaran kasih yang tak kesampaian.

Rama dan Dini sungguh pasangan serasi. Wajah Dini yang cantik masih membuat Rama terpesona. Ada sihir yang telah mengikat cinta Rama yang membuatnya bertahan dalam cinta itu. Meskipun rasa itu begitu dalam, ternyata berbeda dengan Dini yang kini berubah. Rama tak lagi tampan di matanya. Ia telah berbeda, tak ada lagi pesona yang memancar dari diri Rama.

"Kenapa Rama tak setampan dulu? Kini dia terlihat tua dan bau badannya sungguh membuatku ingin muntah." Dalam batin Dini mengeluhkan kondisi suaminya yang tak lagi tampan.

Berbeda ketika usia pernikahan mereka masih seumur jagung. Setiap hari pantun, puisi dan lagu-lagu cinta merayu setiap saat terlontar dari bibir Dini. Bahkan dalam tidurpun yang ia impikan adalah wajah Rama.

Sembari merebahkan tubuhnya di sofa usang itu, Dini asik menonton Drama Korea di layar ponselnya. Kadang senyum, kadang tertawa, kadang mengumpat sosok artis dalam drama itu. Bahkan anehnya Dini kerap menghabiskan tisu dalam semalam. Hanya ingin menikmati drama Korea itu.

Angin masih berhembus lembut, sedangkan matahari mulai menyingsing. Langit yang cerah itu kini berubah keemasan.

Tiba-tiba telinganya dikejutkan oleh suara pintu yang diketuk dari luar.

"Tok tok tok"

"Assalamu'alaikum. Mah, buka pintu!"

Berkali-kali Rama memanggil sang Istri tak juga menyahut. Pintu masih tertutup dan tak terdengar suara istrinya yang menjawab salamnya. Pintu pun tak juga dibukakan.

Rama heran, mengapa istrinya tak juga keluar dan menyambut kepulangannya.

Karena sedikit kesal, ia buka pintu dan bergegas masuk rumah. Khawatir sesuatu terjadi pada diri istrinya.

Dengan langkah cepat namun gontai ia memasiki rumah yang nampak minimalis itu. Sayangnya terlihat berantakan. Beberpa benda masih tergeletak di meja. Dan lantai nampak kotor.

"Kemana Dini, gak ada suaranya?" Tanyanya dalam hati.

Di ruang tengah ia melihat istrinya tengah asyik dengan ponselnya. Dengan mata yang sedikit sembab. Dini terkejut karena sang suami telah masuk ke rumah.

"Loh, Papah dah pulang? Kok gak ngucapin salam?" Tanya Dini berbasa-basi untuk mengurangi gugupnya.

"Mamah gimana sih? Papah sudah ketuk pintu berkali-kali kenapa gak dijawab? Malah asyik nonton drama. Lagian kenapa mata Mamah seperti habis nangis? Kenapa?"

Agak terbata-bata Dini menjawab pertanyaan Rama. Dengan wajah pucat ia berusaha melupakan yang barusan ditontonnya.

"Maaf, Pah. Aku tadi gak mendengar salam Papah." Dini mengelak.

"Asyik nonton drama sampai gak ingat waktu!? Ayah capek mau mandi dan istirahat." Rama pun meninggalkan istrinya.

Dalam batin Dini berkata, "Kenapa sih marah-marah? Gak tau kalau dia gak ada gunanya. Sudah tua, bau tanah lagi!" Dalam batinnya.

Kembali Dini mengikuti suaminya ke kamar. Sambil menggerutu ia ambilkan pakaian pengganti. Sedangkan suami bergegas mandi.

***

Tak lama sang suami selesai membersihkan tubuh dan pakaiannya. Dicarinya sang istri tak ada di tempat. Rama mencarinya ke kamar tamu, ternyata Dini tengah asyik menonton drama kembali. Sepertinya ia melanjutkan tayangan drama Korea itu.

"Yah, Jungkook itu ganteng ya? Persis kayak Papah dulu." Tukasnya.

"Kamu gak nyiapin makan suamimu? Aku lapar mau makan." Wajah Rama menunjukkan raut kecewa.

Gak seperti biasa, bagi Rama, dulu Dini adalah sosok yang istimewa. Setiap hari selalu berhias cantik dan wangi. Hidangan di meja makan pun telah disiapkan. Bahkan sebelum menanyakan masakan, istrinya selalu menawarkannya untuk segera mandi dan menikmati makan malam.

Namun, berbeda beberapa minggu ini. Raut wajah istri tak lagi ceria. Senyum yang biasanya mengembang kini seperti tertutup awan. Semua gelap dan tak ada lagi cahaya.

Istrinya kini terlihat berbeda. Kadang kecurigaan Rama muncul. Tapi seketika itu ia halau saja.

"Pesan online aja, ya? Kan Papah tinggal pilih." Kata Dini.

"Apa gak masak lagi?" Tanya Rama sembari menekuk keningnya.

"Enggak. Malas. Sekarang kan sudah ada makanan online. Kenapa harus susah-susah masak!?"

"Iya, Papah tau sekarang serba mudah. Tapi Papah kepingin masakan Mamah. Sudah lama gak ada masakan Mamah di meja. Aku rindu masakan itu. Lagian kan dari dulu Papah gak suka jajan di luar." Rama menimpali.

"Emang kenapa kalau harus belanja makanan di luar? Mamah capek. Mamah mau istirahat." Kata Dini dengan suara ketus.

Dengan sangat terpaksa Rama pun memesan makanan online.

Dalam remang malam itu, ia nikmati makan malam sendirian, tanpa istrinya. Hanya denting jam dinding yang menemaninya dalam kekecewaan yang dalam.

Beberpa menit kemudian, ia kembali menemui istrinya.

Ia duduk di sebelah sang istri. Ia belai tangannya dan kembali memulai pembicaraan.

"Kenapa sih, Mah? Kenapa Mamah berubah? Kali ini Papah mau Mamah berterus terang. Kenapa Mamah berubah? Apalagi semenjak drama Korea itu, sikap Mamah sekarang dingin, cuek dan sama sekali gak peduli."

"Pah, tau nggak, aku sangat mengagumi Jungkook. Artis Korea yang ganteng itu."

"Ingat Mah, usia Mamah sudah tak lagi muda. Lagian kenapa begitu tergila-gila dengan aktor Korea itu?"

"Apa peduli Papah? Itu hak Mamah. Mau nonton apapun hak Mamah dong!?"  Suara Dini meninggi. Wajahnya nampak merah padam. Seolah-olah malam itu ada ras amarah dan benci yang menyeruak.

"Jadi selama ini Papah tiba-tiba Mamah abaikan gara-gara aktor Korea itu?! Pantas sekarang sikap Mamah berubah." Rama tak bisa lagi menyimpan rasa kecewanya.

"Tau nggak Pah, aku suka laki-laki muda, ganteng dan kaya. Gak kayak badut tua seperti Papah! Aku muak mencium badan yang busuk. Aku ingin berpisah dari Papah!" Kalimat ini begitu saja terucap dari lisan Dini.

Telinga Rama seperti mendengar suara petir. Tak disangka pernikahan yang cukup lama harus terkubur karena drama Korea. Pedih hatinya. Hati terasa teriris belati yang tajam. Tapi tetaplah Rama, sikapnya tidak berubah. Dia  melihat Dini sosok yang dicintai. Tapi entahlah tiba-tiba semua berubah.

"Baiklah, Papah sadar kok, sekarang gak lagi muda. Badan Papah memang bau. Dan gak kaya seperti pria Korea idaman Mamah itu." Kata Rama nampak pasrah.

"Sekarang terserah Mamah, apa yang akan dilakukan Papah gak peduli. Tapi yang Mamah harus ingat, Mamah adalah wanita terbaik di hati Papah."

Suasana kembali hening. Kembali sepi seperti alam turut berduka. Hanya mampu melihat kisah buruk yang terjadi malam itu.

End

Cerita ini pertama kali tayang di KBM

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun