[caption caption="Banyak kata banyak tipu"][/caption]
Siapa tak tersedak kala kau berbicara
janji sana janji sini tak terikat jeda tak terbetik sisi
semua lurus-lurus saja indah ditelinga
semua terhanyut terbius rayuan mengikat sukma
Â
Siapa pula tak terlena dan terpancar cahaya
tatkala kata-kata manis membahana
indahnya mengalahkan dewi pagi semburatkan cahaya
segalanya terasa hangat menerangi segala rasa
Â
Sungguh ketika sang pujangga bebicara
kata-katanya seolah-olah untaian sutra pancarkan pesona
indah nian selimuti duka nestapa berkalang noda
tak habis pikir rendahnya prilaku curi pundi-pundi sang papa
Â
Dialah sang pujangga penebar pesona
senyum ramah dan uang berlimpah-limpah
demi suara sekarung menangkan laga
sebar sana sebar sini seakan-akan siap membeli tahta
Â
Kasihan sang papa cuma berharap cahaya
ternyata nista, memelihara para pencuri-pencuri di tanah merdeka
menjual diri, membungkus diri dalam kerasnya ikatan sutra
kelabui mimpi harapan kebahagiaan hakiki nyatanya hanyalah nestapa
Â
Wahai para pujangga, berhentilah tebarkan pesona usangmuÂ
kami telah muak janji-janji manis menghibur diri
seakan-akan negeri kahyangan di tangan sendiri
nyatanya neraka jahanam kau tebarkan di depan kami
Â
Cukuplah tebarkan janji-janji tak berarti
kembalikan kepercayaan kami, meski butuh waktu lama tuk kembalikan jatidiri
menjadi pribadi terpercaya laksanakan titah Tuhan untuk negeri
tak lagi gadaikan nurani demi ambisi dan keserakahan duniawi
Â
Metro, Lampung, 4/12/2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H