Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mencari Pasangan Cantik/Ganteng Itu Banyak, yang Mengerti Itu Sedikit

17 November 2015   11:57 Diperbarui: 20 November 2015   20:24 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi : mencari jodoh | Sumber: www.anazahra.com"][/caption]Sebagai manusia biasa, apalagi penuh dengan kekurangan, seringkali kita dihadapkan dengan dilema dan pilihan. Dan tentu saja semua manusia mempunyai pilihan terbaik dalam kehidupan mereka. Semua serba terbaik, tak ada cacat sedikitpun. Bahkan lebih dari itu seyogyanya apa yang didapat adalah sempurna. Tak ada lagi yang bisa memiliki kelebihan dibandingkan pasangan kita.

Kalau pria, inginnya memperoleh wanita yang cantik, dan wanita inginnya mendapatkan pria yang ganteng atau tampan. Semua berkaitan dengan tujuan hidup ingin memperoleh pasangan yang sebaik-baiknya. Tidak ada kata kurang sedikitpun.

Dan seperti fitrah manusia, para pria khususnya, mereka menginginkan calon pasangannya pun yang sempurna. Penampilan yang memesona, tubuh layaknya seperti gitar melodi, dan suaranya merdu semerdu alunan melodi. Tubuh dengan kulit yang bersih tanpa luka sedikitpun. Wajah pun begitu, inginnya bersih tanpa ada noktah bekas jerawat misalnya. Jika dinilai para pria, inginnya mendapatkan wanita dengan nilai 9,9. Jadi, wanita itu seperti para artis hollywood atau kecantikannya Cleopatra atau Dewi Sinta.  Makanya seringkali para wanita cantik disebut sebagai para bidadari.

Begitu pula para wanita, inginnya mendapatkan pria yang sempurna, wajah kayak artis Amerika yang kebule-bulean, kulit yang bersih, body yang atletis, perut yang rata tapi dada bidang. Suara merdu dan pandai berkata-kata nan syahdu. Ditambah lagi kehidupannya sudah mapan karena memiliki segala-galanya. Mereka (wanita) sering menyebut pria pujaannya sebagai sosok yang paling sempurna selayaknya arjuna.

Dampaknya, mereka yang berambisi mendapatkan yang sempurna, di antaranya mereka harus mencari jalan pintas. Memermak wajah dengan operasi plastik, sedot lemak, atau sengaja pergi ke seorang dukun dengan harapan mendapatkan jodoh yang cantik. Jalan yang keliru justru menjadi pilihan, bukannya memperbaiki diri dari segi batiniahnya dan semakin mendekatkan kepada Tuhan.

Karena keinginan memperoleh segalanya serba sempurna, hubungan yang dibina bisa jadi baru memulainya sudah kandas di tengah jalan. Apa sebab, karena keduanya saling membanding-bandingkan dengan milik orang. Ibarat kata, rumput tetangga lebih hijau. Maka seringkali kita pun menemukan pasangan yang awalnya begitu romantis selayaknya pasangan yang dimabuk asmara, tiba-tiba hubungan mereka kandas di tengah jalan. Biduk rumah tangga yang dibina dengan bermodalkan milyaran, ternyata raib entah kemana.

Bahkan adapula yang mengawali pernikahan mereka dengan modal ratusan juta dengan seabrek akomodasi yang elit, ternyata pun harus berakhir dengan deraian air mata. Sebuah pernikahan yang sama sekali jauh dari harapan semua orang.

Tapi, apakah pria atau wanita yang secara fisik sempurna itu adalah dambaan pria atau wanita? Tanpa melihat sisi dalam hatinya?

Ternyata tidak, mereka yang sudah mendapatkan kebahagiaan di awalnya dengan pasangan yang sempurna tadi, justru harus mengakhirinya dengan sia-sia. Terlupa sudah sanjungan yang terlontar sebelum mereka terikat dalam ikatan rumah tangga, yang ada tinggallah penyesalan dan sumpah serapah lantaran yang diidam-idamkan tak seperti yang ditampakkan. Wajah ternyata tidak seperti apa yang ada dalam hatinya.

Seperti yang terungkap dari seorang wanita, yang ternyata menyesal lantaran pasangannya meninggalkannya lantaran ketidak mampuan melahirkan keturunan. Ada pula seorang pria yang curhat telah ditinggalkan istrinya, lantaran ia hanyalah karyawan swasta dengan gaji yang kecil. Semua terlihat mengecewakan dan tentunya tak terlupakan sepanjang hayatnya.

Bayangkan, betapa sedihnya jika orang yang kita anggap sempurna ternyata tidak bisa menerima kita apa adanya? Orang yang kita kagumi, ternyata lain hari justru membuat kita kecewa lantaran kelemahannya? Semua tidak pernah diduga sebelumnya.

Tapi, apakah kita salah mencari yang sempurna? Tentu tidak, bukan? Semua orang berhak mencari yang paling sempurna, bahkan dalam agama Islam saja dianjurkan mencari pasangan yang baik agamanya, baik keturunannya (nasab), baik penghasilannya, dan tentu baik fisiknya. Tapi ternyata yang lebih ditekankan adalah baik agamanya. Meskipun boleh jadi pasangannya itu fisiknya tidak sempurna, tidak kaya dan bukan keturunan konglomerat, tapi jika agama yang tercermin pada kepribadian tentu adalah lebih utama.

Menjadi orang yang bisa mengerti dengan pasangan yang memiliki kekurangan adalah satu sifat orang yang baik agamanya. Mereka amat tidak suka mengungkit-ungkit harta, pangkat atau jabatan, dan tidak suka mengungkit-ungkit kesalahan masa lalu.

Semua sengaja diikhlaskan demi memperoleh kepuasan batin. Apalagi dalam pernikahan, apalah artinya kekayaan, pangkat atau keturunan bangsawan misalnya, jika tidak ada pengertian. Pasangan yang semula mencintai kita, ternyata meninggalkan sebab kelemahan yang kita miliki.

Fisik yang tak lagi sempurna, harta yang tiba-tiba lenyap lantaran musibah, dan jabatan sertapangkat akibat musibah yang mendera. Tak melenyapkan cintanya kepada kita. Mereka memahami bahwa apa yang dimiliki adalah sementara.

Tak hanya fisik yang semakin lama semakin menua, karena hartapun hakekatnya tidak ada yang kekal. Begitu pula jabatan, siapa yang menjamin bahwa esok hari kita masih menduduki jabatan tinggi itu? Tidak ada, 'kan? Lantaran banyak wanita atau pria yang tertarik pada jabatan seseorang. Nah ternyata, akibat jabatan itu harus memasukkannya ke dalam penjara. Wanita atau pria itu telah tertipu pada indahnya dunia yang bersifat fatamorgana.

Yang pasti, hanyalah insan yang mengerti sajalah yang sepantasnya menjadi pasangan hidup kita. Mengerti akan kelemahan dan kekurangan memang tak mudah mencarinya, tapi orang-orang inilah sejatinya bidadari atau arjuna dalam kehidupan kita.

Salam

Ilustrasi

Baca juga tulisan ane yang laen ya broo.... :)

http://www.kompasiana.com/maliamiruddin/guru-pedalaman-saatnya-guru-harus-belajar_56473382c4afbd5e194f857b

http://www.kompasiana.com/maliamiruddin/ke-mana-nasib-para-guru-pasca-ukg_564e925bf67a610d05320d11

http://www.kompasiana.com/maliamiruddin/gara-gara-pelatihan-bisa-kopdaran-sama-kompasianer_5648662d7993738d07cabece

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun