Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ke Mana Nasib Para Guru Pasca-UKG?

20 November 2015   10:24 Diperbarui: 20 November 2015   21:28 1187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Guru mengerjakan soal uji kompetensi guru (UKG) di SMA Negeri 3 Yogyakarta, Rabu (11/11). (KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO)

Uji Kompetensi Guru hingga hari ini masih berlangsung di berbagai daerah, sebuah ujian (test) yang mengukur seberapa tinggikah kompetensi (kemampuan) guru dalam memahami bidang tugas masing-masing serta seberapa dalam tingkat profesionalisme mereka dalam menjalankan proses pembelajaran di kelasnya.

Sebuah langkah yang cukup cerdas yang dilakukan pemerintah demi meraih informasi yang seaktual dan sefaktual mungkin terkait para tenaga profesional ini.

Kebetulan, saya dan rekan-rekan se lembaga, telah melaksanakan UKG ini pada tanggal 16 November 2015, ada pula yang mendapatkan jatah pada 22 November ini. Meskipun rentang waktu cukup panjang, ternyata para guru termasuk saya sendiri lumayan terseok-seok dalam mempersiapkan evaluasi terbesar sepanjang sejarah kependidikan di Indonesia, sebuah uji nyali dan daya ingat serta profesionalisme dalam pembelajaran, apakah yang bersangkutan dianggap tinggi prestasinya atau justru rendah.

Dengan item pertanyaan sebanyak 80 hingga 100 tentu menjadi awal kegalauan tersendiri, apakah para guru ini sudah dianggap berkompeten atau justru tidak?

Itu harapan diadakannya UKG tersebut dan selebihnya tinggal menunggu kebijakan dari pemerintah apakah para guru itu dinyatakan layak mendidik, atau justru tidak pantas menyandang status sebagai guru lantaran skor atau nilai yang mengecewakan.

Ada kegundahan, reaksi berlebih-lebihan dari para guru, tatkala menghadapi UKG ini, di mana kegundahan tersebut muncul dari pernyataan guru yang saya temui, sebut saja Ibu Astuti, di sela percakapan kami pra mengikuti UKG, beliau menyatakan "Gimana ya pak kalau gak lulus, apakah sertivikasi dihapus?

Apalagi katanya kalau nilainya kurang dari 5,5 dianggap tidak lulus jadi belum dianggap sebagai guru. Lalu guru-guru itu mau dikemanain? Ada lagi yang melontarkan harapannya "semoga UKG ini hanyalah formalitas, jadi gak berpengaruh pada status guru serta sertivikasinya.

Menyimak pertanyaan terkait UKG itu, saya hanya bisa mengatakan bahwa UKG itu adalah pemetaan saja, di mana para guru itu akan dikategorikan pada kelompok masing-masing. Apakah mereka dikelompokkan guru profesional, menengah atau dengan kompetensi yang rendah. Jadi jangan terlalu kuatir.

Meski demikian, saya pun sempat dibuat galau lantaran opini yang menyatakan siapapun yang tidak lulus UKG bisa-bisa statusnya sebagai guru dicopot dan dimasukkan pada status tenaga kependidikan. Ia tidak boleh lagi mengajar dan cukup menjadi tenaga perpustakaan, TU atau justru penjaga sekolah.

Terang saja, dengan pernyataan itu, tak hanya saya karena ada ribuan guru lain yang akan mengalami nasib yang sama. Padahal keputusan jelas mengenai status guru tersebut dikembalikan pada peraturan pemerintah dan kondisi yang melingkupinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun