[caption caption="Ilustrasi : mencari jodoh | Sumber: www.anazahra.com"][/caption]Sebagai manusia biasa, apalagi penuh dengan kekurangan, seringkali kita dihadapkan dengan dilema dan pilihan. Dan tentu saja semua manusia mempunyai pilihan terbaik dalam kehidupan mereka. Semua serba terbaik, tak ada cacat sedikitpun. Bahkan lebih dari itu seyogyanya apa yang didapat adalah sempurna. Tak ada lagi yang bisa memiliki kelebihan dibandingkan pasangan kita.
Kalau pria, inginnya memperoleh wanita yang cantik, dan wanita inginnya mendapatkan pria yang ganteng atau tampan. Semua berkaitan dengan tujuan hidup ingin memperoleh pasangan yang sebaik-baiknya. Tidak ada kata kurang sedikitpun.
Dan seperti fitrah manusia, para pria khususnya, mereka menginginkan calon pasangannya pun yang sempurna. Penampilan yang memesona, tubuh layaknya seperti gitar melodi, dan suaranya merdu semerdu alunan melodi. Tubuh dengan kulit yang bersih tanpa luka sedikitpun. Wajah pun begitu, inginnya bersih tanpa ada noktah bekas jerawat misalnya. Jika dinilai para pria, inginnya mendapatkan wanita dengan nilai 9,9. Jadi, wanita itu seperti para artis hollywood atau kecantikannya Cleopatra atau Dewi Sinta. Â Makanya seringkali para wanita cantik disebut sebagai para bidadari.
Begitu pula para wanita, inginnya mendapatkan pria yang sempurna, wajah kayak artis Amerika yang kebule-bulean, kulit yang bersih, body yang atletis, perut yang rata tapi dada bidang. Suara merdu dan pandai berkata-kata nan syahdu. Ditambah lagi kehidupannya sudah mapan karena memiliki segala-galanya. Mereka (wanita) sering menyebut pria pujaannya sebagai sosok yang paling sempurna selayaknya arjuna.
Dampaknya, mereka yang berambisi mendapatkan yang sempurna, di antaranya mereka harus mencari jalan pintas. Memermak wajah dengan operasi plastik, sedot lemak, atau sengaja pergi ke seorang dukun dengan harapan mendapatkan jodoh yang cantik. Jalan yang keliru justru menjadi pilihan, bukannya memperbaiki diri dari segi batiniahnya dan semakin mendekatkan kepada Tuhan.
Karena keinginan memperoleh segalanya serba sempurna, hubungan yang dibina bisa jadi baru memulainya sudah kandas di tengah jalan. Apa sebab, karena keduanya saling membanding-bandingkan dengan milik orang. Ibarat kata, rumput tetangga lebih hijau. Maka seringkali kita pun menemukan pasangan yang awalnya begitu romantis selayaknya pasangan yang dimabuk asmara, tiba-tiba hubungan mereka kandas di tengah jalan. Biduk rumah tangga yang dibina dengan bermodalkan milyaran, ternyata raib entah kemana.
Bahkan adapula yang mengawali pernikahan mereka dengan modal ratusan juta dengan seabrek akomodasi yang elit, ternyata pun harus berakhir dengan deraian air mata. Sebuah pernikahan yang sama sekali jauh dari harapan semua orang.
Tapi, apakah pria atau wanita yang secara fisik sempurna itu adalah dambaan pria atau wanita? Tanpa melihat sisi dalam hatinya?
Ternyata tidak, mereka yang sudah mendapatkan kebahagiaan di awalnya dengan pasangan yang sempurna tadi, justru harus mengakhirinya dengan sia-sia. Terlupa sudah sanjungan yang terlontar sebelum mereka terikat dalam ikatan rumah tangga, yang ada tinggallah penyesalan dan sumpah serapah lantaran yang diidam-idamkan tak seperti yang ditampakkan. Wajah ternyata tidak seperti apa yang ada dalam hatinya.
Seperti yang terungkap dari seorang wanita, yang ternyata menyesal lantaran pasangannya meninggalkannya lantaran ketidak mampuan melahirkan keturunan. Ada pula seorang pria yang curhat telah ditinggalkan istrinya, lantaran ia hanyalah karyawan swasta dengan gaji yang kecil. Semua terlihat mengecewakan dan tentunya tak terlupakan sepanjang hayatnya.
Bayangkan, betapa sedihnya jika orang yang kita anggap sempurna ternyata tidak bisa menerima kita apa adanya? Orang yang kita kagumi, ternyata lain hari justru membuat kita kecewa lantaran kelemahannya? Semua tidak pernah diduga sebelumnya.