Mohon tunggu...
MAKRIPUDDIIN
MAKRIPUDDIIN Mohon Tunggu... Guru - Guru

Sebagai seorang guru jiwa selalu meronta untuk membantu siswaku meraih kesuksesan, tidak perduli lelah dan letih bagi saya mereka adalah teman sekaligus rasa bangga saya ketika melihat mereka berhasil meraih mimpinya. Bisa dibilang sudah menjadi bagian dari hobi selain membaca, menulis dan nonton film animasi. Berbagi cerita dengan siswa, mendengar kegundahan dan membantu mereka untuk berani melawan rasa takut mereka memiliki makna tersendiri.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sunrise

26 Maret 2023   01:05 Diperbarui: 26 Maret 2023   01:58 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sunrise Yang Cantik


"Mau ke mana?"

Tanya kakak sambil mengayunkan sapunya yang sedang membersihkan halaman rumah.

"Ke pantai kak". Jawabku seadanya.

" Pagi gini?" Terlihat dahi beliau mengkerut menandakan ada rasa heran, karena masih pagi buta mau pergi ke pantai. Maklum beliau adalah anak rumahan, yang selalu nurut dengan orang tua jadi jarang bergaul dengan kehidupan ala-ala sekarang yang banyak istilahnya. Sambil memanaskan motor tua yang selalu menemani setiap aktivitasku.

"Mau ngapain ke pantai pagi-pagi?" Tanyanya keheranan.

"Mau nikmati sunrise kak"

"Apa itu sunrise?"

"Itu loh kak, ketika matahari terbit itu yang dinamakan sunrise"

"O… walah matahari terbit saja harus pergi ke pantai, di sini kan nanti kamu bisa melihat matari terbit" Dengan nada yang seakan meremehkan apa yang akan saya lakukan.

"Hehehe… beda kak suasana di sini sama di pantai".

"Masak sih dek"

"Iya, coba deh kakak Sesekali melihat sunrise. Asyik lo"

"Hemm… iya deh, kapan-kapan ajak kakak ya"

"Ok… kak!"

Setelah dirasa motor sudah panas, maka saya putuskan untuk segera jalan, takut ketinggalan momen pentingnya.

"Berangkat dulu ya kak"

"Kamu gak sarapan dulu" Beliau berusaha untuk menawarkan sarapan.

"Kebetulan kakak sudah buat nasi goreng kesukaan kamu lo"

"Terima kasih, kakak memang yang terbaik" Setelah mengucapkan salam, saya tancap gas motor menuju pantai. Kebetulan jaraknua cukup jauh, jadi harus berangkat lebih awal biar tidak terlambat.

Dengan konsentrasi penuh motor saya jalankan dengan hati-hati. Walau kecepatan tidak saya kurangi dari 80-100 km/jam.

Maklum pengguna jalan raya sangat padat, jika tidak hati-hati bisa saja terjadi hal yang tidak diinginkan.

Setelah 20 menit dalam perjalanan dari rumah kakak akhirnya sampai juga di pantai Labuan Haji.

Tidak heran jika ditemukan ramai pengunjung, karena ini adalah hari minggu. Namun tidak perlu khawatir gak kebagian tempat duduk untuk menikmati sunrise, karena di pantai Labuhan Haji sendiri terdapat banyak spot yang bisa dijadikan pilihan untuk tempat duduk santai.

Tapi kali ini, saya memilih menikmati sunrise di dermaga. Dermaga ini adalah tempat bersandarnya berbagai kapal dari beberapa daerah. Untuk memasuki dermaga maka kita harus melalui jalur masuk pintu gerbang.

Di pintu gerbang kita sudah disambut oleh beberapa petugas keamanan yang menjaga lengkap dengan pakaian dinasnya. Saya ikut antri masuk dermaga, setelah giliran saya petugasnya menyodorkan karcis masuk.

"Karcis masuk 2000 mas"

"Ok" Sambil menganggukkan kepala tanda setuju.

Setelah membuka dompet ternyata saya tidak menemukan uang receh. Setelah diperiksa hanya lembaran uang 50 ribu dan 100 ribu saja yang ada.

Kemudian saya sodorkan lembaran uang 100 ribu. Iseng-iseng mengetes logika, jika gak ada kembalian biasanya kan di suruh masuk tanpa harus bayar karcis, pikirku dalam hati.

"Ada uang dua ribuannya mas?" Tanyak petugasnya.

"Gak ada pak" Jawabku.

Kemudian petugasnya mengembalikan uang yang saya kasih.

"Silahkan masuk pak" Kata petugasnya.

"Di bolehin masuk nih?" Tanyaku untuk memastikan. Kemudian dengan senyum yang lebar dan keramahannya beliau kembali mempersilahkan saya masuk.

"Gak apa-apa pak silahkan masuk dan selamat bersenang-senang"

Dengan perasaan ada sedikit bersalah, kemudian saya meninggalkan pintu gerbang setelah mengucapkan Terima kasih. Setelah sampai di bibir pantai, mata saya tidak bisa berkedip melihat keindahan alam yang di sajikan, laut yang tenang, dengan langit biru yang membentang luas, seakan kita disambut dengan dekorasi mewah yang sangat megah dan cantik. Terlihat beberapa riak ombak kecil yang datang silih berganti, seperti melihat anak-anak kecil berlarian ruang gembira.

Terlihat juga beberapa nelayan yang sedang asyik menangkap ikan, dan ada juga diantaranya yang baru pulang karena sudah berangkat sejak dini hari. Perbedaan waktu menangkap ikan akan berbeda tergantung jenis ikan yang ditangkap dan alat yang digunakan.

Para penikmat sunrise sudah ramai dan sudah duduk di posisi mereka masing-masing. Kemudian mata saya tertuju pada satu keluarga yang sudah menggelar tikar bersama ibu dan anak-anaknya. Sedangkan sosok laki-laki paruh baya sedang asyik melempar kail pancing ke laut dengan joran pancingnya yang panjang. Sepertinya itu adalah suami dari ibu yang sedang duduk bersama anak-anaknya.

"Asyik ya bisa wekend bersama keluarga dengan tetap menjalani hobi memancing" Bisikku dalam hati.

"Nah… ini yang dinamakan piknik berkualitas" Bapaknya bisa melakukan hobi mancingnya sedangkan anggota keluarga yang lain bisa berlibur dan bersantai.

Beberapa diantaranya juga terlihat sedang joging, ada juga yang sedang selfi dan duduk berbincang-bincang sambil mengarah titik kemunculan matahari terbit. Udara pantai memang sangat sejuk dan bersih, karena terasa sekali setiap saya menarik nafas panjang, terasa sekali kemurnian oksigen yang ditawarkan menurut saya sangat spesial. Jauh berbeda jika dibandingkan dengan udara yang ada di daerah perkotaan yang sudah tercemar oleh asap pabrik besar yang menyumbang tingkat polusi terbesar setelah kendaraan.

"Hem… nikmatnya" Sepuasnya saya menarik dan menghirup oksigen gratis yang ditawarkan pantai Labuan Haji. Ditengah lamunannku tiba-tiba saya dikejutkan oleh seorang ibu-ibu.

"Mas, kopi mas?"

Kemudian saya palingkan badan kearah suara yang menyapa saya.

"Oh… ya bu" Sambil tersenyum ke arahnya.

"Mau minum kopi apa mas?"

"Ibu jual kopi apa?"

"Banyak mas, tergantung selera"

Dengan senyum lebar dan keramahannya dia menjelaskan menu yang di bawa.

Setelah itu saya putuskan untuk memesan segelas kopi hitam murni.

"Kopi hitam satu ya bu, gulanya sedikit saja" Pintaku.

"Siap mas" Dengan cekatan hanya membutuhkan waktu 1 menit kopi saya sudah selasai dibuat.

"Ini mas kopinya, gak pesan sarapan sekalian mas"

"Terima kasih bu, o… ya sama pisang gorengnya sekalian" Karena jika mesan nasi, maka tidak ada ruang untuk menikmati nasi goreng buatan kakak yang super enaknya.

"Ok… !" Jawabnya dan kemudian menyodorkan pisang goreng hangat.

"Bayarnya nanti saja ya mas, mau keliling dulu"

"Siip…" Jawabku singkat sambil mengacungkan jari jempol ke arah ibu penjual kopi.

O… ya namanya ibu Murni, menurut ceritanya beliau sudah jualan di dalam dermaga ini sejak dermaga dibangun, menurut pengakuannya dia berangkat jualan dari pukul 5 pagi dari rumah, setelah selesai shalat subuh.

Jadi jangan takut datang pagi-pagi walau belum sarapan karena banyak sekali penjual makanan yang akan menawarkan dagangan mereka sepanjang pantai Labuhan Haji. Karena ibu Murni adalah salah satu dari sekian banyak penjual yang ada di pantai Labuan Haji.

Sambil menyalakan kretek yang memang sudah saya bawa dari rumah, sesekali saya teguk dengan tarikan yang nikmat.

"Seruf…"

Suara kopi hangat yang tersedot ke mulut.

"Hemm… nikmatnya" Menikmati hangatnya kopi memang pas jika dipasangkan dengan pisang goreng yang masih hangat.

Saya tidak henti-hentinya takjub dengan keindahan pantai Labuan Haji. Deretan batu-batu yang tersusun rapi yang dibuat melingkar sebagai jalan raya dan sekaligus sebagai pelindung atau penghalang ombak, di tengah-tengah lingkaran terdapat puluhan kapal yang bersandar mulai dari kapal kecil hingga kapal feri yang cukup besar. Sedangkan kantornya sangat adem, karena di sekitar kantor terdapat pohon-pohon yang rindang tumbuh dengan subur dan beberapa spot taman dengan aneka macam bunga cantik sengaja ditanam untuk memperindah kantor pelabuhan. Dan di sebelah bangunan kantor dermaga juga dibangun sebuah penginapan yang besar untuk tempat menginap/singgah para ABK kapal.

Banyak pertanyaan yang ada di kepala, menyapa banyak sekali kapal yang singgah.

"Mungkin hanya untuk sekedar istirahat karena sudah berhari-hari di tengah laut atau hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan selama perjalan di laut" Jawabku sendiri atas pertanyaan ku sendiri.

Ya bisa saja, karena kebetulan tidak jauh dari pelabuhan banyak terdapat supermarket dan pasar tradisional yang besar sehingga menyediakan berbagai macam kebutuhan pokok sehari-hari.

Setelah kemunculan matahari terbit, tidak lupa pada saat detik-detik kemunculannya sudah saya persiapkan kamera untuk merekam momen penting tersebut. Karena kemunculannya akan memberikan kesan yang sangat luar biasa dimana pantulan cahaya yang dihasilkan di atas permukaan laut ini terlihat sangat luar biasa indahnya. Hal inilah yang menjadi rindu setiap menikmat sunrise. Langit biru dengan matahari yang bersinar cantik, yang dapat dilihat secara langsung karena tidak akan menyilaukan mata.

"Subhanallah, sangat indah ciptaan Allah yang bernama sunrise" Bisikku dalam hati.

Setelah beberapa waktu momen sunrise mulai menghilang, kopi, gorenganpun ikut habis dan ternyata tanpa sadar saya sudah menghabiskan beberapa batang rokok. Kemudian saya beranjak meninggalkan tempat di mana saya duduk menikmati sunrise. Lalu saya mencari ibu murni untuk membayar kopi dan gorengannya. Ternyata tidak sulit menemukannya, dia tidak terlalu jauh sedang melayani pembeli. Ya, hanya beberapa langkah dari tempat saya duduk sebelumnya.

"Berapa bu" Tanyaku.

"Delapan ribu saja mas" Kemudian saya sodorkan uang kertas 50 ribuan. Setelah diberi kembalian, lalu ibu Murni tidak lupa mengucapkan.

"Terima kasih mas"

"Sama-sama Bu" Jawabku sambil meninggalkan ibu Murni yang sedang sibuk melayani pembeli.

Kemudian mata saya tertuju pada sebuah kapal feri yang bertuliskan KMP Papua. Lalu saya hampiri kapal tersebut. Tiba-tiba saya dikejutkan oleh salah satu ABK yang menegur saya.

"Cari apa mas?" Tanya beliau sopan.

"Gak ada mas, cuma lihat-lihat saja" Jawabku.

"Mas dari mana?" Tanyaku untuk mencairkan suasana biar lebih akrab.

"Dari Jawa Tengah mas"

"Loh… kok Jawa?" Bisikku dalam hati, karena di kapalnya tertulis KMP PAPUA. tapi saya gak mau menayakan hal itu, nanti dikira norak, karena belum tentu juga sih, apa yang kita lihat dan dengar sesuai dengan faktanya. Pikirku sendiri dalam menjawab keraguan yang ada di otak.

Setelah berbincang cukup lama, akhirnya saya tahu jika mas Andi ini pekerjaanya membawa ikan beku dari Aru Maluku kemudian di bawa ke Jakarta.

"Terus menyandar ke Labuan Haji dalam rangka apa mas?" Tanyaku penasaran.

"Ini mas perbaikan kapal jadi perlu juga penggantian suku jadangnya"

Jawabnya.

"Saya kira mas mau nyetok ikan juga dari sini" Saya bertanya lagi karena masih ada rasa penasaran.

"Gak mas, setelah semua beres kita lanjutkan perjalanan ke Jakarta"

"Berapa lama perjalanan dari Maluku ke Jakarta?"

"Paling cepat 15 hari mas" Jawabnya sambil tersenyum.

Kemudian setelah sekian lama berbincang-bincang. Lalu saya mohon pamit untuk pulang karena sebentar lagi ada acara trip bersama tim Kompasianer Lombok, dalam acara Kolom History Trip dan Community Story, tak lupa saya doakan semoga semua urusan mas Andi cepat beres dan selamat sampai tujuan.

Bersambung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun