"Ok… !" Jawabnya dan kemudian menyodorkan pisang goreng hangat.
"Bayarnya nanti saja ya mas, mau keliling dulu"
"Siip…" Jawabku singkat sambil mengacungkan jari jempol ke arah ibu penjual kopi.
O… ya namanya ibu Murni, menurut ceritanya beliau sudah jualan di dalam dermaga ini sejak dermaga dibangun, menurut pengakuannya dia berangkat jualan dari pukul 5 pagi dari rumah, setelah selesai shalat subuh.
Jadi jangan takut datang pagi-pagi walau belum sarapan karena banyak sekali penjual makanan yang akan menawarkan dagangan mereka sepanjang pantai Labuhan Haji. Karena ibu Murni adalah salah satu dari sekian banyak penjual yang ada di pantai Labuan Haji.
Sambil menyalakan kretek yang memang sudah saya bawa dari rumah, sesekali saya teguk dengan tarikan yang nikmat.
"Seruf…"
Suara kopi hangat yang tersedot ke mulut.
"Hemm… nikmatnya" Menikmati hangatnya kopi memang pas jika dipasangkan dengan pisang goreng yang masih hangat.
Saya tidak henti-hentinya takjub dengan keindahan pantai Labuan Haji. Deretan batu-batu yang tersusun rapi yang dibuat melingkar sebagai jalan raya dan sekaligus sebagai pelindung atau penghalang ombak, di tengah-tengah lingkaran terdapat puluhan kapal yang bersandar mulai dari kapal kecil hingga kapal feri yang cukup besar. Sedangkan kantornya sangat adem, karena di sekitar kantor terdapat pohon-pohon yang rindang tumbuh dengan subur dan beberapa spot taman dengan aneka macam bunga cantik sengaja ditanam untuk memperindah kantor pelabuhan. Dan di sebelah bangunan kantor dermaga juga dibangun sebuah penginapan yang besar untuk tempat menginap/singgah para ABK kapal.
Banyak pertanyaan yang ada di kepala, menyapa banyak sekali kapal yang singgah.