a. Persiapan dan perencanaan
- Menentukan area yang akan diaudit dan mengidentifikasi tujuan audit.
- Mengumpulkan informasi awal dan memahami kebijakan yang ada (tesis).
b. Pelaksanaan audit
- Melakukan pemeriksaan dan pengujian terhadap area yang diaudit.
- Mengidentifikasi dan mendokumentasikan temuan kritis (antitesis).
c. Analisis temuan
- Menganalisis temuan audit dengan mempertimbangkan perspektif yang berbeda.
- Melakukan diskusi dengan pihak terkait untuk memahami sumber masalah.
d. Pengembangan rekomendasi
- Mengembangkan solusi atau rekomendasi yang mengintegrasikan kebijakan awal dan temuan audit (sintesis).
- Memastikan rekomendasi tersebut praktis dan dapat diimplementasikan.
e. Pelaporan dan tindak lanjut
- Menyusun laporan audit yang mencakup tesis, antitesis, dan sintesis.
- Memantau implementasi rekomendasi dan melakukan tindak lanjut untuk memastikan perbaikan.
f. Keuntungan Pendekatan Dialektika Hegelian dalam Audit
- Komprehensif > Â Melibatkan berbagai perspektif sehingga hasil audit lebih menyeluruh.
- Adapti > Mampu menyesuaikan solusi berdasarkan temuan kritis.
- Inklusif > Mengikutsertakan semua pihak terkait dalam proses audit, meningkatkan penerimaan terhadap rekomendasi.
Pendekatan dialektika Hegelian dalam audit membantu memastikan bahwa proses evaluasi tidak hanya fokus pada identifikasi masalah tetapi juga pada pengembangan solusi yang konstruktif dan berkelanjutan.
Kenapa Model Audit  digunakan dalam Pendekatan Dialektika Hanacaraka
Pendekatan dialektika Hanacaraka adalah metode unik yang diadaptasi dari nilai-nilai budaya Jawa, khususnya dari sistem aksara Hanacaraka. Pendekatan ini dapat diterapkan dalam proses audit untuk memahami dan menyelesaikan masalah melalui dialog dan refleksi yang mendalam, dengan mempertimbangkan berbagai sudut pandang dan nilai-nilai lokal. Berikut adalah model audit dengan pendekatan dialektika Hanacaraka:
1. Pengertian Hanacaraka
Hanacaraka adalah sistem penulisan tradisional Jawa yang terdiri dari 20 karakter, masing-masing memiliki makna simbolis yang dalam. Karakter-karakter ini sering digunakan untuk menyampaikan filosofi hidup dan nilai-nilai sosial.