Pada akhir abad ke-9 M, ratusan orang Persia yang melakukan bisnis melakukan perjalanan melalui jalur sutra dan datang ke Bianzhou pada Dinasti Tang, yang kemudian menjadi Kaifeng, mereka merasa sangat senang saat mengetahui bahwa kehidupan di sini sejahtera dan penduduknya ramah tamah, maka mereka memutuskan untuk tetap tinggal di Kaifeng.
Tapi kelompok orang pedagang Persia ini cerdik untuk tidak memilih menetap di Chang'an atau Xi'an (sekarang) yang saat itu adalah ibu kota Dinasti Tang, jutru mereka memilih menetap di Kaifeng yang terletak ratusan kilo meter sebelah timurnya.
Perlu diketahui bahwa meskipun ibu kota Dinasti Tang pada saat itu masih di Chang'an, namun Chang'an mengalami serangkaian pukulan telak sejak pertengahan abad ke-8 M (kareana adanya pembrontakan dan huru-hara). Pada akhir abad ke-9, Chang'an telah menjadi kota yang berantakan.
Pertama, saat terjadi Pemberontakan Anshi yang terkenal. Chang'an direbut oleh pemberontak dan menderita kerugian besar dalam jumlah penduduk. Kemudian dirampok oleh kelompok makar, dan pada tahun 783 M mengalami Pemberontakan Jingyuan. Kaisar Tang Dezong (Li Shi) melarikan diri dengan panik dan membiarkan para pemberontak menjarah kota kekaisaran. Yang lebih menakutkan lagi adalah pada tahun 881 M, Jenderal Huang Chao memimpin 100.000 bandit jahat ke Kota Chang'an, membunuh, membakar, dan merampok, menjarah segalanya. Setelah beberapa kali mengalami liku-liku ini, ibu kota kuno dari tiga dinasti ini telah lama kehilangan kejayaannya seperti sebelumnnya ketika gelombang pasang bangsa asing datang, dan kini tampak seperti reruntuhan.
Namun, dengan kemunduran Chang'an, Kaifeng, sebuah kota di pedalaman Dataran Tengah, mulai tumbuh menjadi kota metropolitan dan secara bertahap menjadi kota ekonomi dan militer terpenting di utara.
Kaifeng terletak di Kanal Tongji dari Kanal Besar yang digali pada Dinasti Sui. Bagian ini juga disebut Sungai Bianhe. Pelayaran sangat berkembang. Tidak jauh dari ibu kota kuno Luoyang di sebelah barat, secara umum kota ini berada pada posisi tengah Tiongkok, Â jadi pasca Dinasti Tang, lima dinasti berikutnya seperti Dinasti Liang Akhir, Tang Akhir, Jin Akhir, dan Zhou Akhir semuanya menetapkan ibu kotanya di Kaifeng, dan kemudian pada Dinasti Song Utara juga menetapkan ibu kotanya di Kaifeng.
Kota Kaifeng di Dinasti Song Utara adalah salah satu kota metropolitan paling makmur di dunia pada saat itu, dengan populasi lebih dari satu juta. Lukisan terkenal di bawah ini menggambarkan kemakmuran Kaifeng saat itu, masyarakat menjalani kehidupan yang santai dan penuh warna.
Maka ketika Ai Tian mengatakan bahwa karavan Persia memilih untuk tinggal di Kaifeng, Matteo Ricci yang akrab dengan sejarah Tiongkok tidak terkejut. Namun yang mengejutkan Ricci adalah kelompok orang Persia ini telah tinggal di Kaifeng selama ratusan tahun, tapi selama itu tidak ter-asimilasi dan terlebur oleh peradaban Tiongkok, sebaliknya mereka dapat mempertahankan dan mengembangkan komunitasnya sendiri dengan kuat, hal ini sangat jarang terjadi di Tiongkok.
Seperti diketahui Matteo Ricci untuk menyebarkan agama Katolik telah mempelajari sejarah dan budaya  Tiongkok, sehingga dia sampai kesimpulan bahwa budaya Tiongkok adalah budaya dengan toleransi dan kekuatan asimilasi yang kuat.