Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Agama Kristen dan Marco Polo Hingga Tiba di Tiongkok

11 Agustus 2024   19:30 Diperbarui: 12 Agustus 2024   16:07 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penggabungan ketiga ajaran tersebut secara tidak sadar dan bertahap terjadi peleburan selama persaingan mereka yang terang-terangan dan terselubung. Dinasti Tang adalah periode yang sangat kritis. Konfusianisme pada dinasti ini menciptakan tren baru dalam menguraikan kitab suci dengan kata-kata abstrak dan menciptakan ajaran berdasarkan kata-kata nyata. Dari sini, sistem Sinologis secara bertahap dipindahkan ke sistem akademis Song, dan karakteristik transisinya sangat jelas.

Penyair besar Tiongkok kuno Bai Juyi, yang sangat dipengaruhi oleh agama Buddha, namun tetap menganut pandangan yang sangat khas: Konfusianisme, Buddha, dan Taoisme yang bersimbiose menjadi tiga aliran pemikiran, tetapi Konfusianisme adalah satu-satunya cara untuk mengatur sospol dan budaya Tiongkok.

Walaupun ada beberapa ajaran dalam agama Buddha yang dapat "merayu hati orang dan membantu transformasi raja", namun sama sekali tidak bisa menggantikan agama Konghucu dengan agama Buddha, karena hal-hal tersebut sudah ada dalam agama Konghucu dan sudah siap, jadi raja pikir untuk apa harus repot-repot lagi.

Pengaruh Nestorianisme Yang Tidak Sebanding

Tak perlu dikatakan lagi, dibandingkan dengan ketiga aliran Konfusianisme, Budha, dan Taoisme secara keseluruhan, bahkan jika dibandingkan dengan salah satu aliran tersebut secara individu, kekuatan Nestorianisme sangat berbeda, dan jauh dari sebanding.

Ketika Kaisar Wuzong dari Dinasti Tang memusnahkan agama Buddha, yang disebut "Da Qin Mu Hu Zuo" yang menderita bencana dan terpaksa kembali ke dunia sekuler, yaitu Nestorian, Yijiao, Muslim dan penganut lainnya, berjumlah tidak lebih dari 2.000 hingga 3.000, hanya sekitar 1% dari biksu dan biksuni yang kembali ke dunia sekuler. Sejak itu, Nestorianisme berada di ambang kepunahan, yang menunjukkan bahwa jumlah pengikutnya terbatas. Selain itu, ada tanda-tanda bahwa sebagian besar penganut Nestorian adalah orang Barat dan etnis minoritas yang datang ke Tiongkok, dan mungkin hanya ada sedikit orang Han.

Ketika Kaisar Wuzong dari Dinasti Tang memusnahkan agama Buddha, yang disebut "Da Qin Mu Hu Zuo" yang menderita bencana dan terpaksa kembali ke dunia sekuler, yaitu Nestorian, Yijiao, Muslim dan penganut lainnya, tapi berjumlahnya tidak lebih dari 2.000 hingga 3.000 orang, hanya sekitar 1% dari biksu dan biksuni yang kembali ke dunia sekuler. Sejak itu, Nestorianisme berada di ambang kepunahan, yang menunjukkan bahwa jumlah pengikutnya terbatas. Selain itu, ada tanda-tanda bahwa sebagian besar penganut Nestorian adalah orang Barat dan etnis minoritas yang datang ke Tiongkok, dan hanya ada sedikit orang Han.

Terdapat perbedaan besar dalam jumlah kuil Nestorian dan Buddha, yang secara kasar dapat disimpulkan dari data sejarah berikut.

Nestorianisme tidak pernah mampu mendirikan organisasi dan fasilitas berskala besar dan lengkap seperti agama Buddha. Mereka tidak memiliki lembaga pendidikan teologi sendiri, dan belum mampu menarik dan mengembangkan sebanyak mungkin penganut orang Tiongkok serta mengembangkan bakat pastoral lokal. Yang disebut "Sepuluh Jalan Dharma". "Kuil memenuhi seratus kota" dan seterusnya hanyalah pujian yang berlebihan.

Lebih penting lagi, Nestorianisme di Dinasti Tang tidak dapat membangun sistem teoretis yang sistematis dan mendalam seperti Konfusianisme, Budha, dan Taoisme. Mereka tidak memiliki kondisi dasar untuk bersaing dengan ketiga aliran pemikiran tersebut dalam hal prinsip akademis dan aliran. Artinya juga tidak mempunyai jiwa mandiri. Fakta menunjukkan bahwa Nestorianisme harus mengikuti Konfusianisme, Budha, dan Taoisme.

Berdasarkan hubungan kepunyaan satu rumpun agama, Nestorianisme sangat bergantung pada agama Buddha dan Taoisme dalam hal bahasa. Misalnya pendetanya biasa disebut "Seng/biarawan", gereja biasa disebut "biara", rasul, malaikat, dan orang suci disebut "Raja Dharma", dan bahkan Bapa Surgawi disebut "Buddha", yang jelas merupakan penggunaan gelar Buddha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun