Reaksi AS tampaknya untuk pembicaraan tentang "Tiongkok" sudah kelewat batas. Sehingga bagi pihak Tiongkok perlu mengingatkan AS bahwa mereka harus percaya diri, AS itu masih negara adidaya dan tidak ada yang mau merampas kekuatan mereka. Tapi orang Amerika tidak percaya diri. Mereka tidak mempercayai hal ini dan selalu merasa bahwa Tiongkok seolah mengacam semua yang mereka miliki. Namun faktanya, Tiongkok tidak memiliki niat seperti itu terhadap AS.
Menurut pihak Tiongkok, AS dan bahkan seluruh dunia Barat telah lama salah memahami Tiongkok. Jika diperhatikan keadaan saat ini, kita biasanya tahu bahwa ketika media arus utama Barat menyentuh/memperbincangkan sistem politik Tiongkok dan sistem kepartaian Tiongkok, mereka berpandangan ada banyak hal yang salah dengan Tiongkok. Selalu ada beberapa pertanyaan, salah satunya adalah mengapa Tiongkok hanya melakukan reformasi ekonomi dan tidak melakukan reformasi politik.
Salah satunya adalah Barat menganggap, tanpa reformasi politik, bagaimana hal ini bisa berhasil? Salah satunya adalah kapan Tiongkok akan melepaskan sistem satu partainya? dll.
Namun cendikiawan Tiongkok menganggap pakar Barat malas melakukan penelitian, media malas melakukan liputan keadaaan sesungguhnya, mengandalkan pikiran diri sendiri untuk menipu seluruh dunia dengan apa yang disebut "nilai-nilai universal" yang didefinisikan oleh mereka diri sendiri. Dengan tidak memerlukan penyelidikan dan penelitian apa pun.
Merasa tidak perlu memahami tradisi budaya dan sejarah berbagai negara. Barat menganggap jika berbeda dengan mereka itu berarti tertinggal dan salah. Jadi Barat dan AS menganggap orang lain tidak boleh lebih tinggi dari mereka.
Mentalitas ini telah menyebabkan semakin kakunya sistem Barat, dan elit sosialnya tidak mau membuat kemajuan atau melakukan reformasi, akibatnya hanya akan terjadi aliran "fenomena angsa hitam" yang tiada hentinya, yang mengakibatkan masyarakat pada umumnya menjadi semakin kecewa.
Sehingga tampaknya perlu bagi Tiongkok memberi tahu orang Amerika untuk lebih percaya diri. Jika tidak, setidaknya percaya diri untuk berkeyakinan melakukan komunikasi. Kini mereka ketakutan untuk melakukan pertukaran akademis dan budaya yang normal. Bagaimana bisa mereka memiliki kemurahan hati dan kewibawaan sebagai negara besar?
Tampaknya Barat tidak bisa memahami sistem politik Tiongkok, khususnya  PKT. Menurut pihak Tiongkok ini adalah kunci dari permasalahan ini, dan ini sebagian besar disebabkan oleh prasangka ideologis Barat yang sudah lama ada. Hal ini juga berasal dari bias seluruh filsafat dan ilmu-ilmu sosial Barat yang didasarkan pada pengalaman Barat.
Seiring dengan kebangkitan Tiongkok, keinginan seluruh dunia luar untuk memahami PKT sebenarnya semakin kuat. Baik itu di Eropa, Rusia, Afrika, atau bahkan AS. Sekarang ini berhubung ada membatasan bagi pakar Tiongkok untuk menyampaikan pemaparan atau ceramah di Barat dan AS, jika tidak, diyakini peserta akan berbondong-bondong mendengarkannya. (Demikian menurut cendikiawan Tiongkok).
Saat ini, kekuatan ekstrim kanan memang sedang meningkat di AS. Mereka sedang gencar mempromosikan anti-Tiongkok dan anti-komunis, yang mengingatkan kita pada McCarthyisme pada tahun 1950-an.
Oleh karena itu, AS dikenal dengan sebutan Right Academic Freedom, namun saat ini sebenarnya tidak banyak institusi yang mampu bertahan terhadap arus balik tersebut, hal ini juga membantu kita untuk benar-benar memahami rajutan ekologi dan ekologi akademik AS yang sebenarnya.