Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

UU Chip Baru AS Membuat Ketidakpastian Masa Depan Industri Semikonduktor Global

13 Oktober 2023   13:41 Diperbarui: 13 Oktober 2023   13:48 806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di panggung besar industri semikonduktor global, raksasa semikonduktor Taiwan TSMC tidak diragukan lagi adalah bintang yang sedang bersinar. Sama seperti raksasa teknologi seperti Apple, Amazon, dan Google.

TSMC telah memantapkan dirinya sebagai raja industri semikonduktor dengan teknologi proses canggih dan tim R&D yang sangat profesional.

TSMC bukan hanya sebuah perusahaan tetapi juga sebuah simbol, simbol yang mewakili teknologi canggih dan kemampuan inovasi.

Pangsa TSMC dalam industri semikonduktor bisa di-ibaratkan sama besarnya dengan sebuah pulau di lautan. Ikan-ikan kecil dan udang yang mengelilinginya memberikan ancaman namun tidak dapat menggoyahkan posisinya yang kokoh.

Berbagai pemberitaan terkini mengenai kerja sama antara TSMC dan AS telah memicu perhatian global. Dalam konteks permasalahan yang semakin serius pada rantai pasokan semikonduktor global, pemerintah AS telah mengambil langkah besar.

Sumber: quora.com
Sumber: quora.com

Khususnya, pemerintah AS baru-baru ini menandatangani UU chip baru, berjanji untuk memberikan subsidi besar hingga US$52 miliar untuk menarik TSMC agar membangun pabrik di AS.

Langkah ini sepertinya melambaikan cabang zaitun yang berharga, dengan tujuan menarik raksasa industri semikonduktor ini ke AS.

Dihadapkan pada undangan "tulus" dan tawaran yang sangat menarik dari AS, respons TSMC ternyata tidak terlalu serius, hampir seperti meredam ekspektasi semua pihak. Baca:

Pembatasan dan Sanksi AS atas Semikonduktor dan Chip Menjadi Bumerang

https://www.kompasiana.com/makenyok/650fab634addee193d628902/pembatasan-dan-sanksi-as-atas-semikonduktor-dan-chip-menjadi-bumerang

Banyak orang mengira TSMC akan menerima undangan menarik ini tanpa ragu-ragu, namun kenyataannya tidak demikian. Hal ini mengejutkan banyak orang dan membuat para analis sibuk mencoba menganalisis alasan yang mendasarinya.

Menariknya, pendiri TSMC, Zhang Zhongmou, secara blak-blakan menyatakan secara terbuka bahwa membangun pabrik di AS sebenarnya merupakan pertaruhan berbiaya tinggi dan keuntungan rendah bagi TSMC.

Dia menyatakan, biaya operasional di AS yang terlalu tinggi sehingga menyulitkan perusahaan mencapai profitabilitas (mendpat untung).

Pernyataaan ini seperti kilatan petir, hal ini langsung memperjelas pemahaman dunia luar tentang faktor keengganan TSMC untuk membangun pabrik di AS.

Dibandingkan dengan kejujuran Zhang Zhongmou, CEO TSMC saat ini Liu Deyin menunjukkan sikap yang berbeda. Ia menunjukkan bahwa pangsa pasar TSMC di Tiongkok relatif terbatas.

Maka dari itu, ia dapat menerima klausul dalam undang-undang chip AS yang baru yang ditetapkan itu. Ia berpandangan "ekspansi di pasar Tiongkok tidak dapat dilakukan dalam 10 tahun ke depan."

Pernyataan ini sangat kontras dengan pandangan Zhang Zhongmou, yang membuat orang merasa bahwa pandangan internal perusahaan ini tidak seragam.

Kedua pandangan yang tampaknya bertentangan ini telah memicu diskusi luas dan kontroversi di industri. Di satu sisi, masyarakat penasaran mengapa TSMC memiliki pandangan berbeda ketika menghadapi peluang yang begitu menarik.

Di sisi lain, hal ini juga mencerminkan kompleksnya situasi saat ini dan ketidakpastian masa depan industri semikonduktor global.

Meskipun pendiri TSMC Zhang Zhongmou telah menunjukkan sikap yang relatif dingin terhadap pasar daratan Tiongkok, semua orang tahu bahwa di panggung besar perang bisnis global, tidak ada perusahaan dengan ambisi jangka panjang yang dapat dengan mudah mengabaikannya.

Pasar dengan potensi konsumsi yang besar ini seperti tidak ada pemain yang mau menyerahkan kartu trufnya dalam pertaruhan besar. Oleh karena itu, meskipun retorika TSMC mungkin tampak agak negatif, tingkat operasi dan praktek sebenarnya jauh lebih kompleks dan ruwet dari ini.

Karena itu, TSMC baru-baru ini meluncurkan rencana yang menarik, yaitu mendorong pelanggannya untuk mentransfer beberapa desain yang sudah matang mereka ke teknologi proses 28nm.

Langkah strategis ini tidak hanya merupakan inovasi teknologi tetapi juga merupakan tantangan bagi pesaing utamanya, SMIC (Semiconductor Manufacturing Internatioal Corporation)*.

*SMIC pendiri Zhang Rujing (Richard Chang), berkantor pusat di Shanghai dan didirikan di Kepulauan Cayman. Perusahaan ini memiliki lokasi fabrikasi wafer di seluruh daratan Tiongkok, kantor di Amerika Serikat, Italia, Jepang, dan Taiwan, dan kantor perwakilan di Hong Kong.

Jelas sekali TSMC ingin mengambil bagian dari industri proses yang matang, ini menunjukkan secara langsung keunggulan SMIC yang telah lama untuk kategori proses teknologi ini.

Berbicara tentang SMIC, pengaruh perusahaan ini di daratan Tiongkok tidak bisa dianggap remeh, apalagi pada proses 28nm, SMIC telah merebut pangsa pasar yang cukup besar dengan biaya rendah dan kinerja tinggi.

Yang perlu diperjelas adalah bahwa meskipun masih terdapat kesenjangan yang jelas antara SMIC dan TSMC dalam hal teknologi dan pangsa pasar secara keseluruhan, SMIC telah menunjukkan kekuatan yang cukup mengesankan di bidang spesifik proses manufaktur yang matang.

Baru-baru ini, SMIC mengumumkan rencana ambisius untuk menginvestasikan US$7,5 miliar guna membangun pabrik wafer pengecoran baru untuk proses matang 28nm dan 180nm.

Langkah ini sama saja dengan memperkuat posisi pasarnya yang sudah solid, dan menegaskan bahwa perusahaan ini tidak hanya kuat namun juga penuh ambisi. Serangkaian tindakan SMIC ini menunjukkan tekad dan visi strategisnya yang luas.

Tentu saja, perusahaan ini bertekad untuk mendapatkan pijakan yang kokoh dalam persaingan pasar, dan bahkan berniat untuk memperluas lebih lanjut. Pada saat yang sama, meskipun TSMC tampaknya berniat untuk bersaing di bidang ini, dilihat dari berbagai inisiatif SMIC, mereka tampak tidak terpengaruh oleh tantangan dan penuh percaya diri.

Dalam kondisi saat ini, chip proses yang matang sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan utama pasar daratan Tiongkok, yang tidak diragukan lagi merupakan keuntungan besar bagi SMIC.

Posisinya yang kokoh di pasar proses yang matang menunjukkan bahwa prospek pengembangan masa depan perusahaan ini sangat luas. Oleh karena itu, SMIC mempunyai alasan untuk yakin akan kesuksesan yang berkelanjutan di pasar Tiongkok daratan.

Namun, rencana pengembangan SMIC baru-baru ini tidak membuat pasar menjadi damai, malah sebaliknya memicu perhatian luas dari dunia luar mengenai apakah Liu Deyin, CEO TSMC saat ini, telah menyinggung dan bikin marah pasar Tiongkok daratan.

Meskipun dikatakan "menyinggung" tapi ini tampaknya mungkin terlalu serius, tidak ada keraguan bahwa pernyataan TSMC baru-baru ini telah menimbulkan kewaspadaan tinggi di kalangan perusahaan teknologi Tiongkok.

Selain SMIC, raksasa teknologi dalam negeri Tiongkok daratan lainnya seperti Shanghai Microelectronics, MediaTek, Unisoc, Huawei, dan Xiaomi juga aktif meningkatkan investasi dalam penelitian ilmiah.

Mereka semua mempercepat proses penelitian dan pengembangan teknologi terkait chip, dengan tujuan mencapai produksi chip dalam negeri Tiongkok secara mandiri dan mengurangi ketergantungan pada rantai pasokan eksternal.

Situasi persaingan seperti ini pasti akan mendorong lebih banyak inovasi teknologi dan merangsang semangat juang perusahaan-perusahaan teknologi Tiongkok.

Perusahaan-perusahaan ini sangat berharap untuk mewujudkan produksi chip dalam negeri secara mandiri, dan berharap bahwa melalui upaya dan inovasi mereka sendiri, perusahaan-perusahaan yang meremehkan pasar daratan dan chip dalam negeri memahami fakta bahwa Tiongkok juga merupakan peserta penting dalam teknologi semikonduktor.

Secara umum, persaingan di industri semikonduktor semakin ketat, dan konfrontasi antara TSMC dan SMIC merupakan bagian kecil dari persaingan global ini.

Setiap pembaruan teknologi dan setiap terobosan penelitian dan pengembangan dapat merombak pasar dan membawa tantangan serta peluang baru bagi semua pemain utama.

Oleh karena itu, dengan pertumbuhan dan kebangkitan sektor manufaktur perusahaan teknologi Tiongkok yang berkelanjutan, Tiongkok memiliki alasan untuk mengharapkan lingkungan yang lebih kompetitif dan inovatif, lingkungan kerja yang digerakkan oleh faktor-faktor ini secara bertahap akan terbentuk.

Baik itu TSMC atau SMIC, mereka harus terus beradaptasi dengan kondisi pasar baru dan memanfaatkan setiap peluang yang dapat mengubah situasi.

Pasca peluncuran Huawei Mate 60, AS mengambil serangkaian sanksi, termasuk di bidang semikonduktor.

Namun perkembangan kejadian ini cukup dramatis, Menteri Perdagangan AS Raimondo mengancam perusahaan-perusahaan Tiongkok. Jika mereka tidak mau bekerjasama dengan AS untuk mendukung sanksi terhadap Rusia, maka tindakan tegas mungkin akan diambil terhadap industri semikonduktor Tiongkok.

Namun, keadaan berubah secara tak terduga pada tanggal 10 Maret 2023.

Sumber: cagle.com
Sumber: cagle.com

Menurut laporan "Washington Post", Raimondo mengatakan dalam sebuah wawancara dengan wartawan bahwa AS tidak akan menjatuhkan sanksi terhadap perusahaan Tiongkok saat ini.       

Karena tidak ada bukti konklusif bahwa perusahaan Tiongkok telah melanggar sanksi dan larangan yang dikeluarkan AS, pernyataan ini sepenuhnya membalikkan sikap mengancam sebelumnya dan membuat orang berspekulasi apakah AS telah mengubah sikapnya terhadap kebijakan untuk semikonduktor Tiongkok.

Raimondo menekankan bahwa memberikan sanksi kepada Tiongkok akan menjadi tugas yang sulit, dan dia mengakui bahwa AS belum pernah mencoba pendekatan seperti itu.

Namun, dia juga mengisyaratkan bahwa AS telah merumuskan rencana yang sesuai, yang menunjukkan bahwa pemerintah Amerika serius dalam memberikan sanksi kepada Rusia.

Mengenai apakah akan mengambil tindakan terhadap perusahaan-perusahaan Tiongkok di masa depan, Raimondo hanya memberikan pernyataan samar-samar dan mengatakan bahwa "Amerika Serikat akan mengambil tindakan yang perlu bila diperlukan." Hal ini tampaknya menyiratkan bahwa meskipun Tiongkok bekerja sama dalam menjatuhkan sanksi terhadap Rusia, AS akan tetap melakukannya. Sekarang masih tidak menjatuhkan sanksi terhadap industri semikonduktor Tiongkok. Tapi penindasan masih tidak akan berhenti.

Ucapan Raimondo menuai perhatian dan spekulasi luas. Ucapannya seolah-olah merupakan pengakuan atas kesalahan sebelumnya, namun nyatanya ia tidak menegaskan bahwa AS tidak akan mengambil tindakan.

Ketika ditanya apakah dia akan mengambil tindakan keras terhadap perusahaan Tiongkok di masa depan, dia hanya berkata, "Dalam persaingan global untuk semikonduktor, Amerika Serikat tidak punya ruang untuk bernapas."

Beberapa anggota parlemen AS sebelumnya telah meminta Gedung Putih untuk mempertimbangkan penerapan sanksi teknis terhadap Tiongkok serupa dengan yang dikenakan terhadap Rusia.

Beberapa anggota parlemen sebelumnya telah meminta Gedung Putih untuk mempertimbangkan penerapan sanksi teknis terhadap Tiongkok serupa dengan yang dikenakan terhadap Rusia.

Pernyataan Raimondo mengenai masalah tersebut menunjukkan bahwa persaingan antara Tiongkok dan AS di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi semakin meningkat.

AS sedang menilai kembali kebijakan pengendalian kehidupan seksnya terkait dengan Tiongkok, katanya, "Ketika kami mendapat lebih banyak instruksi bahwa kami perlu melakukan tindakan lebih lanjut terhadap perusahaan-perusahaan Tiongkok, kami akan melakukannya dan memiliki kemampuan untuk menutup SMIC."

Serangkaian pernyataan ini menunjukkan bahwa persaingan teknologi antara Tiongkok dan AS telah memasuki babak baru. Sanksi komprehensif  AS terhadap Huawei berdampak besar pada industri semikonduktor Tiongkok, dan kali ini mungkin mengisyaratkan tindakan lebih lanjut terhadap perusahaan Tiongkok lainnya juga.

Hal ini juga membuat situasi semakin rumit, dan posisi semua pihak dalam permainan di bidang teknis menjadi semakin ditentukan, dan akan berdampak besar pada lanskap teknologi global, dan pada saat yang sama, industri semikonduktor Tiongkok juga menghadapi sejumlah tantangan berat.

Lambatnya perkembangan beberapa teknologi dalam rantai pasokan utama telah membuat daya saing Tiongkok di bidang semikonduktor relatif lemah. Tiongkok masih memiliki fondasi yang lemah dalam pasokan beberapa teknologi inti, komponen utama, dan bahan mentah.

Dalam situasi demikian, Tiongkok harus menghadapi sanksi dari AS, yang tidak diragukan lagi merupakan ujian berat bagi industri semikonduktor Tiongkok.

Namun, bagi AS, hal tersebut mungkin tidak dapat menyelesaikan semua masalah. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Zhao Lijian telah lama menyatakan bahwa dalam praktik telah membuktikan bahwa sanksi tidak dapat menyelesaikan masalah dan bahkan dapat menimbulkan masalah baru.

Sanksi sering kali mengarah pada situasi ekonomi "kedua pihak kalah" atau bahkan "banyak pihak kalah" dan juga mengganggu proses penyelesaian masalah secara politik, yang pada akhirnya merupakan tindakan yang tidak konstruktif.

Pada saat kritis ini, lanskap global sedang mengalami perubahan besar. Persaingan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya berkaitan dengan kepentingan ekonomi, tetapi juga posisi strategis jangka panjang negara.

Tiongkok telah mencapai kemajuan signifikan dalam kecerdasan buatan (AI), 5G, manufaktur chip, dan bidang lainnya, sehingga menjadi kekuatan penting dalam inovasi teknologi global.

Sebaliknya, AS terus memperketat pembatasan terhadap perusahaan Tiongkok dalam upaya mempertahankan keunggulan teknologinya.

Namun sanksi dan penindasan bukanlah satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah ini. Urusan internasional perlu diselesaikan melalui dialog dan kerja sama, bukan melalui tekanan dan sanksi sepihak.

Dalam situasi dunia saat ini, negara-negara harus lebih menghargai peluang kerja sama dan bersama-sama menanggapi tantangan dibandingkan mengambil sikap konfrontatif.

Singkat kata, perubahan sikap AS terhadap industri semikonduktor Tiongkok telah menarik perhatian luas, dan persaingan teknologi antara Tiongkok dan AS akan terus meningkat.

Namun semua pihak harus menyadari bahwa sanksi tidak menyelesaikan masalah dan dapat menimbulkan konsekuensi yang tidak dapat diprediksi. Kerjasama dan dialog merupakan cara efektif untuk menyelesaikan permasalahan global dalam situasi dunia saat ini.

Semua negara harus bekerja sama untuk mendorong pembangunan hubungan internasional dan menjaga perdamaian dan stabilitas global. Jika kita ingin mengatakan bahwa negara yang telah memenuhi tanggung jawabnya dan bekerja keras di jalur pembangunan tampaknya kini adalah Tiongkok.

Namun ada juga negara yang menurut banyak pengamat di dunia yang justru bertolak belakang dan sangat kontras dengan Tiongkok yaitu AS.

Tidak ada keraguan bahwa kini AS memimpin dunia dalam tingkat teknologi komprehensif, dan belum ada negara yang mampu mengejar ketertinggalannya selama bertahun-tahun.

Mungkin tidak ada seorang pun yang perlu menjawab pertanyaan ini, karena negara ini mengandalkan keunggulannya sendiri untuk menolak calon pesaing berpartisipasi dalam penelitian dan pengembangan, dan keunggulan rantai pasokannya menekan negara lain. Ini adalah metode yang umum digunakan oleh kapitalisme Amerika, ini tidak saja  dialami oleh Tiongkok.

Semikonduktor Toshiba Jepang, Alstom, China, dll. semuanya menjadi "korban" yang disebabkan oleh penggunaan metode penindasan untuk mencari dominasi.

AS Menguping dan Memata-matai di Mana-mana

Tentu saja, AS, yang dikenal sebagai "Bandit Minyak" dan "Matrix", tidak hanya memiliki sarana seperti itu. Sebagai kekuatan intelijendunia, sudah menjadi rahasia umum bahwa mereka menggunakan keunggulan rantai pasokan komunikasi untuk memantau berbagai negara. (masih ingat kasus Wikileaks- Julian Assage dan Snowden leaks) baca:

Kisah Pelarian Edward Snowden Pengungkap Program Mata-mata AS (1)

https://www.kompasiana.com/makenyok/5e79e27dd541df5d675bd382/kisah-pelarian-edward-snowden-pengungkap-program-mata-mata-as-1

Kisah Pelarian Edward Snowden Pengungkap Program Mata-mata AS (2)

https://www.kompasiana.com/makenyok/5e7b2911d541df1c7c10e442/kisah-pelarian-edward-snowden-pengungkap-program-mata-mata-as-2

Pandangan Julian Assange tentang Perang dan Kebenaran

https://www.kompasiana.com/makenyok/62a47b1ffca4e412f269fc64/pandangan-julian-assange-tentang-perang-dan-kebenaran

Insiden Prism Gate* adalah contoh terbaiknya. Pemantauan dilakukan melalui operator komunikasi, sistem operasi, chip perangkat keras, dll. Raksasa AS seperti Apple, Google, dan Microsoft semuanya telah menjadi saluran pengumpulan data bagi badan intelijen AS.

(* Insiden PRISM adalah nama sandi untuk program di mana Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA) mengumpulkan komunikasi internet dari berbagai perusahaan internet AS. Program ini juga dikenal dengan SIGAD US-984XN).

Dengan munculnya Huawei 5G , tatanan "zona nyaman" AS telah merasa dilangkahi dan dilanggar. Hal ini juga mendorong Huawei untuk ditindas oleh AS, dan teknologi 5G Tiongkok telah dicoreng secara sembarangan oleh rezim Biden (dituduh ada back door).

Sehingga menyebabkan negara-negara Barat telah membongkar BTS komunikasi yang telah terpasang, tapi akhirnya, berdasarkan laporan pengujian dari organisasi yang berwenang, teknologi 5G Huawei dipastikan tidak memiliki "masalah keamanan siber".

Belakangan ini banyak negara yang kembali menjalin kerja sama dengan Huawei, termasuk Perancis bahkan Jerman yang mulai menunda pembongkaran peralatan terpasang dengan tidak mengharapkan dana yang sudah diinvestasikan akan gagal.

Venezuela bahkan memegang kukuh Huawei Mate X3 dan menyebutnya sebagai ponsel paling aman di dunia.

Tentu saja, dibandingkan Ericsson dan Nokia, tidak ada yang mau mengabaikan menyingkirkan teknologi 5G Tiongkok yang lebih hemat biaya, sehingga semakin banyak pesanan kerja sama baru dengan Huawei. Hanya rezim Biden yang terus menekan perusahaan teknologi Tiongkok.

Secara khusus, raksasa minyak Arab Saudi juga telah mengajukan kerja sama di bidang komunikasi dengan Huawei seiring semakin eratnya perdagangan Tiongkok-Arab Saudi. Baca:

Arab Saudi Kerjasama dengan Huawei dan Melarang Apple untuk Menghindari Kontrol AS

https://www.kompasiana.com/makenyok/651e7a11ee794a2b094c7d72/arab-saudi-kerjasama-dengan-huawei-dan-melarang-apple-untuk-menghindari-kontrol-as

Dengan Arab menggunakan peralatan komunikasi Tiongkok, hal ini jelas bukan yang diinginkan AS.  Situasi yang tidak terduga ini, membuat rezim Biden mengeluarkan peringatan kepada Arab Saudi dengan mengharuskan Arab Saudi untuk terbuka terhadap AS meskipun menggunakan peralatan 5G Huawei.

Karena bagaimanapun, Pentagon tidak dapat terus melakukan pengawasan jika menggunakan peralatan Huawei, dan ketika kapitalisme Amerika mengeluarkan peringatan, media Amerika juga setuju dan menyerukan bahwa hal itu harus dibuka untuk AS.

Sekilas perilaku para "perampok/preman" terlihat jelas, dan tujuan rezim Biden juga jelas, yaitu untuk tidak mau melepaskan pengawasan yang sebelumnya selalu dilakukan terhadap Arab Saudi, demikian juga selama tahap 5G. Baca:

Arab Saudi Kerjasama dengan Huawei dan Melarang Apple untuk Menghindari Kontrol AS

https://www.kompasiana.com/makenyok/651e7a11ee794a2b094c7d72/arab-saudi-kerjasama-dengan-huawei-dan-melarang-apple-untuk-menghindari-kontrol-as

Bagaimanapun, kerja-sama Tiongkok-Arab Saudi sudah terlihat jelas. Trennya ke arah "Petro-yuan".

baca:

Apa Dampak Kerja Sama Bursa Efek Shanghai dan Grup Bursa Arab Saudi?

https://www.kompasiana.com/makenyok/64ff178ae1a167406f55b614/apa-dampak-kerjasama-bursa-efek-shanghai-dan-grup-bursa-arab-saudi

Tidak ada jaminan bahwa posisi AS tidak akan terguncang di masa depan, kita harus kita semua tahu bahwa dalam masalah minyak, berulang kali diintervensi oleh "bandit minyak", dan kadang-kadang juga acap kali menebarkan isu yang mengadu domba hubungan antara Arab Saudi dan Iran.

Tapi kini keduanya sedang berupaya melepaskan dan penghapusan dari pengawasan intelijen AS,  meskipun masih belum benar-benar berhasil, namun Arab Saudi diyakini tidak akan pernah memilih untuk berkompromi berdasarkan pengalaman sebelumnya.

Pada akhirnya, diharapkan pilihan Arab Saudi juga dapat menyadarkan negara-negara lain, dalam menghadapi kapitalisme Amerika yang oleh banyak pihak (terutama negara-negara berkembang) dipandang tidak bisa dipercaya dan tidak memiliki kredibilitas.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, kebangkitan Tiongkok tentu menjadi kabar baik bagi semua negara berkembang di seluruh dunia.

Kita tahu posisi AS di bidang iptek tidak hanya kuat, tetapi hampir menjadi otoritas global, khususnya di bidang chip semikonduktor. AS menempati posisi dominan yang tak terbantahkan, dan kerajaan teknologinya yang kuat memiliki perusahaan manufaktur chip di berbagai bidang secara global.

Bagaikan seekor naga teknologi yang mengaum mengendalikan sumber kehidupan teknologi tinggi global.

Namun kita pahami dominasi ini tidak terbentuk dalam semalam, namun secara bertahap terbentuk melalui inovasi, penelitian dan pengembangan, serta kerja sama strategis selama beberapa dekade.

Tetapi dalam beberapa tahun terakhir, AS telah menerapkan serangkaian tindakan pembatasan terhadap perusahaan-perusahaan teknologi Tiongkok, terutama dalam hal pasokan chip. Langkah-langkah ini seperti badai yang tiba-tiba datang bagi Tiongkok.

Hal ini menempatkan perusahaan-perusahaan teknologi Tiongkok di bawah tekanan. Mereka tidak hanya menghadapi gangguan rantai pasokan, namun juga dapat mempengaruhi rencana pengembangan jangka panjang mereka.

Hal ini tentunya menjadi tantangan besar bagi perusahaan teknologi Tiongkok, yang tidak bisa diabaikan adalah AS tidak hanya menjadi tempat lahirnya chip semikonduktor global, tetapi juga memiliki produsen chip papan atas dunia seperti Intel, Qualcomm, Apple, AMD, dan Nvidia. Perusahaan-perusahaan ini bagaikan seorang kaisar di dunia teknologi.

Produk dan teknologi mereka menempati hampir sebagian besar pasar chip kelas atas global, pengaruh mereka menyebar ke seluruh dunia, dan hampir tidak ada pesaing yang dapat menggoyahkan posisi mereka.

Perusahaan-perusahaan teknologi AS tersebut selama ini telah memasok chip ke perusahaan-perusahaan teknologi Tiongkok bagaikan sorang raja penggawa.

Namun, tindakan pembatasan yang dilakukan AS ibarat pedang tajam yang langsung memutuskan hubungan kedua negara. Perusahaan teknologi Tiongkok menghadapi tekanan besar untuk bertahan hidup, dan mereka tampaknya terdorong ke dunia baru yang penuh ketidakpastian dan tantangan.

Yang tidak bisa diabaikan adalah bahwa Tiongkok sendiri juga merupakan pasar manufaktur dan konsumen yang sangat besar, terutama dalam hal chip semikonduktor, Tiongkok adalah basis manufaktur terbesar di dunia dan salah satu raksasa dalam konsumsi chip, status Tiongkok tidak hanya memberikannya permintaan pasar domestik yang besar, juga memungkinkannya secara bertahap mengurangi ketergantungannya pada pasokan eksternal.

Tiongkok mengimpor lebih dari dua triliun dolar AS chip dari AS dan negara-negara lain setiap tahunnya. Ini merupakan angka yang mencengangkan. Hal ini tidak hanya mencerminkan besarnya permintaan industri teknologi Tiongkok namun juga menunjukkan pentingnya posisi produsen chip Amerika di pasar Tiongkok.

Bagi perusahaan Amerika seperti Qualcomm dan Intel, kehilangan pasar yang begitu besar di Tiongkok mungkin merupakan pukulan besar.

Terakhir, perlu disebutkan bahwa bagi perusahaan chip Amerika seperti Qualcomm dan Intel, pasar Tiongkok selalu menjadi sumber pendapatan penting.

Oleh karena itu, penerapan tindakan pembatasan terhadap Tiongkok tidak hanya akan merugikan AS. Di dunia yang terglobalisasi saat ini, segala bentuk perang dagang adalah bagaikan pedang bermata ganda.

AS yang merupakan hegemon teknologi global, telah menerapkan serangkaian pembatasan ekspor chip yang menyasar para pesaingnya, tampaknya mereka yakin bahwa AS dapat mengekang persaingan dan mengendalikan dominasinya.

Namun puncaknya juga menjadi titik awal jurang. Menurut data International Semiconductor Association, kebijakan ini tidak hanya gagal menekan persaingan, tetapi juga menyebabkan AS sendiri menderita kerugian ekonomi lebih dari 110 miliar dolar AS.

Harga setinggi itu ibarat bom yang siap meledak, tidak tahu kapan akan meledak sehingga menimbulkan ancaman besar bagi perekonomian AS.

Tekad Tiongkok

Sumber: quora.com
Sumber: quora.com

AS tampaknya telah salah memahami satu hal. Lawan sebenarnya tidak akan menyerah karena penindasan AS, tetapi akan menjadi lebih bertekad dan bekerja lebih keras karenanya. Seperti halnya seorang atlet yang tidak hanya tidak terjatuh setelah dilanggar/dicurangi oleh lawannya, tetapi malah menginspirasi semangat juang yang lebih besar. .

Tiongkok telah mempercepat laju penelitian dan pengembangan independen, seolah-olah telah menemukan terobosan dan peluang untuk melepaskan diri. Hal ini tidak diragukan lagi merupakan contoh negatif efektivitas kebijakan AS.

Tindakan represif dan restriktif yang dilakukan AS sebenarnya sudah menjadi semacam "menyakiti diri sendiri atau merugikan diri sendiri", hal ini bisa terjadi jika ada tujuan dan motivasinya.

Tiongkok telah menetapkan kebijakan/tujuan pertumbuhan yang jelas, yaitu mencapai tingkat swasembada chip dalam negeri sebesar 70% pada tahun 2025. Hal ini bukan hanya sekedar tujuan numerik namun juga merupakan perwujudan dari keinginan negara tersebut sebagai mercu suar.

Hal ini untuk memandu arah perkembangan teknologi di masa depan. Jika tujuan yang diusulkan oleh pemerintah adalah pengaturan tingkat strategis, maka perusahaan-perusahaan adalah prajurit garis depan dalam perang yang panjang ini.

Produsen ponsel Tiongkok seperti Huawei, Xiaomi, OPPO, dan vivo sudah bersemangat untuk mencobanya dan telah meluncurkan proyek penelitian dan pengembangan chip sendiri. Perusahaan-perusahaan ini tidak lagi puas menjadi penghubung/pemakai/pembeli dalam rantai manufaktur perusahaan lain.

Sebaliknya, Tiongkok harus berjuang untuk mendominasi teknologi dan berusaha menjadi pemimpin industri ini. Tampaknya saat ini, Tiongkok bukan lagi negara yang sepenuhnya bergantung pada teknologi asing.

Chip listrik, chip kamera, dan bidang lainnya telah tercapai substitusi buatan dalam negeri Tiongkok sendiri. Semua pencapaian ini merupakan bukti baik bahwa Tiongkok telah mengurangi ketergantungannya pada negara asing dan memperkuat inovasi independen.

Perubahan seperti itu tentu mengejutkan beberapa perusahaan Amerika yang sudah terbiasa dengan hal tersebut.

Ini adalah sesuatu yang tidak pernah mereka duga, tapi siapa yang bisa meramalkan masa depan? Saat semua orang membicarakan bagaimana industri semikonduktor akan mengubah dunia, sebuah fenomena yang tidak dapat diabaikan telah muncul.

Industri semikonduktor global telah jatuh ke dalam apa yang disebut "musim dingin", dengan penurunan penjualan ponsel dan komputer pribadi, dan penurunan permintaan chip kelas atas tampaknya merupakan badai yang tidak terduga.

Seluruh industri terkejut, sulit mempercayai bahwa harga beberapa chip Amerika telah turun tajam hingga mencapai 10 yuan (RMB), tetapi masih sulit untuk dijual.

Perusahaan dalam negeri Tiongkok yang awalnya menganggap Qualcomm, Intel, dll. sebagai hal yang sangat diperlukan kini mulai mengurangi ketergantungan mereka pada mereka.

Ini adalah fakta yang tidak bisa dihindari. Zaman terus berubah, peraturan berubah, dan pilihan masyarakat juga berubah. Hal ini tentu merupakan pukulan berat bagi perusahaan chip Amerika yang selama ini menganggap dirinya tak tergantikan.

Menurut statistik terkini, impor chip Tiongkok telah turun secara signifikan dalam tiga kuartal pertama, sekitar 61 miliar biji. Jumlah ini bukan sekedar angka, ini adalah sinyal dan titik balik.

Ini menyatakan datangnya era baru, media asing memberitakan bahwa Tiongkok tidak lagi membeli chip dalam jumlah besar seperti masa lalu. Ini sama sekali bukan fenomena kebetulan atau karena kebetulan. Hal ini menandai bahwa Tiongkok telah mencapai titik awal baru di bidang semikonduktor. Ini mulai menunjukkan kekuatan teknologinya.

Menurut data yang relevan, chip AS menguasai separuh pangsa pasar chip global, sementara Tiongkok, sebagai permintaan chip terbesar di dunia, mengimpor hampir 70% pangsa pasar setiap tahunnya.

Namun, penindasan AS terhadap berbagai pasar dan teknologi Tiongkok sama saja dengan memutus jalur keuangan dari Tiongkok sendiri. Perilaku AS yang memanjakan diri sendiri ini telah menyebabkan guncangan besar di seluruh dunia. Alasan penurunan tajam impor chip bisa jadi ditelusuri kembali ke raksasa chip Amerika, Micron, yang dikenal meremehkan pesaingnya.

Namun mereka tak menyangka juga akan mengalami kerugian setelah industri chip Tiongkok tertindas dan ditekan.

Micron baru-baru ini mengumumkan laporan keuangannya untuk kuartal kedua tahun 2023, yang menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mengalami kerugian terbesar yang tak pernah dialami sebelumnya sebesar US$2,31 miliar. Pada saat yang sama, piutangnya turun sebesar 53%, dan penurunan pada kuartal ketiga diperkirakan akan terjadi. diperluas hingga 60%.

Menghadapi krisis tersebut, Micron telah menetapkan rencana PHK dan berencana memberhentikan 15% karyawannya, yang setara dengan kehilangan satu pekerjaan dari sepuluh karyawan.

Perusahaan chip Eropa dan Amerika lainnya juga menghadapi penurunan pendapatan yang signifikan, yang merupakan konsekuensi langsung dari pembatasan ekspor teknologi chip AS ke Tiongkok, dan semua krisis dan konsekuensi disebabkan oleh mereka sendiri.

Situasi ini telah memaksa beberapa perusahaan untuk mempertimbangkan PHK dan konsekuensi praktis dari pembatasan ekspor, yang mengakibatkan hilangnya perdagangan luar negeri. Sebaliknya, permintaan di pasar Tiongkok masih tetap ada.

Meskipun produk Amerika tidak dapat diimpor masuk, tapi Tiongkok memiliki teknologi inovatif untuk mengatasi masalah ini. Hanya dalam beberapa tahun, kapasitas produksi chip Tiongkok menduduki peringkat ketiga di dunia, dan produk-produknya jelas memiliki keunggulan hemat biaya.

Meskipun pasar elektronik konsumen global saat ini menghadapi situasi yang lemah, berbagai faktor secara bersama-sama menyebabkan penurunan permintaan domestik Tiongkok terhadap chip kelas atas.

Hal ini bukan sekedar fenomena jangka pendek, namun merupakan tren jangka panjang. Perubahan ekonomi global, perubahan konsep konsumsi, dan dampak kemajuan teknologi semuanya membentuk situasi baru.

Dalam kondisi ini, strategi mengandalkan pasokan eksternal jelas sudah tidak bisa diterapkan lagi. Pada saat yang sama, kecepatan pengembangan Tiongkok di bidang semikonduktor telah melampaui ekspektasi banyak orang, terutama di banyak bidang chip kecil, substitusi dalam negeri telah tercapai, dan tidak lagi ada kebutuhan untuk mengimpor chip asing dalam jumlah besar.

Hal ini semakin menekankan perlunya dan mendesaknya kemandirian ilmu pengetahuan dan teknologi Tiongkok, dan juga memberikan landasan yang kokoh bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa depan.

Ketika AS membatasi pengembangan dan menjatuhkan sanksi ke perusahaan-perusahaan Tiongkok, tidak tahu apakah Amerika benar-benar mempertimbangkan konsekuensinya? Semua pembatasan dn sanksi ini pada akhirnya tampak tidak masuk akal.

Ketika Anda membatasi orang lain, Anda mungkin juga membatasi diri Anda sampai batas tertentu. Sekarang AS harus menghadapi kenyataan yang memalukan. Kepada siapa chipnya akan dijual? Saat masalah ini benar-benar muncul, semuanya sudah terlambat. Ringkasnya, pasar chip semikonduktor sedang mengalami perubahan drastis.

Tiongkok sedang menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, namun tantangan-tantangan inilah yang mendorong Tiongkok untuk mempercepat penelitian dan pengembangan independen/mandiri serta mengurangi ketergantungannya pada pasokan eksternal. Tiongkok menyadari bahwa hanya melalui inovasi berkelanjutan mereka dapat bertahan dan berkembang di dunia yang berubah dengan cepat ini.

Tindakan pembatasan/sanksi yang dilakukan AS tidak diragukan lagi telah membawa banyak kesulitan bagi Tiongkok, namun juga telah melahirkan industri chip dalam negeri Tiongkok yang lebih kuat.

Industri tersebut tidak hanya dapat memenuhi permintaan dalam negeri, tetapi juga lebih mungkin untuk diekspor ke luar negeri untuk berpartisipasi dalam persaingan global.

Untuk mencapai tujuan ini, Tiongkok tampaknya menyadari perlu melanjutkan upaya untuk terus mempromosikan inovasi teknologi guna menciptakan posisi pasar yang lebih kompetitif bagi perusahaan teknologi Tiongkok. Hanya dengan cara inilah Tiongkok dapat mencapai pembangunan yang lebih berkelanjutan.

Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri

https://www.quora.com/Who-will-be-the-winner-in-a-US-China-chip-war

https://www.cagle.com/osama-hajjaj/2023/09/chip-war

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun