Menurut data yang relevan, chip AS menguasai separuh pangsa pasar chip global, sementara Tiongkok, sebagai permintaan chip terbesar di dunia, mengimpor hampir 70% pangsa pasar setiap tahunnya.
Namun, penindasan AS terhadap berbagai pasar dan teknologi Tiongkok sama saja dengan memutus jalur keuangan dari Tiongkok sendiri. Perilaku AS yang memanjakan diri sendiri ini telah menyebabkan guncangan besar di seluruh dunia. Alasan penurunan tajam impor chip bisa jadi ditelusuri kembali ke raksasa chip Amerika, Micron, yang dikenal meremehkan pesaingnya.
Namun mereka tak menyangka juga akan mengalami kerugian setelah industri chip Tiongkok tertindas dan ditekan.
Micron baru-baru ini mengumumkan laporan keuangannya untuk kuartal kedua tahun 2023, yang menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mengalami kerugian terbesar yang tak pernah dialami sebelumnya sebesar US$2,31 miliar. Pada saat yang sama, piutangnya turun sebesar 53%, dan penurunan pada kuartal ketiga diperkirakan akan terjadi. diperluas hingga 60%.
Menghadapi krisis tersebut, Micron telah menetapkan rencana PHK dan berencana memberhentikan 15% karyawannya, yang setara dengan kehilangan satu pekerjaan dari sepuluh karyawan.
Perusahaan chip Eropa dan Amerika lainnya juga menghadapi penurunan pendapatan yang signifikan, yang merupakan konsekuensi langsung dari pembatasan ekspor teknologi chip AS ke Tiongkok, dan semua krisis dan konsekuensi disebabkan oleh mereka sendiri.
Situasi ini telah memaksa beberapa perusahaan untuk mempertimbangkan PHK dan konsekuensi praktis dari pembatasan ekspor, yang mengakibatkan hilangnya perdagangan luar negeri. Sebaliknya, permintaan di pasar Tiongkok masih tetap ada.
Meskipun produk Amerika tidak dapat diimpor masuk, tapi Tiongkok memiliki teknologi inovatif untuk mengatasi masalah ini. Hanya dalam beberapa tahun, kapasitas produksi chip Tiongkok menduduki peringkat ketiga di dunia, dan produk-produknya jelas memiliki keunggulan hemat biaya.
Meskipun pasar elektronik konsumen global saat ini menghadapi situasi yang lemah, berbagai faktor secara bersama-sama menyebabkan penurunan permintaan domestik Tiongkok terhadap chip kelas atas.
Hal ini bukan sekedar fenomena jangka pendek, namun merupakan tren jangka panjang. Perubahan ekonomi global, perubahan konsep konsumsi, dan dampak kemajuan teknologi semuanya membentuk situasi baru.
Dalam kondisi ini, strategi mengandalkan pasokan eksternal jelas sudah tidak bisa diterapkan lagi. Pada saat yang sama, kecepatan pengembangan Tiongkok di bidang semikonduktor telah melampaui ekspektasi banyak orang, terutama di banyak bidang chip kecil, substitusi dalam negeri telah tercapai, dan tidak lagi ada kebutuhan untuk mengimpor chip asing dalam jumlah besar.