Tiongkok telah mencapai kemajuan signifikan dalam kecerdasan buatan (AI), 5G, manufaktur chip, dan bidang lainnya, sehingga menjadi kekuatan penting dalam inovasi teknologi global.
Sebaliknya, AS terus memperketat pembatasan terhadap perusahaan Tiongkok dalam upaya mempertahankan keunggulan teknologinya.
Namun sanksi dan penindasan bukanlah satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah ini. Urusan internasional perlu diselesaikan melalui dialog dan kerja sama, bukan melalui tekanan dan sanksi sepihak.
Dalam situasi dunia saat ini, negara-negara harus lebih menghargai peluang kerja sama dan bersama-sama menanggapi tantangan dibandingkan mengambil sikap konfrontatif.
Singkat kata, perubahan sikap AS terhadap industri semikonduktor Tiongkok telah menarik perhatian luas, dan persaingan teknologi antara Tiongkok dan AS akan terus meningkat.
Namun semua pihak harus menyadari bahwa sanksi tidak menyelesaikan masalah dan dapat menimbulkan konsekuensi yang tidak dapat diprediksi. Kerjasama dan dialog merupakan cara efektif untuk menyelesaikan permasalahan global dalam situasi dunia saat ini.
Semua negara harus bekerja sama untuk mendorong pembangunan hubungan internasional dan menjaga perdamaian dan stabilitas global. Jika kita ingin mengatakan bahwa negara yang telah memenuhi tanggung jawabnya dan bekerja keras di jalur pembangunan tampaknya kini adalah Tiongkok.
Namun ada juga negara yang menurut banyak pengamat di dunia yang justru bertolak belakang dan sangat kontras dengan Tiongkok yaitu AS.
Tidak ada keraguan bahwa kini AS memimpin dunia dalam tingkat teknologi komprehensif, dan belum ada negara yang mampu mengejar ketertinggalannya selama bertahun-tahun.
Mungkin tidak ada seorang pun yang perlu menjawab pertanyaan ini, karena negara ini mengandalkan keunggulannya sendiri untuk menolak calon pesaing berpartisipasi dalam penelitian dan pengembangan, dan keunggulan rantai pasokannya menekan negara lain. Ini adalah metode yang umum digunakan oleh kapitalisme Amerika, ini tidak saja  dialami oleh Tiongkok.
Semikonduktor Toshiba Jepang, Alstom, China, dll. semuanya menjadi "korban" yang disebabkan oleh penggunaan metode penindasan untuk mencari dominasi.