Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menerawang Kebangkitan Tiongkok Dalam dan Pasca Pandemi

30 Agustus 2020   11:22 Diperbarui: 30 Agustus 2020   11:26 1028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Amstrong Economics

Meskipun banyak politisi luar negeri Tiongkok,  berharap untuk bisa mengurangi ketergantungan negara mereka pada rantai industri Tiongkok, tapi menurut sebuah artikel yang diterbitkan oleh "The Economist" belum lama ini. Artikel itu menyatakan bahwa pandemi tidak melemahkan kapasitas ekonomi Tiongkok, dan Tiongkok telah menjadi pabrik terbesar di dunia dari sebelumnya.

Sumber: The Economist
Sumber: The Economist
Luas dan dalamnya basis industri Tiongkok tidak dapat diguncang oleh negara lain, Tiongkok mampu menghasilkan hampir semua produk kelas atas, menengah dan bawah.

Skala industri manufaktur Tiongkok telah menyumbang 28% dari dunia, kira-kira setara dengan AS, Jerman dan Jepang digabung jadi satu.

Industri Tiongkok memiliki efek cluster, dan tingkat peningkatan industri relatif tinggi.

Selain itu, Tiongkok memiliki infrastruktur kelas satu yang ketergantungan pada suku cadang asing semakin lama semakin kecil.

Dari 26,3% pada tahun 2005 menjadi 16,6% pada tahun 2016, suku cadang asing dalam produk elektronik semakin menurun. Ini sungguh tidak bisa dibandingkan dengan negara lain.

Tiongkok juga memiliki pasar konsumen domestik yang berskala besar sehingga sulit bagi perusahaan asing untuk melepaskannya, bahkan banyak perusahaan asing besar yang menambah investasinya di Tiongkok.

Banyak peneliti yang berpandangan Tiongkok  sebuah dunia, karena memiliki kedalaman strategis yang langka dan keuntungan geografisnya, sebagian dari kita lebih menyukai kehidupan negera kecil dengan populasinya yang sedikit, namun seringkali negara kecil tidak memiliki kedalaman strategis dan tidak mengalami kesulitan.

Dari wabah pandemi kali ini kita telah dapat melihat dilema efeknya. Mereka ada di mana-mana di negara-negara antarbenua berskala besar seperti Tiongkok. Kenyataan Tiongkok memiliki lebih banyak ruang untuk bermanuver, terutama karena memiliki tradisi budaya dan sistem "jika salah daerah mengalami kesulitan, maka bantuan akan datang dari segala penjuru" Dalam hal ini bisa dilihat ketika terjadi bencana gempa bumi di Wenchuan, bantuan dan relawan dari semua provinsi datang untuk membangun kembali daerah bencana. Demikian juga ketika terjadi lockdown total kota Wuhan, bantuan dari segala penjuru datang tiada henti, bahkan banyak individu-invidu yang menyumbang material dan uang kepada lembaga-lembag yang menangani Covid-19 ini.

Dan kenyataan sebagian besar negara berukuran kecil di dunia, mereka hanya mendapatkan bantuan dari satu sisi saja dan tidak dari segala penjuru nagaranya. Bahkan negara dengan wilayah yang relatif luas seringkali tidak memiliki tradisi budaya dan tatanan kelembagaan yang saling membantu antarprovinsi.

Di AS adalah aliansi antar negara bagian,  antara pemerintah pusat (federal) dan pemerintah negara bagian saling untuk membujuk melakukan pasokan anti-pandemi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun