Peningkatan pesat standar kehidupan masyarakat dan peningkatan pesat seluruh negara, sehingga konsep pembangunan "Model Tiongkok" ("China Model") telah mengguncang dunia.
Ada yang mengatakan bahwa Tiongkok memiliki sifat khusus, namun seberapa banyak yang dapat dipelajari pihak luar dalam konsep "Model Tiongkok"?
Ada yang mengatakan : Jika Negara tidak memiliki keyakinan, maka bangsa tidak akan memiliki kekuatan.
Namun pemikiran filosofis di balik model apa pun adalah yang paling kritis. Memang kenyataannya banyak orang yang secara keliru percaya bahwa Tiongkok bangkit karena sepenuhnya menyerap pengalaman Barat.
Namun ada sebagian pakar yang meyatakan berkaitan dengan hal ini perlu diulas lebih lanjut apa memang benar demikian.
Sebagian pakar Tiongkok ada yang cukup berani dengan mengusulkan berdasarkan realitas keberhasilan pembangunan Tiongkok yang berhasil bangkit dalam kurun waktu begitu singkat dalam 40 tahunan sebagai "China Model /Model Tiongkok".
Eskprimen dan gagasan model pembangunan yang dicetuskan Deng Xioping dengan reformasi dan keterbukaan yang salah satu motonya "menyeberangi sungai dengan meraba dan merasakan bebatuan dalam dasar sungai", kini sudah terlihat hasilnya dengan bangkitnya negara Tiongkok menjadi Negara Industri. Namun setelah mereka menyentuh bebatuan selama bertahun-tahun, sesuatu apa yang kiranya mereka temukan?
Memang Tiongkok telah menunjukkan kepada dunia, solusi masalah dalam negeri Tiongkok sendiri, bagaimana mereka menyelesaikannya dan berhasil. Dengan menyediakan solusi, namun tampaknya model Tiongkok ini perlu disesuaikan dengan kondisi nasional negara-negara masing-masing, dan siapapun dapat memilih sepenuhnya berdasarkan sikon negaranya masing-masing.
Tiongkok Tidak Mengekspor "Model Tiongkok"
Ketika pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan ayahnya masih hidup, dan mereka berkunjung ke Tiongkok, mereka dibawa melihat ke Yangzhou, Shenzhen, Shanghai, dan ke Beijing.
Tiongkok sebenarnya meminta pemimpin Korut melihat perkembangan dan kemajuan tempat-tempat ini, dengan mengharapkan mereka mau melakukan reformasi dan membuka diri, menjaga stabilitas politik, namun tidak memaksa pihak lain. Jika mereka menghargai rencana ini, mereka bebas mengubah sesuai dengan kondisi nasional mereka sendiri.