Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Reaksi Rusia atas Penempatan 150 Senjata Nuklir AS di Negara-negara NATO

21 September 2019   18:52 Diperbarui: 21 September 2019   18:58 836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: militarywatchmagazine.com

AS menempatkan 150 senjata nuklir di lima negara anggota NATO, termasuk Turki, menurut sebuah laporan tentang senjata nuklir ke seluruh dunia yang disiapkan oleh Parlemen Turki.

Laporan yang berjudul "Data tentang Senjata Nuklir," mengatakan ada sekitar 15.000 senjata nuklir di 107 lokasi di 14 negara pada Juli tahun 2017, harian "Milliyet" melaporkan pada 31 Oktober 2017.

"Hampir 9.400 dari senjata-senjata ini berada dalam gudang senjata untuk penggunaan militer dan sisanya non aktif untuk dihancurkan," tulis laporan itu.

Sekitar 4.150 dari senjata nuklir ini  berada dalam gudang siap untuk digunakan kapan saja, sementara 1.800 berada dalam status "alarm tinggi", yang berarti mereka dapat dipersiapkan untuk digunakan setiap kesempatan dalam waktu singkat.

Menurut laporan itu, 93 persen senjata nuklir dunia adalah milik Rusia dan AS.

Dalam laporan itu disebutkan bahwa senjata nuklir milik AS hadir di lima negara NATO yang tidak memiliki senjata nuklir.  Ada 150 senjata nuklir AS di enam pangkalan udara di Belgia, Jerman, Italia, Belanda, dan Turki, yang merupakan negara-negara NATO yang tidak memiliki senjata nuklir sendiri.

Sumber: www.scmp.com + www.workers.org
Sumber: www.scmp.com + www.workers.org
Lokasi rahasia senjata nuklir AS yang disembunyikan di Eropa telah diungkapkan dalam dokumen NATO. Diberitakan "Daily Mail " Inggris pada 17 Juli 2019.

Sebuah rancangan laporan untuk komite pertahanan dan keamanan majelis parlemen NATO yang di-intip oleh AFP memberikan perincian enam pangkalan udara di Eropa dan Turki di mana dikatakan bahwa AS menyimpan 150 senjata nuklir, khususnya bom gravitasi B-61.

Berita itu muncul di tengah kekhawatiran perlombaan senjata nuklir baru di Eropa, pada saat-saat perjanjian Perang Dingin antara Moskow dan Washington berada di ambang kehancuran.

Bagian dari draft laporan oleh senator Kanada Joseph Day, merujuk pada total 'sekitar 150 senjata nuklir' yang disimpan di Kleine-Brogel di Belgia, Buechel di Jerman, Aviano dan Ghedi-Torre di Italia, Volkel di Belanda dan Incirlik di Turki.

Reaksi Rusia

NATO tampaknya sengaja memaparkan posisi bom nuklir AS, namun Rusia tidak terlihat takut dengan "intimidasi nuklir" ini.

Dengan pengungkapan ini "Intermediate-Range Nuclear Forces Treaty" atau Perjanjian antara Uni Soviet dan AS tentang Penghapusan Rudal Jarak Menengah dan Jarak Pendek mereka terancam bubar.

Tapi reaksi dan tindakan Rusia dalam menghadapi pengungkapan ini sangat tenang, dan Rusia mengatakan "kami sudah lama mengetahuinya".

Kemudian Rusia bermanuver menunjukkan kekuatannya di Laut Baltik dengan tindakan selangkah demi selangkah, Rusia benar-benar tenang.

Tupolev Tu-160 Beliey Lebed atau "Angsa Putih", Rusia menyebutnya -160, NATO menyebutnya Blackjack adalah pesawat pembom supersonik sayap rendah (low wing) dengan sayap sweep variabel yang dirancang oleh Tupolev pada tahun 1980. Pesawat ini dioperasikan oleh Angkatan Udara Rusia.

Dengan adanya pengungkapan NATO atas 150 senjata nuklir yang ditempatkan di sekitar Rusia di negara-negara NATO sekutu AS, Rusia segera melangsung penerbangan formasi Tu-160 di Laut Baltik. Dengan segera pesawat tempur tiga negara Nordik mengudara untuk melakukan intersep.

Sumber: www.reddit.com
Sumber: www.reddit.com
Majalah "Pertahanan Nasional " Rusia editor Korotchenko mengatakan dalam sebuah wawancara dengan media bahwa dia secara pribadi tidak terkejut dengan berita tersebut

Dia mengatakan,  Departemen militer Rusia telah mengikuti perkembangan situasi di atas, Staf umum Rusia bahkan telah mengetahui detail dari senjata nuklir AS ini baik lokasi, kualitas, teknik penempatan dan bagaimana strategi AS untuk menggunakan senjata nuklir taktis di Eropa ini.

Saat upacara peresmian meluncuran kapal-kapal perang perang baru Rusia, mengungkapkan bahwa Rusia bertekad untuk membangun kembali kapal induk.

Pakar Rusia lainnya ada yang menunjukkan bahwa ini adalah rahasia AS yang sengaja dibocorkan. Sinyal dari AS adalah bahwa Rusia mengerahkan senjata nuklir di Kaliningrad. Sehingga AS harus menunjukkan kekuatannya di kawasan Eropa.

Tindakan AS dengan menempatkan senjata nuklir ini, tampaknya untuk mengancam Rusia dengan nuklir. Makna semacam ini masih ada, harus dikatakan bahwa selama Perang Dingin, AS juga mengerahkan sejumlah besar strategi dalam berbagai jenis senjata nuklir taktis di Eropa.

Karena pada waktu itu NATO beranggapan jika tank-tank tempur Soviet menerobos negara-negara NATO, negara-negara Barat tidak dapat menghentikannya.

Jadi dalam situasi itu, hanya ada satu cara untuk menghadapinya dengan menggunakan strategi dan senjata untuk menahan momentum ofensif Soviet. Ini adalah situasi strategis dasar. Tampaknya  hingga sekarang, AS masih menyimpan begitu banyak senjata nuklir taktis di Eropa.

Dalam hal ini terlihat pertahanan terhadap Uni Soviet selama Perang Dingin,  masih dijadikan cara dasar untuk melawan Rusia, yang mirip pada era Perang Dingin yang lalu.

Jadi kita semua mengetahui, mengapa Rusia mengatakan mengungkapan ini sudah tidak baru lagi. Namun bagi AS dan NATO ada maksud-maksud tertentu dalam pengungkapan ini.

Kita juga mengetahui di bulan-bulan lalu, antara Tiongkok dan Rusia, bersama-sama mengeluarkan pernyataan bersama tentang kebijakan berbagi untuk menentang AS yang berbagi senjata nuklir dengan sekutunya. Sebab apa yang disebut berbagi nuklir sebenarnya berarti AS tidak menyimpan sendiri senjata nuklirnya, jika AS menyimpan senjata nuklirnya di negara-negara sekutunya, itu berarti menyamarkan negara-negara non-nuklir menjadi negara-negara nuklir. Dengan demikian menghancurkan "Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir".

Strategi AS Dengan Ancaman Nuklir di Eropa Terhadap Rusia

Dan kini senjata nuklir AS ditempatkan di Belgia, Belanda, Italia, Jerman dan Turki negara-negara yang tidak memiliki senjata nuklir sendiri.

Sumber: Ilustrasi dari geology.com
Sumber: Ilustrasi dari geology.com
Dari menempatan ini, pengamat melihat adanya karakteristik tata letak. Pertama, disebut "moderat" , selama Perang Dingin AS termasuk NATO dalam melawan Uni Soviet menggunakan "tata letak tiga baris/front".

Kita bisa melihat negara-negara yang terletak di "baris kedua" adalah yang jaraknya berada kira-kira seputar 1.800 km dari perbatasan Rusia seperti Belgia dan Italia, dari sudut pandang ini, mereka berada dalam posisi dapat menyerang dan mundur untuk bertahan. Dengan kata lain terdapat ruang posisi seperti itu.

Selain itu ada yang sangat jauh. Misalnya dari Belanda ke Italia berjarak hampir 2.000 km. Kemudian dari Italia ke Turki juga berjarak hampir 2.000 km, tapi posisinya berpencar. Sehingga jika ingin berfokus menghancurkannya akan sulit.

Maka jika dilihat posisi di atas ini, seluruh posisi dalam situasi ini bisa melakukan serangan ofensif yang kuat dan bertahan dengan kuat. Maka jika lawan (Rusia) akan membalas untuk menghancurkan mereka akan sulit.

Yang kedua, kemungkinan penyimpanan yang diungkapkan Pentagon-AS ini lebih dari 150, mengingat seperti gunung es dimana yang tidak terlihat 7/8 bagian berada di bawah permukaan air. Dan pengungkapan di lima negara hanya bagian atas dari gunung es.

Jika memang keadaannya seperti gunung es, maka di kemudian hari akan lebih banyak senjata nuklir yang akan ter-ekspos ke permukaan di masa depan..

Tapi dari bagian atas gunung es ini, kita dapat melihat bahwa penggunaan seluruh kemampuan nuklir bersifat retrograde (bergerak berlawanan dengan jarum jam), sangat mungkin bahwa senjata nuklir yang digunakan di negara-negara ini tidak akan digunakan untuk pertahanan pasif (defensif), tetapi bisa untuk serangan aktif (ofensif).

Retrogade

Selama Perang Dingin, Uni Soviet yang pertama-tama menyerang Barat. Sekarang dan mungkin NATO, AS yang menyerang dari barat ke timur (Rusia).

Arah penggunaan senjata nuklir ini, juga arah hulu ledak sedang mengalami perubahan 180 derajat. Jadi dari sudut pandang dan analisis jumlah, mungkin titik-titik ini sangat layak diperhatikan.

Selain itu, pengamat juga memperhatikan bahwa Pentagon telah mengeluarkan dokumen pelatihan, meminta militer AS dari atas turun ke bawah untuk memperkuat pelatihan kemampuan seperti berada dalam lingkungan pasca ledakan nuklir.

Sehingga ini memberikan suatu indikasi lama, dimana diadakan pelatihan untuk memakai masker dan membawa berbagai macam fasiltas dan aparatus perlengkapan anti radiasi nuklir. Seperti pada era Perang Dingin ketika terjadi konfrontasi antara AS dan Uni Soviet. Dan setiap negara harus mempertimbangkan melakukan persiapan pertempuran semacam ini.

Dan ini semua membuat kembali ke simbol kuno yang sudah di-alami yang memberi "kesan seperti dinosaurus", dimana berarti Perang Dingin baru akan muncul.

AS telah mengindikasikan akan menghabiskan lebih dari 703 miliar pada tahun 2040-an untuk meningkatkan kemampuan nuklirnya. Menurut "The Sun" News website 17 Juli 2019.

Belum lama ini  (19 Juli 2019) AS merilis berita, akan melakukan penghapusan rudal "Militia 3" (ICBM) pada tahun 2020, dan akan diganti dengan rudal yang lebih canggih kemungkinannya "Militia 10" yang berkemampuan meluncur lebih tinggi dan lebih jauh dari kisaran selama Perang Dingin, demikian menurut dugaan para pengamat luar.

Dalam situasi dimana jika simbol-simbol deterence nuklir dihidupkan kembali di seluruh dunia, dengan sendirinya deterence ini juga ditujukan pada Rusia.

Selain itu jika pilot-pilot dan pasukan tank AS dan Barat melakukan latihan dengan membawa pakaian khusus dan aparatus anti-radiasi nuklir, apabila perlengkapan semacam ini dijadi persyaratan kembali dalam tindakan pertempuran. Maka akan memberi kesan akan melakukan perang nuklir, bahkan perang nuklir ini bukan perang nuklir umum, namun sudah bentuk dasar perang dan ofensif nuklir skala besar.

Jika di suatu kawasan terjadi ofensif dan perang nuklir dengan mengarah ke darat , laut, dan udara, maka kawasan tersebut akan tercemar berat dengan radiasi nuklir, bahkan jika terjadi perang nuklir besar di suatu kawasan pencemarannya akan meliputi seluruh dunia.

Maka efek dari perang nuklir dapat kita bayangkan dalam kontaminasi umum, itu juga berarti serangan niklir pada skala global., yang akan menyebabkan musim dingin nuklir, dimana hal ini selama Perang Dingin masih tidak ditetapkan.

Suatu yang lucu dan membingunkan Sekjend NATO mengatakan jika "Perjanjian Rudal Jangkauan Menengah /Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) Treaty 1987" total terhenti, maka Rusia harus memikul tanggung jawab utama.

Namun menurut para pengamat, dengan kedua belah saling beroposisi seharusnya sama-sama bertanggung jawab, karena ini merupakan sebab-akibat dari adanya penyediaan dan penempatan senjata nuklir dari salah satu pihak.

Suasana Permusuhan AS-Rusia Kini

Suasana saat ini antara AS- Rusia bukan lagi untuk "nuklir" , tapi semacam emosi untuk berkelahi.

Harus dikatakan suasana untuk "berkelahi" beberapa tahun terakhir ini lebih banyak diungkapkan. Ada satu periode waktu setelah berakhirnya Perang Dingin dalam beberapa tahun terakhir, AS melakukan moderasi dalam pengembangan kekuatan nuklir strategis. Kedua belah pihak juga bersedia untuk mencapai kompromi tertentu dalam strategi/taktis dan pengurangan senjata nuklir.

Sekarang, meskipun AS masih cenderung untuk mengikuti batas perjanjian senjata nuklir strategis, namun secara kualitas mereka berupaya menemukan cara untuk mencari terobosan dan mencari apa yang disebut keamanan absolut, keunggulan militer absolut. Selain itu AS memanfaatkan masa damai, berupaya untuk melakukan penekanan dan ancaman nuklir terhadap lawannya.

Dalam menghadapi intimidasi nuklir yang tiba-tiba dilepaskan NATO, Rusia berjalan seperti biasa dan terus menunjukkan "otot-ototnya" di Laut Baltik.

Menurut berita yang dikeluarkan oleh Biro Informasi Kementerian Pertahanan Rusia, dua pembom strategis Tu-160 dari AU Rusia pada 15 Juli 2019 waktu setempat telah menyelesaikan misi penerbangannya di atas perairan netral Laut Baltik, berita mengatakan bahwa penerbangan berlangsung lebih dari tujuh jam selama misi.  Sehingga Denmark, Finlandia dan Swedia, masing-masing mengirim pesawat tempur F-16, F-18, dan JAS-39 "Gripen" untuk menemani penerbangan ini, hingga misi penerbangan selesai.

Pilot AU Rusia selamat kembali ke pangkalan permanen mereka, dan para perwira penerbangan jarak jauh Rusia secara teratur melakukan misi penerbangan di atas perairan netral Kutub Utara, Atlantik Utara, Laut Hitam, Baltik, dan Pasifik.

Kementerian Pertahanan Nasional Rusia menunjukkan bahwa pesawat tempur Rusia secara ketat mematuhi ketentuan hukum udara internasional selama misi penerbangan ini.

Sumber: militarywatchmagazine.com
Sumber: militarywatchmagazine.com
Berita yang disiarkan militer Rusia sangat ringan dan enteng dalam menyiarkan berita ini, tetapi informasi yang diungkapkan NATO sangat heboh sekali. Karena dalam misi penerbangan ini Tu-160 dikawal oleh Su-35, kemudian video yang dirilis militer Rusia Su-27 juga terdapat dalam formasi penerbangan ini.

Apa Tujuan Rusia Melakukan Penerbangan Formasi Pembom Strategis Tu-160 di Laut Baltik?

Putin pernah berujar: Memprotes ratusan kali tidak sebagus kepakan sayap pembom strategis. Lalu apa makna dari ayunan sayap Tu-160 kali ini? Kali ini harus dikatakan bahwa hal itu terkait dengan keadaan dasar dari seluruh situasi di Baltik saat ini.

Seperti yang kita ketahui NATO telah melakukan latihan militer dari skala yang berbeda di Laut Baltik dan Laut Hitam baru-baru ini, dan karakteristik dari latihan militer selama dua tahun ini, hampir terus menerus dilakukan tanpa jeda.  Pada saat yang sama latihan militer di Baltik selesai, dilanjutkan latihan militer di Laut Hitam.

Rusia ingin memulihkan lagi kontrol atas situasi di kawasan Baltik. Untuk mencapai tujuan ini harus mengadakan latihan militer dengan skala yang sesuai. Untuk tujuan ini Rusia melakukan penerbangan strategis, tidak hanya di atas udara Laut Baltik.  Kita ketahui sejak tahun 1996 Rusia terus berlanjut tanpa absen melakukan penerbangan strategis secara reguler dengan Tu-95, Tu-160 di Samudra Atlantik dan Samudra Pasifik. ( Tahun-tahun  lalu juga pernah mendarat di Biak, Papua : https://jakartagreater.com/video-bomber-tu-95ms-rusia-di-biak/  )


Tujuan dari misi penerbangan ini, Rusia ingin menunjukkan masih dapat mencapai status yang setara dengan AS di bidang militer.

Apa Tujuan Penerbangan dari Formasi Tu-160, Su-35, Su-27 dan Pesawat AWACS A-100  terbaru Rusia ini?


Tampaknya mereka pertama ingin menunjukkan "kecil tapi penuh (small but full)" dan yang kedua "kecil tapi kuat (small but strong)".

Jadi hanya dengan beberapa model pesawat sudah dapat memasukkan semua elemen serangan udara. Misalnya formasi "spike knife" terdiri dari Su-35, Su-27 dapat menghancurkan semuatpesawat tempur lawan dengan didukung dengan Tu-160 dan An-50 (An-100/A-100). Tu-160 pembom terbaik saat ini, merupakan jaminan yang sangat aman sebagai "palu godam berat" Rusia.

Formasi penerbangan ini jika dilengkapi dengan berbagai rudal jelajah, termasuk semua jenis senjata dan peralatan, dapat menimbulkan ancaman besar bagi negara-negara di sekitar rute penerbangannya, termasuk tempat-tempat penyimpanan senjata nuklir.

Dengan kemampuan serangan jarak jauh, senjata-senjata ini dapat sepenuhnya di-non-aktifkan (dilumpuhkan). Selain itu dengan dikomando dengan AWACS An-50 dan An-100, jika di udara sekitarnya telah secara berantai telah didata, maka dapat dengan cepat meneruskan informasi data ini ke setiap platform, yang berarti mereka dapat menguasai semua situasi. Fungsi pengintaian dan peringatan ini dapat diberikan dengan baik oleh pesawat peringatan dini (AWACS).

Sumber: deskopwallpaper4.me
Sumber: deskopwallpaper4.me
Yang lainnya adalah "kecil tapi kuat", kita dapat melihat model ini adalah pesawat terbaik di Rusia. Walaupun formasi ini tidak besar, tapi menunjukkan kemampuan superior. Jika ada ancaman serupa di sekitar Rusia untuk menekan Rusia, Rusia dapat sepenuhnya menyelesaikannya melalui "pisau bedah" ini.

Selain itu, melalui kemampuan kekuatan ofensif, semua pangkalan, alutsista yang mengancam Rusia dapat dihancurkan secara fatal, termasuk pangkalan dan alutsista yang ada di semua kota Eropa yang bersekutu dengan AS dan menyimpan senjata nuklir AS.

Keunggulan dan Kelemahan Rusia di Laut Baltik.

Menurut pandangan para pengamat militer, jika dilihat dari segi keunggulannya, pertama-tama, Rusia bagaimanapun merupakan negara Baltik tradisional, mereka masih mempertahankan eksistensi tertentu di Laut Baltik.

Kita semua mengetahui, Kaliningrad adalah "kantong" Rusia. Kehadiran dari Klainingrad tidak hanya sebagai tempat dimana Rusia terbentuk sebagai negara Baltik, juga merupakan platform dan sebagai "batu loncatan" yang sangat penting bagi Rusia untuk menekan NATO.

Segi kelemahannya, sejak runtuhnya Uni Soviet, NATO terus berkembang. Dalam kenyataannya, Rusia sekarang telah kehilangan sejumlah besar ruang untuk beraktivitas di Laut Baltik, termasuk ke arah Laut Hitam.

Jika diperhatikan di peta, pada dasarnya Laut Baltik hampir menjadi wilayah laut internal dari NATO. Jika Rusia akan menggunakan Kaliningrad sebagai posisi handalan, maka akan sangat kurang menjadi penting.

Sumber: nationalgeographic.org
Sumber: nationalgeographic.org
Pada saat yang sama, karena Kaliningrad dikelilingi oleh negara-negara NATO, tidak ada keraguan bahwa begitu perang pecah, Kaliningrad pertama-tama akan menanggung beban menjadi sasaran serangan terkonsentrasi NATO.

Rusia Melakukan Tindakan Proaktif

Tapi jika kita perhatikan kali ini Rusia mengambil inisiatif untuk "menyerang", yang memaksa pesawat tempur Finlandia, Denmark, dan Swedia mengundara melakukan intercep dan pendampingan selama penerbangan formasi pesawat pembom Rusia, tampaknya bisakah situasi yang demikian akan sering terjadi di masa yang akan datang?

Jika kita perhatikan tampaknya situasi di Laut Baltik dan Laut Hitam secara bertahap terus memanas, dan hal semacam ini akan menjadi norma. Kemungkinan negara-negara NATO akan lebih banyak melakukan latihan pendampingan sebagai tandingan.

Saat formasi pesawat pembom Tu-95 atau Tu-160 take-off atau mengudara, maka akan banyak pesawat-pesawat tempur NATO juga mengudara untuk melakukan penghadangan, pendampingan dan pengusiran.

Sebaliknya di waktu-waktu yang akan datang, bagi AU Rusia jika situasi seperti ini benar-benar dijadikan suatu operasi tempur di Laut Baltik, termasuk Laut Hitam. Pengamat memperkirakan besar kemungkinanan ini akan terjadi.

Maka akan terjadi: Karena setiap hari melakukan penerbangan di rute ini, jelas akan menjadi sangat akrab dengan situasi negara-negara sekitar sepanjang rute ini. Rusia akan sangat mengetahui jam berapa akan ada pesawat take-off landing, dan take-off dari pangkalan mana.

Maka jika benar-benar terjadi pertempuran antara NATO dan Rusia, maka Rusia sudah mengetahui pangkalan mana yang akan dihantam pertama. Juga pesawat-pesawat ini sudah tidak ada lagi isitilah kebetulan bertemu dengan pesawat pembom Rusia.

Jadi tindakan Rusia dengan menerbangkan formasi terbang di Laut Baltik, sebenar suatu peringatan Rusia kepada NATO bahwa mereka bisa melakukan berbagai operasi.

Selain itu kita dapat melihat pesawat Rusia setelah terbang keluar negaranya, hanya berbelok ke kiri sudah akan berada di garis belakang NATO. Pada kenyataannya, Rusia selain memiliki kapasitas secara forntal, juga masih memiliki kemampuan lain di garis belakangnya.

Pada kenyataannya, Rusia memiliki kapasitas positif dan masih ada kemampuan di garis belakangnya. Selain itu di Belgia, Belanda dan Jerman juga ada menyimpan hulu ledak nuklir.

Maka Rusia setelah keluar dari Laut Baltik berpeluang untuk menyerang dari dua arah, pertama menyerang secara frontal, kedua menyerang target melalui bagian yang paling dijaga sepanjang pantai dengan berbagai macam tindakan serangan.

Oleh karena itu latihan dengan tarik ulur semacam ini (Rusia) saat ini merupakan latihan praktis untuk kemampuan pasukan AU Rusia untuk menyerang Eropa. Pada saat yang sama, ini juga merupakan peringatan bagi negara-negara tetangga Rusia. Jika senjata nuklir digunakan atau dengan konsisten secara strategis akan melakukannya dengan AS, penerbangan formasi Rusia saat ini dapat mencakup semua negara.

Jadi intersepsi yang terjadi kali ini, yang disebut suatu "pertemuan" hanyalah sikap menahan diri dan konvergensi khusus.

Jika memang ada aksi pertempuran, maka pengekangan ini dapat sepenuhnya terlepas, menghasilkan kemampuan ofensif yang kuat dan kemampuan deterence di daerah sekitarnya.

Tetapi jika makin sering melakukan ini, semakin mudah untuk terjadi gesekan bersenjata. Rusia mungkin juga menciptakan situasi ini. Namun jika Rusia bergantung pada kekuatan pada negaranya sendiri, maka itu relatif pasif.

Namun jika berada dibawah tekanan strategis, hingga mencapai batasnya, ada kemungkinan bisa terjadi di luar kendali dan kontrol. Jika terjadi  keadaan di luar kendali, tak ada satu pihak pun di negara-negara sekitarnya yang akan bisa merasa nyaman.

Dalam hal ini Rusia memberi peringatan dalam bentuk ini, untuk menyatakan jika Rusia terus ditekan secara ekstrem, maka akan memicu berbagai operasi dalam skala besar.

"Api" itu tidak hanya akan membakar satu titik kecil saja, tetapi semua negara-negara Eropa akan menjadi target. Selain itu, jangkauan Tu-160 dan rudal jelajah Rusia dapat menjangkau ruang lingkup secara luas. Apabila terjadi perang nuklir, tidak satu inci tanah dari seluruh wilayah Eropa yang akan aman.

Manuver Rusia Di Laut

Di udara, "White Swan" Tu-160 Rusia menjelajahi wilayah udara Laut Baltik, dan kapal perang Rusia yang terbaru juga terus melakukan uji coba berbagai manuver.

Pada waktu setempat 14 Juli lalu, Pameran Pertahanan Maritim Rusia ke-9 ditutup di St. Petersburg, kapal perang baru Rusia frigat  "Laksamana Kasatonov" diresmikan dalam pameran ini, kapal baru ini baru saja menyelesaikan uji coba laut pada bulan April tahun ini.


Saat ini frigat "Admiral Kastonov" belum secara resmi terdaftar di AL Rusia adalah fregat generasi dari Project 22350, "Admiral/Lanksamana Gorshkov" kelas. Kapal ini dianggap sebagai "Master of the Sea" oleh para pemimpin militer Rusia.

Selain "Laksamana Gorshkov", dalam beberapa tahun ke depan, AL Rusia akan menerima tiga kapal lagi dari proyek 22350: Laksamana Kasatonov, Laksamana Golovko dan Laksamana Isakov. Fregat ini akan melengkapi armada Utara dan Pasifik. Selain itu, dua pesanan sudah diputuskan, tetapi belum dimulai. Saat ini Kasatonov sedang dalam proses pengujian di Laut Baltik yang akan diserahkan kepada AL Rusia pada akhir 2019.

Kapal perang seri ini, Fregat "Laksamana Gorshkov" diserahkan ke AL Rusia pada musim panas 2018, dua fregat dalam pembangunan dua fregat "Laksamana Golovko dan Laksamana Isakov) segera akan turun ke laut dari  Galangan Kapal Severnaya Verf di St. Petersburg .

Fregat "Laksamana Kasatonov" adalah yang kedua (dari seri yang diproduksi pertama) Proyek 22350 adalah kapal perang yang dibangun di Severnaya Verf Shipyard (bagian dari United Shipbuilding Corporation Rusia). Frigate canggih yang dimulai pada 26 November 2009 dan turun ke laut 12 Desember 2014. Kapal ini akan diserahkan ke AL Rusia tahun ini.

Fregat Project 22350 diharapkan menjadi kapal perang paling canggih AL Rusia di kelasnya. Dengan DWT 4.500 ton, berkecepatan 29-30 knot, dipersenjatai dengan rudal Oniks dan Kalibr dan sistem rudal pertahanan udara Poliment-Redut.

Dipersenjatai dengan senjata anti-kapal dan rudal jelajah serangan darat, frigat berplatform multi-guna yang dirancang untuk operasi perang anti-udara, anti-permukaan, dan anti-kapal selam. Secara alternatif kapal ini dapat membawa 3M-54 Kalibr, stand-off rudal jelajah anti-kapal supersonik, rudal anti-kapal supersonik P-800 Oniks over-the-horizon (di luar cakrawala), atau rudal jelajah hipersonik anti-kapal 3M22 Zircon. Dilaporkan dapat membawa 24 rudal daripada 16 rudal anti-kapal dari fregat sebelumnya.

Sumber: navyrecognition.com
Sumber: navyrecognition.com
Fragat "Laksamana Kastonov" dikatakan sebagai kapal perang tentara Rusia yang paling dibutuhkan.

Memang benar kapal tempur terbaik di era Rusia, meskipun tonasenya sangat moderat, tetapi tidak puluhan ribu ton seperti sebelumnya.

Tetapi kemampuannya sangat kuat. Alutsista AL pada umumnya melakukan satu atau dua hal seperti kapal perusak dan fregat saat ini. Tetapi Rusia telah membuatnya menjadi kemampuan tempur yang komprehensif, baik anti-kapal dan anti-kapal selam. Juga berkemampuan melakukan serangan darat berupa kontra-terorisme dan anti-rudal, dalam hal seluruh kapal perang, hampir semua elemen perang laut dimasukkan.

Rusia Berupaya Mengimbangi Kekuatan AS 

Dalam keadaan Rusia kini yang tidak memiliki banyak uang, status ekonominya tidak terlalu baik. Pengeluaran militer hanya 430 miliar USD, yang merupakan kesenjangan yang sangat besar dibandingkan dengan 750 miliar USD di AS.

Maka dalam situsi demikian Rusi berupaya dengan kemampuannya untuk membuat ototnya menjadi kuat.

Maka ide desainnya sangat jelas, tidak seperti pada ketika selama Perang Dingin, yang berlomba dalam rasio tonase. Sekarang Rusia lebih mengarahkan perlombaannya dengan meningkatkan teknisnya, dengan harapan jika mereka bisa melampaui teknis lawan (AS & Barat), mereka dapat menyakiti pihak lawan melalui titik terobosan teknis.

Ini tampaknya menjadi ide desain Rusia, maka di kemudian hari pengembangan asimetris seperti ini yang akan terus dikembangkan Rusia, baik itu untuk alutsista AU, AL, AD, termasuk semua senjata dan perlatan lainnya, akan menjadi pelihan dasar Rusia. Demikian menurut pengamatan para analis.

Selama pameran pertahanan, panglima Angkatan Laut Rusia mengungkapkan kepada media bahwa Rusia akan berencana untuk membangun kapal induk bertenaga nuklir baru setelah peningkatan satu-satunya kapal induk aktif di Rusia, Kuznetsov.

Setelah hancurnya Uni Soviet, tidak ada kapal seberat 10.000 ton yang dibangun Rusia, ini mencerminkan kesulitan dalam pembangunan kapal saat ini.

Dari masa jabatan kedua Putin, dia mengeluarkan rencana untuk membangun kapal induk, dan ketika Medvedev menjabat sebagai presiden selama masa itu. Satu rencana pada saat itu adalah bahwa pada tahun 2020 akan merealisasi membangun tiga gugus kapal induk di Rusia.

Tapi kita semua mengetahui, kapal induk baru masih dalam gambar. Harus dikatakan bahwa Rusia selalu ingin mengembalikan mimpi "Blue Water Navy" di era Soviet.

Melihat hal ini dalam waktu yang singkat masih sulit, itulah sebabnya mereka termasuk Fregat "Laksamana Kastonov" , kapal ini didesain meskipun hanya empat atau lima ribu ton, telah mengubahnya menjadi kapal permukaan multi-guna.

Dalam beberapa tahun terakhir, Rusia telah berperang di Suriah. Kita mengetahui di Laut Kaspia, peluncuran rudal " Kalibr " Rusia adalah dengan menggunakan frigat ringan ini. Ini dilakukan untuk mencapai tujuan AL Rusia selama belum mampu sebagai "Blue Water Navy".

Maka berusaha untuk menemukan solusi ini, untuk melakukan operasi multi-guna di perairan dangkal, kapal permukaannya juga bisa progresif mencapai tujuan tertentu yang ingin dicapai.

Peragaan Alutsista Rusia Sebagai Medan Perang

Rusia umumnya menganggap Lapangan Merah sebagai medan perang, dan parade militer juga merupakan kesempatan penting untuk deterence terhadap Barat.

Laut Baltik tidak terlalu luas  dspst dikstakan seperti kolam genangan air. Jika begitu banyak kapal perang Rusia mengerahkan begitu banyak senjata dan peralatan baru, maka negara-negara tetangga berada dalam ruang lingkup serangan. Dalam kenyataannya itu seperti mengambar lingkaran pada Barat, berada dalam radius jangkauan dari armada lautnya.

Jika armada ini  memasukkan rudal konvensional didalamnya, dan mengganti rudal dengan hulu ledak nuklir, maka akan mengancam negara-negara yang ada dalam rdius jangkauannya.

Karena itu, lapis demi lapis lingkaran ini digambarkan oleh Rusia, sebenarnya ini merupakan peringatan serius bagi negara-negara Barat. Parade militer Rusia selalu berlatar belakang rangkuman dari pengumpulan data dari medan perang yang sesungguhnya.

Misalnya saat melakukan parade yang melibatkan kapal perang dan pasukan, maka mereka datang dari berbagai arah untuk berpartisipasi dari wilayah Rusia sendiri, dan kapal dan pasukan berasal dari Samudra Atlantik, Samudra Artik atau arah lainnya, datang untuk berpartisipasi. Jarak ini sangat panjang dan beberapa harus menempuh perjalanan/pelayaran satu bulan bahkan beberapa bulan, sepanjang perjalanan/pelayaran ini akan menjadi pelatihan dan pengumpulan data.

Dari Samudra Atlantik menuju Laut Baltik mereka harus melewati begitu banyak negara-negara NATO, jika dalam hal ini melakukan manuver anti-udara, anti-kapal selam, termasuk berbagai latihan terhadap serangan darat, maka kesempatan ini akan menjadi kesempatan yang tidak mudah didapatkan.

Dalam hal ini Rusia dapat menyatakan ini event perayaan dan parade militer, bukan latihan militer. Sehingga negara-negara Barat sekitarnya akan susah memprotesnya, dan harus melakukan penyesuaian atas manuver dan penyebaran ini.

Suara-suara protes semakin hari semakin lemah, dan Rusia menyadari dengan tampilan perade militer dan armada begini dapat berfungsi sebagai pelatihan militer pengumpulan data sepanjang jalan.

Hubungan Rusia-Barat Terus Menurun

Dalam beberapa tahun ini, hubungan negara-negara Barat dengan Rusia terus menurun, akhir-akhir ini kedua pihak dari perang kata-kata kini berkembang ke bidang militer (dengan latihan militer).

Menurut pengamat luar ini mengakibat adanya dua bahaya. Latihan militer intensif dan saling mempertontonkan "otot-ototnya" , jika hal semacam ini dilakukan dengan saling berdekatan, sangat dikhawatirkan akan terjadi insiden saling menembak tanpa sengaja dan memicu saling menembak. Begitu ada tembakan, dan kedua pihak tidak mampu saling mengontrol, bisa saja bahaya menjadi konflik skala besar.

Bahaya lain apakah putaran baru perlombaan senjata di seluruh wilayah ini sudah mulai, ini betul-betul memprihatinkan bagi perdamaian dunia dan sangat mengkahwatirkan....

Sumber: Media TV dan Tulisan Dalam Negeri dan Luar Negeri 

1  2  3  4  5  6 7 8 9 10 11 12 13  14 15 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun