Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kegamangan AS dalam Perang Suriah

9 Mei 2018   12:21 Diperbarui: 9 Mei 2018   12:41 1108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa ahli telah menunjukkan bahwa untuk mendukung militan oposisi di Suriah dalam perjuangan mereka melawan militer Suriah, AS dan sekutu regional Timur Tengah lainnya telah memberi mereka dukungan militer, namun sebagian besar senjata yang mereka sediakan telah berakhir di tangan kelompok ekstrimis. Kelompok-kelompok ekstremis termasuk "ISIS" yang muncul di Suriah dan kawasan lain di Timur Tengah yang secara langsung terkait dengan kebijakan pemerintah AS.

AS dan Barat sebenarnya adalah korban dari perbuatan mereka sendiri. Kita telah dapat melihat bahwa alasan terorisme bisa merajalela di Timur Tengah dan alasan "ISIS" dapat mengamuk selama bertahun-tahun jelas sebagian besar merupakan tanggung jawab AS.

Mangapa AS yang harus bertanggung jawab? Karena AS telah merusak keseimbangan awal dengan menggulingkan pemerintahan Saddam Hussein yang berkuasa --- pemerintahan Hussein di Irak memiliki kontrol yang sangat ketat atas situasi ini. Analis mengatakan bahwa kita dapat berhipotesis bahwa jika tidak ada perang untuk menggulingkan Hussein pada tahun 2003, "ISIS" kemungkinannya tidak akan pernah ada.

Karena pada tahun-tahun belakangan pemerintahan George Bush, dari 2006 hingga 2007, sekitar saat itu, situasi di Irak cukup bagus. Pendahulu dari "ISIS" adalah Al Qaeda di Irak, yang berada disana sebagai pijakan terakhir mereka.

Jika Bush menggulingkan pemerintahan Hussein pada tahun 2003 adalah sebuah kesalahan, maka kesalahan kedua adalah bagaimana Obama menarik pasukan keluar dari Irak tanpa memikirkan konsekuensinya setelah dia menjabat. Kesalahan Bush menyebabkan kekacauan di Irak, dan menyebabkan ketidak-stabilan di kawasan tersebut. Kesalahan Obama secara langsung mengarah pada penciptaan "ISIS."

"ISIS" yang tiba-tiba bangkit mengubah perang di Suriah ke arah kontraterorisme.

Atas dasar latar belakang situasi semacam ini, metode pemerintahan Obama mencoba mengendalikan situasi dari luar daerah jelas tidak tepat untuk saat itu. Karena dalam situasi demikian AS perlu campur tangan lebih dalam dalam masalah Suriah, konsekuensi langsungnya adalah bahwa ketika perang melawan teror memasuki fase terakhirnya, pihak-pihak yang terlibat telah menanamkan investasi besar ke kawasan tersebut dan Suriah menjadi ajang uji coba bagi intrik antara berbagai kekuatan.

Samuel Huntington dalam karyanya "The Clash of Civilizations and the Remaking of the World Order," dia membagi "konflik garis patahan" antara peradaban menjadi tiga tingkatan: pihak-pihak yang sesungguhnya terlibat dalam pertempuran dan saling membunuh, negara-negara yang terkait langsung dengan mereka yang terlibat dalam perang, dan negara-negara inti tingkat atas. Jika negara-negara inti tingkat atas tidak ingin mengakhiri perang, konflik akan terus berlanjut.

Pada kenyataannya, krisis Suriah pada dasarnya sesuai dengan teori ini: jika peserta dibagi menjadi tiga tingkatan, kelompok "ISIS" yang gagal akan menjadi tingkat terendah, satu pihak yang terlibat dalam pertempuran dan pembunuhan, yang juga akan mencakup pemerintah Suriah, Hizbullah di Lebanon, militan oposisi, kelompok teroris Front Al-Nusra dan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin oleh militan Kurdi.

Tingkat di atas faksi di lapangan sangat berkaitan dengan negara-negara tetangga yang mencakup Iran, Turki, Israel, Arab Saudi, dan negara-negara Timur Tengah lainnya. Dari jumlah tersebut, sebagian besar pihak yang berafiliasi yang langsung berpartisipasi dalam gejolak di Suriah dan berpengaruh atas  perkembangan situasi.

Namun, meskipun memiliki pengaruh yang cukup besar pada situasi Suriah, pihak-pihak tetangga yang berkepentingan yang relevan ini tidak dapat mengendalikan arah akhir Suriah, karena di tingkat atas masih ada permainan intrik antara dua kekuatan global Rusia dan AS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun