Yang kedua, perlu secara politis memperkuat legalitas pemerintahan al-Assad, karena mereka yakin pemerintahan al-Assad dipilih oleh rakyat, dan juga merupakan kekuatan yang teguh dalam perang internasional melawan teror.
Semua dari dukungan ini menunjukkan legalitas pemerintahan al-Assad. Saat ini, ada informasi yang mengatakan bahwa Rusia mengundang dua negara Asia Tengah untuk ambil bagian dalam operasi penjaga perdamaian di zona de-eskalasi konflik seperti yang telah disebutkan diatas. Ini juga memberi sinyal kepada masyarakat internasional bahwa pemerintahan al-Assad memiliki empati dan lebih banyak mendapat dukungan dari negara-negara.
Menurut sebuah laporan "Rusia Today", pada 23 Agustus, Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoguy mengatakan saat bertemu dengan Menteri Pertahanan Nasional Laban Yaacoub Sarraf di Moskow bahwa setelah pasukan oposisi Suriah yang moderat dan militer Suriah menerapkan gencatan senjata di zona de-eskalasi, perang saudara di Suriah praktis benar-benar berhenti.
Pada awal Mei tahun ini, perwakilan dari Rusia, Turki, dan Iran menandatangani sebuah memorandum yang menetapkan zona de-eskalasi di barat laut Provinsi Idlib, di sentral Suriah--Homs dan pinggiran kota Damaskus, serta Suriah selatan. Tindakan ini tampaknya menyebabkan Perang Syria beralih dari perang sipil ke perang komprehensif melawan teror.
Dibayangi Perang Yang Lebih Besar
Rusia mengatakan bahwa perang telah berhenti. Pada kenyataannya, gambaran perang yang lebih besar telah ditentukan. Jika ada orang yang memikirkan gagasan lain, dan ingin mengubah kekalahan menjadi kemenangan, itu tidak mungkin. Ini bukan untuk mengatakan bahwa semua pertempuran telah berhenti.
Pertarungan akan terus berlanjut, namun Rusia percaya bahwa tujuan utamanya telah tercapai - pemerintah Suriah telah diselamatkan, dan Rusia dan Iran telah membentuk aliansi yang gigih. Mereka telah mencapai tujuan strategis mereka, dan ini tidak dapat disangkal. AS telah mengakui hal ini, dan karena itulah, dapat dikatakan bahwa perang telah usai.
Dimulai pada tahun 2011, dengan dukungan dari Barat, oposisi Suriah memulai sebuah perang yang bertujuan menggulingkan pemerintahan Bashar al-Assad. Namun hingga hari ini setelah enam tahun bertempur, pemerintahan al-Assad belum juga jatuh.
Banyak yang mempertanyakan, dengan pergantian presiden AS, apakah tujuan strategis awal di Suriah masih dapat dicapai? Â Tanpa kesepakatan AS, bisakah Perang Suriah benar-benar berakhir?
Apakah al-Assad akan lengser selalu menjadi salah satu topik utama dari semua pihak yang berkontes  dalam krisis Suriah. Tapi baru-baru ini, sebuah laporan Associated Press sangat menarik perhatian untuk dipikirkan. Laporan tersebut mengutip mantan Duta Besar AS untuk Suriah, Robert Ford, mengatakan, "Semua orang, termasuk Amerika Serikat, mengakui bahwa Bashar al-Assad akan tetap berkuasa."
Analis politik Suriah percaya bahwa karena perbedaan kekuasaan dan wilayah antara militer Suriah dan oposisi terus berkembang melebar, AS harus menerima kenyataan bahwa pemerintah Suriah tidak akan kehilangan kekuasaan.