Pembalikan nasib al-Assad dimulai setelah intervensi militer Rusia. Pada tahun 2015, setelah Rusia melakukan intervensi dalam situasi Suriah, Rusia terus mengirim pesawat tempur, menggunakan sistem rudal pertahanan udara canggih, dan memobilisasi sebuah gugus tugas kapal induk di Laut Mediterania untuk membantu pemerintahan al-Assad melawan pasukan oposisi Suriah dan "ISIS," membantu militer Suriah terus memulihkan wilayah yang diduduki lawan, dan meningkatkan suara dan pengaruh pemerintah al-Assad di Timur Tengah.
Belum lama ini, Kepala Direktorat Operasi Utama Staf Umum Rusia Sergei Rudskoy mengatakan bahwa menurut statistik, sebelum operasi militer Rusia di Suriah, wilayah yang dikuasai militer Suriah hanya tidak lebih dari 19.000 kilometer persegi. Saat ini jumlahnya hampir empat kali lipat, kira-kira 74.200 kilometer persegi.
Dari semua negara Timur Tengah, Suriah adalah satu-satunya negara di mana Rusia masih mempertahankan kehadiran militernya. Juga, pemerintahan al-Assad sangat bergantung pada Rusia. Dengan kata lain, Rusia ini dianggap sebagai andalan utamanya.
Saat ini, kehadiran militernya Rusia di Suriah telah dijadikan secara permanen. Tujuan di balik ini sangat jelas. Tampaknya hal ini telah dicapai kesepakatan dengan pemerintahan al-Assad untuk kehadiran militernya secara jangka panjang. Selama ini kehadiran militer jangka panjang telah meningkatkan kepercayaan dari pemerintahan al-Assad. Rusia tidak akan melepaskan titik poros geostrategis yang sama pentingnya dengan Suriah.
Dalam mendukung operasi militer Suriah untuk memecahkan blokade Dier ez-Zor, frekuensi serangan dengan pesawat tempur Angkatan Udara Rusia meningkat menjadi 60-70 kali per hari dan mereka memulai dengan mode pengingtaian 24 jam. Sejak Agustus, Angkatan Udara Rusia telah menyelesaikan total 990 penerbangan tempur, dan melakukan 2.518 serangan ke markas pasukan ekstrimis, gudang senjata, dan kamp latihan ekstrimis. Mereka telah menghancurkan 40 kendaraan lapis baja, 106 pickup taktis dan lebih dari 800 militan.
Hal ini dilakukan Rusia untuk kepentingannya. Deir ez-Zorm yang memiliki simbolisme tersendiri, dan Aleppo juga memiliki simbolismenya sendiri. Keduanya sangat penting di Suriah utara. Dengan perlindungan yang berkoordinasi dengan Rusia, militer Suriah menyelamatkan dua kota besar ini. Ini berarti misi Rusia telah tercapai.
Sedangkan untuk sabuk pengaman padang pasir di Suriah tenggara, dan kawasan tribal, Rusia tidak tertarik untuk kawasan ini. Dan seperti sabuk pengaman pantai yaitu sabuk dari pantai timur Suriah seperti daerah Tartus, misalnya, sudah dikuasai dengan kuat dalam genggaman Rusia. Kehadiran Rusia di Suriah setidaknya telah meningkat sepuluh kali lipat dari sebelum perang. Dan Rusia senang melakukan ini. Jika ada pihak yang memprovokasi Rusia dan mengatakan bahwa mereka harus menduduki semua wilayah Suriah, Rusia pasti tidak akan melakukan sesuatu kebodohan itu.
Ketika militer Suriah telah menguasai kota-kota penting Aleppo dan Al-Sukhnah di Suriah utara, dan menerobos blokade pada Deir ez-Zor, berita tentang keberhasilan militer dalam memberantas "ISIS" juga sering terdengar di sejumlah besar wilayah yang sudah dibebaskan.
Mantan Dubes AS untuk Suriah Robert Ford percaya bahwa militer Suriah akan terus berinisiatif di medan perang, dan mencapai masa yang  paling kuat dalam enam tahun ini.
AS Juga Berrebut Pengaruh
Namun, AS, yang juga ikut berkompetisi dalam Perang Suriah, bisa dikatakan sangat khawatir baik di dalam maupun di luar.