Ketika mereka tiba di tempat tujuan mereka, semua orang terkejut dengan apa yang mereka lihat. Ternyata tempat ini  adalah gurun tandus tanpa terlihat batasnya, dan angin yang berembus disertai pasir dan debu. Kondisinya sangat parah sekali.
Ini foto kantor disain dan ruang gambar serta asrama awal Departemen Keempat Kementrian Pembangunan Mesin Ketujuh.
Tapi di tempat inilah menandai dimulainya program berteknologi tinggi dalam mengejar teknologi maju dunia. Dibandingkan dengan lingkungan yang tidak bersahabat, tantangan yang harus dihadapi para disainer dengan  jarak teknologi yang harus dikejar sangat jauh.
Rudal DF 1 dan 2 yang telah berhasil diluncurkan sebelumnya dengan mengadopsi mesin berbahan bakar (propellant) cair. Dimensi ukurannya besar dan persiapan untuk meluncurkannya lebih lama memakan waktu, jadi tidak cocok untuk di kapal selam.
Tidak hanya di Tiongkok, tapi juga di AS, Eropa dan bekas Uni Soviet, saat melakukan penelitian SBLM dilakukan dengan sangat rahasia. Laporan berita dan rahasia serta bocoran teknologi ke dunia luar tidak pernah atau jarang terjadi.
Dunia luar hanya tahunya bahwa teknologi yang digunakan di SLBM AS berbeda dengan mesin bahan bakar cair---dengan menggunakan bahan bakar padat (propellant solid).
Namun pada saat itu teknologi rudal dengan bahan bakar padat di Tiongkok sama sekali tidak ada datanya dan pengalaman juga sama sekali tidak ada, bahkan tidak memungkinkan untuk mendapatkan dari negara luar.
Rudal propellen padat biasanya berukuran kecil dan fleksibel. Hal ini memungkinkan pemasangan di kapal dan kendaraan. Selain itu, dalam medan pertempuran, rudal ini lebih bisa  bereaksi dengan cepat, prosedur peluncurannya lebih sederhana, dan waktu untuk meluncurkannya dapat dipersingkat--pada dasarnya dibutuhkan 15 menit sudah bisa mengudara.
Tapi semburan api dari di lubang keluaran gas  (orifice) mesin jet propellen padat suhunya bisa mencapai lebih dari 3000OC, dan pembakarannya bisa menghasilkan partikel padat. Maka pilihan bahan material jet orifice menjadi tantangan yang harus dicari oleh para peneliti ini.
Bagaimana para peneliti mengatasi masalah ini?