Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Lahirnya Rudal Balistik Kapal Selam SLBM JL-1

11 Agustus 2017   11:09 Diperbarui: 11 Agustus 2017   11:20 1771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://www.globalsecurity.org


SLBM atau Submarine-Launched Ballistic Missile, adalah Rudal Balistik yang diluncurkan dari kapal selam, JL-1 singkatan dari Julang () yang berarti Ombak Besar atau Badai Laut.

SLBM adalah rudal yang diluncurkan di bawah air dari kapal selam untuk mencapai target darat.

Pada awal tahun 1960, AS telah berhasil meluncurkan SLBM yang dinamai "SLBM Polaris" yang menjdikan kelahiran SLBM petama di dunia.

Kombinasi antara SLBM dan kapal selam tenaga nuklir telah menaikan kemampuan menyerang yang kedua dengan nuklir. 

Dengan pengertian jika musuh bisa menyerang menghancurkan segalanya pada serangan pertama, maka negara pemilik SLBM dan Kapal selam masih bisa melancarkan pembalasan nuklir kedua. Jadi memiliki kemampuan serangan nuklir kedua. Dalam startegi militer ini luar biasa.  

SLBM memberikan keistimewaan yang unik, dalam meningkatkan kemampuan strategisnya. Itulah sebabnya megapa AS berupaya memiliki SLBM untuk salah satu dari tiga alat pencegahan/deterrence strategis tersebut. SLBM sangat penting untuk meningkatkan kemampuan pertahanan nasional dan dukungan strategis.

Seperti diketahui Tiongkok pada tahun 1960an telah berhasil mengembangkan bom atom dan rudal Dongfeng (DF1 dan 2). Sehingga bisa mengimbangi kekuatan utama seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet, Namun Tiongkok saat itu  masih belum mampu melakukan "serangan nuklir kedua". (baca: Kisah Lahirnya Rudal DF-1 Tiongkok )

Saat itu Tiongkok menganggap sangat penting untuk mengembangkan rudal strategis yang dapat diluncurkan dari kapal selam dengan rudal bahan bahar padat.

Kisahnya bermula ketika pada  tahun 1967, sebuah kereta biasa terlihat bergerak menuju padang rumput yang luas di Tiongkok. Di kereta tersebut adalah para periset dari Institut Keempat Kementerian Mesin Ketujuh di bawah perintah dari pemerintah pusat (Beijing Tiongkok). Dan ini menandai dimulainya penelitian SLBM JL-1 Tiongkok.

Sumber: Grab from CCTV China
Sumber: Grab from CCTV China
Pada awalnya rombongan pertama yang terdiri dari ratusan anak muda, diantaranya bahkan baru lulus unversitas berkumpul disini sebagai tenaga segar baru.

Ketika mereka tiba di tempat tujuan mereka, semua orang terkejut dengan apa yang mereka lihat. Ternyata tempat ini  adalah gurun tandus tanpa terlihat batasnya, dan angin yang berembus disertai pasir dan debu. Kondisinya sangat parah sekali.

Ini foto kantor disain dan ruang gambar serta asrama awal Departemen Keempat Kementrian Pembangunan Mesin Ketujuh.

Sumber: Grabed from CCTV China
Sumber: Grabed from CCTV China
Pang Yukuan mantan Direktur Departemen Ilmu Pengetahuan dan Teknologi menuturkan: Pada dasarnya, bisa dibayangkan seberapa besar ruangan itu. Kami tidak memiliki perabotan, tidak ada ranjang tempat tidur. Sama sekali tidak ada gedung perkantoran. Kami menggambar cetak biru di tempat tidur. Sering ada badai pasir yang kuat di musim semi. Saat kami bangun berdiri, tercetak tapak pasir pantat kami tertinggal.

Tapi di tempat inilah menandai dimulainya program berteknologi tinggi dalam mengejar teknologi maju dunia. Dibandingkan dengan lingkungan yang tidak bersahabat, tantangan yang harus dihadapi para disainer dengan  jarak teknologi yang harus dikejar sangat jauh.

Rudal DF 1 dan 2 yang telah berhasil diluncurkan sebelumnya dengan mengadopsi mesin berbahan bakar (propellant) cair. Dimensi ukurannya besar dan persiapan untuk meluncurkannya lebih lama memakan waktu, jadi tidak cocok untuk di kapal selam.

Tidak hanya di Tiongkok, tapi juga di AS, Eropa dan bekas Uni Soviet, saat melakukan penelitian SBLM dilakukan dengan sangat rahasia. Laporan berita dan rahasia serta bocoran teknologi ke dunia luar tidak pernah atau jarang terjadi.

Dunia luar hanya tahunya bahwa teknologi yang digunakan di SLBM AS berbeda dengan mesin bahan bakar cair---dengan menggunakan bahan bakar padat (propellant solid).

Namun pada saat itu teknologi rudal dengan bahan bakar padat di Tiongkok sama sekali tidak ada datanya dan pengalaman juga sama sekali tidak ada, bahkan tidak memungkinkan untuk mendapatkan dari negara luar.

Rudal propellen padat biasanya berukuran kecil dan fleksibel. Hal ini memungkinkan pemasangan di kapal dan kendaraan. Selain itu, dalam medan pertempuran, rudal ini lebih bisa  bereaksi dengan cepat, prosedur peluncurannya lebih sederhana, dan waktu untuk meluncurkannya dapat dipersingkat--pada dasarnya dibutuhkan 15 menit sudah bisa mengudara.

Tapi semburan api dari di lubang keluaran gas  (orifice) mesin jet propellen padat suhunya bisa mencapai lebih dari 3000OC, dan pembakarannya bisa menghasilkan partikel padat. Maka pilihan bahan material jet orifice menjadi tantangan yang harus dicari oleh para peneliti ini.

Bagaimana para peneliti mengatasi masalah ini?

Dari semua logam yang dikenal, jenis metal yang tahan api terbaik adalah logam Tungsten. Namun, titik leleh Tungsten hampir tidak dapat menandingi suhu panas lubang jet. Lubang yang terbuat dari satu jenis bahan logam tidak diragukan lagi sangat tidak aman.

 

Dengan upaya para peneliti yang terus menerus, akhirnya material campuran logam yang komplek yang dapat menahan panas suhu tinggi diatas 3000OC akhir dapat dikembangkan dan berhasil dibuatnya.

Solusi untuk teknologi casing mesin akhirnya memungkinkan mesin propellen padat bisa memasuki fase uji coba.

Sumber: Grabed from CCTV China
Sumber: Grabed from CCTV China
Bench ini adalah yang pertama kali dibuat. Kemudian bench ini dinamakan oleh para peneliti sebagai meritorious test bench.

Bangunan beton yang  berlapis baja telah dipakai untuk menguji mesin propellen padat pada tahun-tahun itu. Karena sering kali proses penelitian dan pengembangan mesin propelen padat penuh dengan bahaya yang sangat tidak terkontrol.

Sumber: CCTV China
Sumber: CCTV China
Ini adalah tantangan dan tuntutan universal. Untuk menjamin keamanan semua orang, untuk setiap tes, setiap orang harus dievakuasi dari daerah tersebut, dan pusat kendali bahkan didirikan beberapa kilometer jauhnya dari pemukiman.

Seperti yang masih di-ingat Shao Aimin mantan wakil kepala insiyur dari Biro Mesin Ketujuh menuturkan: lebih dari satu kali kecelakaan terjadi pada tahun-tahun itu, membuat semua peserta masih bisa mengingatnya sangat mendalam.

Sesaat setelah dilakuan pengapian nyala api langsung keluar dari pusat sekering dalam hitungan detik. Dan seluruh tempat itu terbakar. Anak-anak yang tinggal di asrama pada berdiri di pinggiran menyaksikan api yang yang menyala besar sekali. Shao Aimin menuruturkan: Gadis kecilnya bertanya kepada ibunya (istri Aimin) : "Apakah ayah bisa pulang hari ini?"

Kini, kita masih bisa melihat besi-besi di permukaan dinding yang dilelehkan oleh suhu tinggi di dinding test bench. Tampaknya kita menceritakan cerita yang sangat mendebarkan pada hari-hari itu. Cerita Shao Aimin.

Pada bulan Januari 1970, pemerintah pusat memutuskan untuk memindahkan penelitian mesin dan pengembangan propellan padat yang tadinya di Mongolia Dalam, dan keseluruhan perancangan pindah ke Beijing.

Kantor para perancang dan penggambar angkatan pertama, sebenarnya mengubah ruang kantin yang lama untuk ruang kerja. Meskipun kondisinya sangat terbatas, tapi lingkungannya lebih baik dibandingkan ketika di Mongolia Dalam.

Saat itu, sudah lebih dari lima tahun sejak JL-1 diwacanakan dan diusulkan, tapi skema keseluruhan masih belum juga terselesaikan. Semetara itu, seluruh disainer bertanya-tanya apa yang harus mereka lakukan, pada saat demikian tim muda ini menyambut baik pemimpin baru yang berpengalaman---Huang Weilu

Huang Weilu (Sumber: Chinanews .com)
Huang Weilu (Sumber: Chinanews .com)
Huang Weilu lulus dari Universitas London di Inggris pada tahun-tahun awal Perang Dunia II, dia yang belajar di Inggris, melihat tembakan rudal V-1 Jerman ke London, menyaksikan kekuatan rudal yang luar biasa ini.

Huang menuturkan: "Saat itu, saya kitika melihat (rudal-rudal itu), saya berpikir jika negara kita (Tiongkok) memiliki rudal-rudal seperti itu, negara kita tidak akan dipukuli dengan sangat menyedihkan."

Sejak saat itu, pemuda tersebut, Huang Weilu, telah menanam benih ambisi untuk mengembangkan rudal dalam lubuk hatinya.

Pada tahun ke-10 setelah kembali ke Tiongkok setelah lulus, Huang Weilu mengabdikan dirinya untuk penelitian dan pengembangan rudal untuk Tiongkok dalam seri Dongfeng dan bom atom.

Pada tahun 1970, negara yang terlihat sudah kebingungan memberi perintah pada Huang Weilu untuk dipindahkan ke posisi tersebut dalam keseluruhan proyek penelitian dan pengembangan "JL-1"

Huang Weilu menuturkan: Ketika saya bertemu dengan rekan-rekan saya pada hari pertama, saya mengatakan kepada mereka bahwa saya datang ke sini sebagai siswa. Saya tidak tahu apa-apa tentang masalah ini. Jika ada yang perlu ditanyakan, saya akan bertanya kepada Anda, dan saya harap Anda bisa menjelaskannya kepada saya dari ABC.

Dari disain hingga mencapai prestasi, AS membutuhkan tujuh tahun, membuat sejumlah besar rudal tiruan (mock up) dan  penelitian menghabiskan dana setinggi 2,75 miliar USD untuk mengembangkan rudal SBLM Polaris pertama.

Dengan pendanaan angka yang begitu selangit yang menanjubkan itu, bagi Tiongkok hal itu sungguh luar biasa diluar kemampuannya.

Huang Weilu sangat menyadari bahwa dia harus mulai dari nol. Maka dia pertama kali berfokus pada bagaimanan memperlancar penelitian dan pengembangan (R&D) sebanyak mungkin mengingat rendahkan kekuatan nasional.

Dalam proses R&D, dengan timnya, Huang Weilu dengan berani mengemukakan tiga langkah penelitian dan pengembangan untuk mencapai  peluncuran : "bench, barrel dan submarine" : Langkah pertama adalah melakukan percobaan di sebuah bench peluncur. Untuk peluncurannya, Tiongkok telah memiliki pengalaman matang dari DF-1 dan DF-2.

Setelah peluncuran yang sukses, langkah kedua adalah memuat rudal ke barrel/tabung peluncur, dan meluncurkan rudal tersebut dengan barrel peluncur di darat hingga ke mock up  peluncuran bawah laut. Dan pada langkah ketiga rudal diluncurkan dari kapal selam.

R&D dengan pendekatan "Bench, Barrel, and the Submarine," ini belum pernah terjadi sebelumnya di dunia. Prosedur ini sangat disederhanakan di fasilitas percobaan, dan untuk menghemat dana penelitian hampir ratusan juta yuan serta menghemat banyak waktu juga, menciptakan pendekatan penelitian dan pengembangan SLBM dengan karakteristik Tiongkok.

Huang mengatakan : Ini adalah pendekatan teknologi. Kita hanya bisa mengatakan bahwa apa yang kita lakukan disesuaikan dengan situasi di negara kita.

Sumber;CCTV China
Sumber;CCTV China
Karena rudal "JL-1" perlu dipasang di kapal selam, ukurannya harus jauh lebih kecil daripada DF-2. Jadi, semuanya perlu dikemas dalam tubuh kecil. Dan ukuran kecil ini benar-benar menjadi tantangan teknologi bagi mereka karena belum pernah terjadi sebelumnya.

Itu berarti dari dimensi tubuh rudal hingga komponen-komponen komputernya harus disusutkan secara dramatis. Tapi mengingat keadaan Tiongkok pada masa itu, hal ini sangat tidak mudah.

Untuk R&D "JL-1" pemerintah pusat menurunkan perintah semua unit di seluruh negeri untuk menunjang program ini, sehingga banyak lembaga penelitian dan unit manufaktur dalam negeri Tiongkok bergirah untuk melakukan miniaturisasi sendiri. Dan ini menandai "Kampanye Besar Miniaturisasi Nasional." (Grand Campaign of Miniatruization.). Dalam kampanye ini telah terlibat hampir 1,000 organisasi terkait di seluruh negeri Tiongkok.

Dalam hal ini pemerintah pusat mengambil kendali penuh. Itu merupakan ramgkaian sirkuit terpadu. Dan Tiongkok telah menghabiskan banyak dana untuk itu. Kampanye ini telah mendorong negara Tiongkok untuk miniaturisasi komponen hingga ke bahan materialnya.

Dengan mencari solusi untuk miniaturisasi dan memperkecil ukuran rudal, desain "JL-1" terus dipercepat. Sementara perangcangan terus berjalan maju, tantangan baru terus dilontarkan kepada semua orang yang terlibat dalam desain untuk eksprimen mock-up skala penuh. Dan ini merupakan bagian penting dalam Litbang (R&D) rudal yang tidak boleh tidak harus dilewati.

Mock-up rudal benar-benar identik dengan rudal dalam hal penampilan, ukuran, berat, kecuali tidak dilengkapi dengan mesin dan sistem-sistem fungsionalnya.

Saat AS melakukan R&D SLBM "Polaris" mereka membangun bench peluncuran di dasar laut di pantai laut untuk eksprimen skala penuh mock-up rudal.

Tapi berhubung keterbatasan teknologi di Tiongkok, hal serupa tidak bisa dilakukan di Tiongkok.  Lalu apa yang dilakukan di Tiongkok?

Pada saat ini, sebuah gagasan berani muncul. Karena tidak mungkin mendirikan barrel peluncuran di bawah air, maka Tiongkok cukup meluncurkan rudal mock-up skala penuh dengan kapal selam reguler.

Gagasan ini membuat banyak peneliti dan pihak yang berhubungan menjadi sangat khawatir dengan keamananan. Karena mock-up ini bobotnya 10 ton, dan masih dalam uji coba. Jika terjadi kesalahan dan jatuh kembali ke air, dan menimpah kapal selam akibatnya akan sangat mengerikan.

Wang Wenchao, mantan kepala disainer JL-1 menuturkan: Bom air ini sendiri terbuat dari baja. Tapi jika jatuh lebih  30 meter dari udara, terutama secara horisontal, benda itu akan seperti penyelam yang jatuh di air secara horisontal, akibatnya akan sangat serius, karena dampak yang bisa dialaminya akan sangat luar biasa, itu akan sulit untuk dilakukan. Jika itu terjadi akan menghancurkan yang tertimpa, akibatnya sangat sulit dibayangkan dan tidak bisa dijamin.

Meskipun peluangnya kecil dan sangat berbahaya, jika terus dibiarkan dicoba resikonya sangat tinggi, hal ini tidak boleh terjadi. Tapi ketika para peneliti sedang pusing tujuh keliling, sebuah idee sederhana timbul.

Beratnya lebih dari 10 ton,  tapi di tempurung rudal, lebih dari setengah beratnya terisi air. Dengan cara ini, setelah diluncurkan dari kapal selam di bawah air dan mencapai titik tertinggi, mock-up ini akan kehabisan banyak air dengan segera, sehingga bobot terakhir yang tersisa akan berkurang setengah. Dengan cara ini, setelah jatuh ke dalam air, kedalaman akan kurang dari kedalamannya yang semula,  dan bisa mengapung di atas air dan menjamin keamanan kapal selam.

Dengan mengurangi berat rudal mock-up, tidak diragukan lagi telah meningkatkan faktor keamanan untuk eksperimen. Tapi ada bahaya tersembunyi lain yang menyertainya. Karena rudal tersebut akan jatuh ke dalam air sebagai cangkang yang kosong, setelah cangkang rudal tiruan/mock-up itu rusak akibat benturan air dan menyebabkan tenggelamnya rudal tiruan, hal itu akan mengancam keselamatan kapal selam mereka lagi.

Dalm hal ini membutuhkan rudal mock-up untuk diuji apakah akan pecah dan tenggelam setelah jatuh ke air dari ketinggian. Jadi, dimana eksperimen ini harus dilakukan?

Huang Weilu memikirkan tempat yang paling cocok adalah Jembatan Sungai Yangtze Nanjing yang terkenal.

Jembatan Sungai Yangze Nanjing dibangun pada tahun 1968 menjadi jembatan penyeberangan sungai yang paling mengesankan pada masa itu di Tiongkok. Dan kemudian di bulan Agustus dua tahun setelah selesai, disitu terlihat pemandangan khusus. Di jembatan, sebuah derek melemparkan sesuatu seperti roket ke air. Adegan ini adalah uji coba untuk menjatuhkan rudal mock-up ke dalam air pada saat itu.

Uji coba pertama ternyata rudal mock-up menjadi dirusak. Semua uji coba di musim gugur itu seluruhnya gagal dan rusak.

Pada bulan Agustus, Nanjing berada pada musim panas yang  yang tak tertahankan, selain lingkungan yang lembab dan gigitan serangangga yang ganas, kondisinya sungguh tidak nyaman.

Untuk mengetahui apa yang menyebabkan masalah ini, Huang Weilu dan anggota tim eksperimen menjalani panasnya sinar matahari yang terik dengan membuka baju sepinggang untuk terus menguji rudal tiruan, memperbaikinya dan mengujinya berulang-ulang terus  menerus. Dan ini berlangsung lebih dua bulan, yang pada akhirnya mereka menemukan sebuah pola.

Huang menuturkan: Kami menemukan bahwa jika mock-up rudal jatuh agak vertikal, itu tidak akan rusak. Dengan ditemukannya pola ini, kami memiliki gagasan untuk menggunakan parasut, yang akan dikeluarkan pada titik tertinggi lebih dari 30 meter di atas permukaan tanah, sehingga rudal tersebut akan jatuh seperti shuttlecock bulutangkis dan jatuh secara vertikal. Kemudian kami melakukan percobaan lagi dan menemukan bahwa masalah ini akhirnya telah bisa  terpecahkan.

Pada tahun 1972, percobaan rudal JL-1 tiruan berhasil dilakukan dalam peluncuran kapal selam. Ini menjadi langkah penting dilakukan dalam penelitian dan pengembangan SBLM. Sejak saat itu, dengan beberapa percobaan peluncuran dan perbaikan terus-menerus, pada tahun 1975, desain Jl-1 diumumkan sudah selesai. Ini menjadi tahun ke-10 telah lewat sejak pertama kali rencana membangun JL-1 dicanangkan.

Pada tahun 1975, pabrik pembuat rudal tersebut menerima pesanan persiapan perakitan akhir JL-1. Dengan upaya berkelanjutan satu dekade, "JL-1" akhirnya masuk pada tahap perakitan akhir.

Sumber CCTV China
Sumber CCTV China
Tepat di tempat pabrik yang mengandal fasilitas yang biasa ini, dalam rentang waktu lima tahun, perakitan terakhir untuk produk JL-1 pertama kali dapat diselesaikan.

Pada bulan Oktober 1980, fase uji coba rudal sesungguhnya yang dirindukan setiap orang Tiongkok dimulai secara resmi. Ini adalah saat yang menyenangkan bagi para peneliti sains yang tak terhitung jumlahnya di Tiongkok.

Menurut rencana awal "bench, barrel, and submarine", uji coba tersebut pertama kali dilakukan di bench daratan. Setelah berhasil dalam uji peluncuran darat, dilakukan dengan kondisi seperti lingkungan peluncuran kapal selam tiruan, baru dilakukan di barrel daratan.

Pada bulan April 1982, dua tahap percobaan bench and barrel berhasil dilakukan. Dan selanjutnya uji coba bagian ketiga yang menggentarkan, yaitu tembakan rudal yang sebenarnya dari kapal selam.

Pada tanggal 1 Oktober 1982, Xinhua News Agency mengumumkan ke seluruh dunia, "RRT akan meluncurkan pesawat roket ke lingkaran maritm 280O Utara, 123O53'  sebagai pusat diameter 35 mil laut dari 7 sampai 26  Oktober 1982.

Pesawat Roket ini adalah SLBM pertama yang dilakukan R&D Tiongkok untuk pertama kalinya yang dinamakan "JL-1"

Untuk menjamin keberhasilan uji coba peluncuran dari kapal selam dengan rudal sesungguhnya, total tiga uji coba rudal disiapkan. Tahun-tahun kerja keras yang sungguh-sungguh akan menjalani tes rudal yang sesungguhnya. Dan semua orang berharap peluncuran pertama akan berhasil.

Pada 7 Oktober 1982, jam 15:14:01 waktu setempat, JL-1 dinyalakan dan diluncurkan. Namun, kecelakaan masih terjadi. Peluncuran uji coba JL-1 pertama dinyatakan gagal.

Huang Weilu menuturkan: Kami sangat sedih. Kami telah menghabiskan banyak waktu, sumber daya manusia dan uang sebelum akhirnya bisa membangun misil semacam itu, dan kami selalu berharap hal itu akan berhasil. Dan ini seperti ujian prestasi penelitian dan pengembangan kami. Tapi ternyata akhirnya terjadi kegagalan. Jadi, tentu saja, itu sangat menyakitkan.

Apa akar masalah dari kegagalan dari uji coba peluncuran rudal pertama ini? Ini mendjadi pertanyaaan utama bagi para peneliti untuk ditemuka jawabannya yang sangat mendesak.

Melalui analisis layar, mereka menemukan bahwa tidak lama setelah rudal keluar dari air, rudal kehilangan keseimbangan dalam bentuk penerbangannya. Lalu, apa yang menyebabkan masalah ini?

Sumber: mil.news.sina.com.cn
Sumber: mil.news.sina.com.cn
Semua sinyal tidak teratur akhirnya berkumpul ke detachment plug dari sistem kontrol antar-tahap. Dengan kata lain, ketika penyimpangan sinyal terjadi di sini dan kerusakan tidak teratur terjadi di sana, semua ini akhirnya terkait dengan plug (steker) ini.

Dengan masalah yang ditemukan ini, Direktur Xu Hongxi yang bertanggung jawab atas assembly akhir ketika itu, mendapat solusinya. Saya menyarankan Chief Engineering Huang memperbaiki plug-join antarmuka yang terpisah dengan lem, sehingga tidak terlepas dengan sendirinya. Dan titik yang harus dilem itu bisa tidak perlu dilem dalam detachment.

Masalahnya terpecahkan. Tapi mereka apakah meraka akan melanjutkan tes peluncuran kedua? Semua orang menunggu keputusan terakhir Huang Weilu.

Huang Weilu menceritakan: Saya tidak bisa tidur setiap malam, dan melakukan analisis untuk membuat jelas masalah ini. Kami tidak tahu masalah lain yang akan kami hadapi dan bagian mana yang telah kami lewati. Semua langkah peluncuran berputar-putar ulang di benak saya seperti sebuah film. Selama masa itu, saya pada dasarnya tidak bisa tidur, bahkan tidak punya nafsu untuk makan dan minum.

Dengan pertimbangan bijaksana, Huang Weilu memutuskan bahwa proses perancangan dan pembangunan bebas masalah, dan peluncuran uji coba kedua bisa dilanjutkan.

Tak lama kemudian, pihak berwenang yang lebih tinggi setuju dengan saran Huang Weilu untuk melakukan uji coba peluncuran kedua.

Pada  12 Oktober 1982, lima hari setelah kegagalan peluncuran uji coba pertama, peluncuran uji coba kedua JL-1 kembali ke penghitungan mundur.

Keberhasilan JL-1 menandai langkah penting lain yang diambil Tiongkok dalam domain keamanan nasional, dan hal itu telah mempengaruhi proses propelan padat senjata strategis Tiongkok lebih jauh dan luas.

Sejak saat itu, Tiongkok menjadi negara kelima di dunia yang memiliki kemampuan peluncuran rudal nuklir bawah laut, yang mampu melakukan kemampuan serangan nuklir kedua.

Pada tahun 2011, perancang utama JL-1, Huang Weilu, yang memberikan kontribusi besar untuk keamanan nasional Tiongkok, meninggal dunia pada usia 95. Sejumlah besar ilmuwan dan insinyur yang berada di ujung tombak industri militer telah hadir. Untuk tahun senja mereka. Untuk keamanan nasional dan persyaratan kerahasiaan, nama mereka dan semua kontribusinya yang pernah disimpan dan dirahasiakan dari dunia luar. Pada kahirnya di tahun-tahun keterbukaan Tiongkok satu per satu dibuka kepada dunia luar.

Tampaknya pahlawan pembangunan pertahanan negara itu yang selama hidupnya dirahasiakan jasanya kepada dunia luar, tetap tidak dilupakan negaranya sendiri. Dan terakhir ini telah dibuka kepada dunia luar dan diberi tanda jasa setara pahlawan nasional negara Tiongkok.

Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri

CCTV China

http://www.globalsecurity.org/wmd/world/china/jl-1.htm

http://mil.huanqiu.com/history/2012-10/3201363.html

http://mil.news.sina.com.cn/2015-01-26/1037819483.html

http://news.xinhuanet.com/science/2016-08/17/c_135607963.htm

http://mil.news.sina.com.cn/2012-10-14/0519703545.html

https://www.youtube.com/watch?v=Dqon7yfvWpA

https://www.youtube.com/watch?v=Ywp2poYUupA

https://www.youtube.com/watch?v=w0Jgo3ykHV8



HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun