Pada 9 Mei, tanpa peringatan terlebih dahulu, Presiden AS Trump memecat Direktur FBI James Comey, yang sekali lagi menimbulkan keraguan dari publik, karena beberapa hari sebelum dia dipecat, Comey masih memimpin penyelidikan FBI atas kampanye Trump mengenai apakah dia telah melakukan atau tidak menghubungi Rusia.
Setelah insiden atau kejadian ‘Kontak Rusia’ Flynn di pecat. Banyak kalangan yang mengira insiden ini akan selesai, tapi sekarang sepertinya masalahnya bukannya selesai malah menjadi berkembang makin besar dan semakin merebut perhatian. Tampaknya dikemudian hari, ketika berhadapan dengan hubugan Rusia, insiden kontak Rusia ini mungkin akan membuat tangan Trump terikat. Kemungkin perbaikan hubungan AS-Rusia masih memerlukan jalan panjang.
Dari mulai kasus Snowden hingga ke Rusia mendapatkan sanksi dari Barat karena masalah Kremia. Hubungan AS-Rusia tetap menghadapi jalan buntu dan terbentur jalan buntu.
Setelah Trump mejabat presiden, di bermaksud memperbaiki kembali hubungan AS-Rusia. Pada 12 April lalu, Tillerson menyatakan bahwa dia bersedia menormalisasi hubungan AS-Rusia selama kunjungannya ke Rusia. Dan kunjungan Menlu Rusia Lavrov pada 10 Mei adalah yang pertama kalinya dalam empat tahun terakhir bagi seorang Menlu Rusia mengunjungi Washington D.C.
Kunjungan ini adalah pejabat Rusia paling senior yang bertemu Trump sejak ia menjabat. Niat kedua belah pihak untuk menghangatkan hubungan sudah terlihat jelas. Namun, kompleksitas hubungan AS-Rusia jauh melampaui lingkup kontrol pemerintah kedua negara.
Selama bertahun-tahun, Demokrat AS, dan Republikan, serta media arus utama hanya menganggap Rusia sebagai lawan geostrategis - mereka menganggapnya sebagai "musuh spiritual".
Kebijakan AS terhadap Rusia telah dipandu bersama oleh elit politik kedua partai AS. Pasti tidak mudah bagi Presiden Trump membebaskan diri dari halangan ini.
Alasannya banyak, salah satunya adalah pembatasan domestik. Saat ini, Demokrat memanfaatkan sepenuhnya insiden kontak Rusia untuk memaksa Trump agar terbentur dinding. Masyarakat Amerika memiliki kecurigaan dan permusuhan yang mendalam dalam hubungannya dengan Rusia.
Pada tanggal 2 Mei, Trump dan Putin melakukan hubungan telepon. Ini adalah hubungan telepon pertama antara dua kepala negara setelah militer AS melakukan penyerangan terhadap Suriah karena insiden senjata kimia yang lalu.
Gedung Putih AS dan Kremlin Rusia mengumumkan bahwa hubungan tilpon tersebut berjalan dengan sangat baik dan sangat konstruktif. Betapapun, ketika sampai pada cabang zaitun yang telah Presiden AS Trump usulkan, atmosfir di Moskow masih merupakan salah satu "harapan, Kekecewaan dan sekaligus kehati-hatian.”
RIA Novosti mengatakan, bahwa ketika sampai pada pengembangan hubungan dengan Rusia, Trump tidak dapat mengambil keputusan sendiri - dia harus menyesuaikan diri dengan tuntutan "elang" di Kongres.