Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ronde Baru Hubungan AS-Iran dalam Era Trump

9 Mei 2017   10:05 Diperbarui: 9 Mei 2017   10:31 906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam hal ini, Menhan Saudi Mohammend bin Salman Saud berkata “Kami sangat menghargai kepemimpinan Presiden Trump.”

Dengan memperkuat hubungan dengan sekutu-sekutunya di kawasan tersebut, AS ingin memperbaiki keretakkan yang terjadi dengan sekutu ini selama pemerintahan Obama. Aspek lainnya  untuk memperkuat militer mereka, keuntungan AS mendapat keuntungan dari agen atau pnjualan senjata, dan pertahanan nasional mereka menjadi lebih kuat. Dalam hal ini, dia percaya bahwa dengan cara ini dapat menekan ambisi Iran di kawasan ini.

Arab Sadi menjadi yang pertama dikunjungi Mattis dalam perjalannannya ke Timteng, setelah itu baru berkunjung ke Mesir, Israel, Qatar dan Djibouti. Negara-negara ini pada umumnya berharap pemerintah Trump dapat merubah metode AS untuk mengabaikan kawasan ini seperti yang dilakukan Obama dan menunjukkan AS kini telah kembali ke Timteng, dan juga menekan musuh bersama mereka yang kuat ---Iran.

Apa yang patut dicatat adalah dalam perjalanan Mattis ke Timteng dilakukan saat Wakil Presdien AS Mike Pence ke Asia Pasifik. Ini mengirim pesan yang kuat ke dunia luar bahwa AS akan fokus pada kawasan Asia Pasifik, Timteng dan Afrika Utara.

Bagi keempat negara Timteng, Iran menjadi sangat mengkhawatirkan mereka. Mereka ini adalah negara-negara yang harus diyakinkan AS jika ingin mendapatkan keseimbangan di kawasan ini. Selama pemilu di AS,  negara-negara ini benar-benar menginginkan Trump menang karena jika Trump menang, dia mungkin akan mengubah kebijakan untuk menenangkan Timteng.

Mereka benar-benar berpikir Obama lebih memilih kebijakan pengamanan (pasifikiasi),  mereka tidak ingin melihat Iran dapat sepenuhnya mempertahankan teknologi nukilir, kapasitas nuklir, personil nuklir, dan fasilitas nuklirnya. Mereka tidak mau melihat Iran berinteraksi dengan dunia Arab padahal sebenarnya sudah berada di ujung batas penghalang untuk dapat membuat senjata nuklir.

Iran tidak melanggar perjanjian nuklir Iran, namun AS masih dengan keras kepala ingin menilai kembali hal tersebut. Jelas bahwa memeriksa kembali apakah Iran mematuhi perjanjian nuklir Iran hanya kedok saja, tujuan sebenarnya adalah menggunakan kesempatan ini untuk mengumpulkan kembali sekutu AS di Temteng.

Arab Saudi, Israel, dan negara-negara lain telah mengecam perjanjian nuklir Iran. Negara-negara ini percaya bahwa kesepakatan ini sebenarnya mendorong lawan mereka untuk memiliki senjata nuklir, sehingga bisa benar-benar mengubah keseimbangan strategis di Timteng.

AS menekan Iran sementara juga meyakinkan sekutunya tentang kebijakan Trump di Timteng adalah kebalikan dari Obama. Jadi, apakah dia akan menggunakan kesempatan ini untuk menghancurkan kesepakatan nuklir Iran?

Pada tahun 2009, setelah mantan Presiden Obama menjabat presiden, dia beralih dari metode invasi dengan serbuan skala besar dari pemerintahan Bush, dan menerapkan pengurangan strategis militer di Timteng.

Untuk mencegah AS terlibat dalam perang skala besar yang dikarenakan isu nuklir Iran, pada tahun 2003, AS mempercepat negaranya untuk mengakhiri sanksi nuklir terhadap Iran, dan mengumumkan sebuah kesepakatan secara komprehensif mengenai masalah nuklir Iran pada bulan Juli 2015.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun